Friday, February 3, 2017

DOA DAN KERJA SEBAGAI SATU KESATUAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Februari 2017

BacaPengkhotbah 11:1-8

"Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik."  Pengkhotbah 11:6

Orang yang hari-harinya dipenuhi dengan kerja, kerja dan kerja tanpa diimbangi doa akan cenderung mengandalkan kekuatan sendiri dan melupakan Tuhan.  Ia pun akan beranggapan semua yang diraihnya adalah jerih payahnya, bukan campur tangan Tuhan.  Renungkan:  kalau pun kita bisa mengolah gandum menjadi tepung, lalu mengolahnya menjadi roti untuk dimakan, kita harus sadar bahwa kita tidak bisa menciptakan benih gandum itu.

     Benih itu berasal dari Tuhan, dan karena tangan Tuhanlah benih itu bisa tumbuh, bukan kita yang menumbuhkannya.  Begitu pula kalau kita berhasil dalam usaha, studi atau pekerjaan adalah karena Tuhan yang turut bekerja di dalamnya.  Karena itu  "...janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini."  (Ulangan 8:17-18).  Sesibuk apa pun kita bekerja jangan pernah lupakan jam-jam doa.  Senantiasalah melibatkan Tuhan di setiap pekerjaan dan usaha kita, niscaya Tuhan akan memberkatinya.  Pemazmur berkata,  "Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga."  (Mazmur 127:1).

     Jika ada di antara kita yang suka bermalas-malasan, tidak mau berbuat sesuatu, tapi berharap Tuhan mencukupi segala kebutuhan hidupnya, mulai hari ini bertobatlah!  "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen."  (Amsal 6:6-8).  Kita sepatutnya malu kepada semut, serangga yang lemah dan berukuran jauh lebih kecil dibandingkan manusia, tetapi memiliki etos kera yang sangat baik.

Harus ada keseimbangan dalam menjalani hidup:  selain berdoa, kita harus bekerja!

No comments:

Post a Comment