Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Agustus 2016
Baca: 1 Timotius 4:12-16
"Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda." 1 Timotius 4:12a
Ditinjau dari fakta-fakta yang ada semua orang pasti akan menduga bahwa Timotius tidak akan berhasil dalam menjalankan tugas pelayanannya karena beberapa alasan: usianya yang masih sangat muda atau belum sarat pengalaman, fisiknya kurang menunjang karena ia sering sakit-sakitan, dan pada waktu itu bapak rohaninya (Paulus) sedang tidak ada di tempat karena berada dalam penjara. Namun keberhasilan sebuah pelayanan bukan semata-mata ditentukan oleh faktor dari luar. Hal utama yang menentukan adalah keteladanan sang pelayan Tuhan atau pemimpin itu sendiri, yaitu faktor dari dalam.
Menjadi seorang pelayan Tuhan atau pemimpin rohani sesungguhnya bukanlah perkara yang ringan. Bukan karena seseorang memiliki pengetahuan tentang Alkitab atau sudah menyandang gelar sarjana dari sekolah teologia, bukan pula karena sudah memiliki 'jam terbang' pelayanan yang mumpuni lalu orang itu sudah secara otomatis memenuhi kriteria sebagai pelayan yang sesuai kehendak Tuhan. Kriteria utama pelayan Tuhan atau pemimpin rohani adalah memiliki keteladanan hidup! Kekuatan keteladanan melebihi kekuatan kata-kata belaka. Perkataan kita belum tentu akan dilakukan oleh orang yang mendengarnya, tetapi keteladanan hidup kerapkali akan dicontoh oleh orang yang melihatnya. Itulah sebabnya, rasul Paulus menulis surat kepada Timotius: "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam
tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (ayat 12b).
Jika Timotius menunjukkan keteladanan hidup maka secara tidak langsung ia membungkam keragu-raguan jemaat di Efesus yang memandang rendah dia karena usianya yang masih muda. Dengan dasar ini maka orang muda (muda usia ataupun muda dalam hal pengalaman) berkompeten untuk melayani jemaat Tuhan atau menjadi pemimpin rohani.
Keteladanan hidup adalah buah kedewasaan rohani, sebab kedewasaan rohani dalam diri seseorang tidak bergantung pada faktor usia atau berapa lama ia menjadi orang Kristen, sebab ada banyak orang Kristen yang sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan tetap saja belum dewasa rohaninya, alias masih kanak-kanak rohani (baca Ibrani 5:12).
Keteladanan hidup adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh pemimpin rohani!
Saturday, August 13, 2016
Friday, August 12, 2016
BARTIMEUS: Mengenal Tuhan Dengan Benar (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Agustus 2016
Baca: Lukas 18:35-43
"Lalu kata Yesus kepadanya: 'Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!'" Lukas 18:42
Bartimeus bukan hanya menyebut Yesus sebagai Anak Daud, beberapa sebutan juga dipkai olehnya untuk Tuhan Yesus: orang Nazaret dan juga Rabuni. Hal itu semakin mempertegas bahwa Bartimeus memiliki pengenalan yang benar terhadap pribadi Tuhan Yesus, yang adalah Mesias atau Sang pelepas yang kedatangan-Nya untuk menggenapi nubuatan nabi Yesaya: "Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka." (Yesaya 35:5). Banyak orang mengenal tentang Tuhan sebatas pengetahuan atau mendengar dari kata orang, yang Tuhan kehendaki adalah kita mengenal Dia secara pribadi, melalui pengalaman hidup berjalan bersama-Nya, "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." (Hosea 6:6).
2. Tidak mudah menyerah. Ketika itu banyak orang berbondong-bondong ingin mendekati Tuhan Yesus, tentunya ini menjadi hambatan besar bagi Bartimeus yang buta. Apalagi orang-orang juga berusaha menghalangi dan menegurnya supaya diam, namun Bartimeus tidak menyerah begitu saja, "...semakin keras ia berseru: 'Anak Daud, kasihanilah aku!'" (Lukas 18:39), karena ia tahu secara pasti bahwa Tuhan Yesus penuh dengan kasih, karena itu ia memohon belas kasihan-Nya. Ada elemen-elemen doa yang terkandung dalam permohonan Bartimeus sehingga Tuhan Yesus bersedia menanggapinya: a. Seruan yang terus-menerus sampai mendapatkan jawaban. "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7). b. Permohonannya sesuai dengan kebutuhan. Tuhan senantiasa bersedia menanggapi seruan orang yang didasari oleh kebutuhan; tetapi bila seruan atau doa tersebut dilandasi oleh keinginan pribadi belum tentu Tuhan akan menjawabnya (baca Yakobus 4:3).
Setelah mengalami pertolongan Tuhan Bartimeus pun memberikan respons yang benar untuk membalas kebaikan Tuhan. Tanpa menunda-nunda waktu ia membuat keputusan mengikut Tuhan.
Mengenal pribadi Tuhan secara benar adalah kunci mengalami mujizat-Nya!
Baca: Lukas 18:35-43
"Lalu kata Yesus kepadanya: 'Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!'" Lukas 18:42
Bartimeus bukan hanya menyebut Yesus sebagai Anak Daud, beberapa sebutan juga dipkai olehnya untuk Tuhan Yesus: orang Nazaret dan juga Rabuni. Hal itu semakin mempertegas bahwa Bartimeus memiliki pengenalan yang benar terhadap pribadi Tuhan Yesus, yang adalah Mesias atau Sang pelepas yang kedatangan-Nya untuk menggenapi nubuatan nabi Yesaya: "Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka." (Yesaya 35:5). Banyak orang mengenal tentang Tuhan sebatas pengetahuan atau mendengar dari kata orang, yang Tuhan kehendaki adalah kita mengenal Dia secara pribadi, melalui pengalaman hidup berjalan bersama-Nya, "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." (Hosea 6:6).
2. Tidak mudah menyerah. Ketika itu banyak orang berbondong-bondong ingin mendekati Tuhan Yesus, tentunya ini menjadi hambatan besar bagi Bartimeus yang buta. Apalagi orang-orang juga berusaha menghalangi dan menegurnya supaya diam, namun Bartimeus tidak menyerah begitu saja, "...semakin keras ia berseru: 'Anak Daud, kasihanilah aku!'" (Lukas 18:39), karena ia tahu secara pasti bahwa Tuhan Yesus penuh dengan kasih, karena itu ia memohon belas kasihan-Nya. Ada elemen-elemen doa yang terkandung dalam permohonan Bartimeus sehingga Tuhan Yesus bersedia menanggapinya: a. Seruan yang terus-menerus sampai mendapatkan jawaban. "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7). b. Permohonannya sesuai dengan kebutuhan. Tuhan senantiasa bersedia menanggapi seruan orang yang didasari oleh kebutuhan; tetapi bila seruan atau doa tersebut dilandasi oleh keinginan pribadi belum tentu Tuhan akan menjawabnya (baca Yakobus 4:3).
Setelah mengalami pertolongan Tuhan Bartimeus pun memberikan respons yang benar untuk membalas kebaikan Tuhan. Tanpa menunda-nunda waktu ia membuat keputusan mengikut Tuhan.
Mengenal pribadi Tuhan secara benar adalah kunci mengalami mujizat-Nya!
Subscribe to:
Posts (Atom)