Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juli 2016
Baca: Mazmur 9:1-21
"Demikianlah TUHAN adalah tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat perlindungan pada waktu kesesakan." Mazmur 9:10
Nama Tuhan adalah menara yang kuat, karena di dalam nama-Nya ada kuasa yang sangat dahsyat; nama-Nya adalah nama di atas segala nama. Dalam pemikiran orang Ibrani kuno nama seseorang adalah gambaran dari pribadi orang itu kelak. Begitu pula dengan nama Tuhan yang adalah pewahyuan dari diri Tuhan sendiri. Tuhan menghendaki nama-Nya dipuji dan diserukan. Ketika kita memuji dan menyerukan nama-Nya kita akan mengalami kuasa dari nama itu. "dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya," (Yohanes 14:13).
Perlindungan yang aman dialami Daud ketika ia berada di kemah Tuhan. "Biarlah aku menumpang di dalam kemah-Mu untuk selama-lamanya," (Mazmur 61:5), karena di situlah Tuhan hadir dengan segala otoritas-Nya. Daud berkata, "...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat
lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di
kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:11). Selanjutnya rasa aman dan tenteram Daud rasakan ketika ia "...berlindung dalam naungan sayap-Mu!" (Mazmur 61:5). Tuhan menggambarkan diri-Nya bagai induk rajawali, sedang umat-Nya adalah anak-anak-Nya. "Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di
atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan
mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia." (Ulangan 32:11-12). Bagaikan anak rajawali yang berlindung di bawah sayap induknya, demikianlah Daud rindu berlindung di bawah perlindungan-Nya. "Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung," (Mazmur 91:4).
Perjalanan hidup Daud penuh tantangan, namun ketika ia mengandalkan Tuhan hidupnya terjaga aman. Jaminan perlindungan bukan ia dapatkan dari hal-hal fana, bukan dari dunia, melainkan dari Tuhan.
Di tengah dunia yang penuh gejolak ini "Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan." Mazmur 118:8-9
Monday, July 25, 2016
Sunday, July 24, 2016
TUHAN PELINDUNG YANG AMAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juli 2016
Baca: Mazmur 61:1-9
"Dari ujung bumi aku berseru kepada-Mu, karena hatiku lemah lesu; tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku." Mazmur 61:3
Latar belakang mazmur ini adalah ketika Daud sedang dalam situasi yang sangat genting karena harus menghadapi pemberontakan yang dilakukan oleh anaknya sendiri, Absalom.
Dengan berbagai cara Absalom berusaha membujuk orang-orang Israel agar mau berpihak kepadanya dengan tujuan melengserkan Daud dari jabatannya sebagai raja atas Israel (baca 2 Samuel 15). Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi sesungguhnya Daud bisa melakukan apa saja untuk menumpas pemberontak karena ia memiliki tentara atau kekuatan militer yang telah teruji ketangguhannya di medan perang. Namun hal itu tidak ia lakukan! Yang diperbuat Daud adalah datang kepada Tuhan dengan kerendahan hati, mengadukan permasalahan kepada-Nya dan meminta perlindungan-Nya. Ini menunjukkan bahwa dalam segala perkara Daud senantiasa mengandalkan Tuhan, bukan mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, karena ia sadar bahwa kekuatan dan kemampuan manusia ada batasnya. Ia tahu benar kepada siapa harus meminta pertolongan, dan satu-satunya tempat perlindungan yang aman dalam Tuhan.
Bagi Daud Tuhan adalah gunung batu (ayat 3). Pernyataan, '...tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku.' menunjukkan bahwa gunung batu ini bukanlah gunung batu biasa, melainkan gunung batu yang jauh lebih tinggi dari apa pun, sehingga tak mudah bagi manusia untuk menjangkaunya. Daud menyadari bahwa dengan kekuatan dan kemampuan sendiri ia takkan mampu mendaki ke gunung itu, karena itu ia memohon agar Tuhan sendiri yang menuntunnya ke 'gunung' itu, yang merujuk kepada pribadi Tuhan sendiri, dimana di sanalah ia menemukan tempat perlindungan yang aman. Selain itu Daud menyebut Tuhan sebagai menara yang kuat (ayat 4). Menara adalah bangunan yang tinggi, bagian bangunan yang dibuat jauh lebih tinggi daripada bangunan induknya yang berfungsi untuk mengawasi daerah sekitar. Di zaman dahulu menara dibangun sebagai benteng pertahanan kota. Ketika musuh menyerang, penduduk serta-merta berlari menyelamatkan diri ke menara tersebut untuk berlindung. Kota yang tidak memiliki menara mudah sekali diduduki musuh karena dari menara itulah semua strategi bertahan dan menyerang diluncurkan. "Nama TUHAN adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat." (Amsal 18:10). (Bersambung)
Baca: Mazmur 61:1-9
"Dari ujung bumi aku berseru kepada-Mu, karena hatiku lemah lesu; tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku." Mazmur 61:3
Latar belakang mazmur ini adalah ketika Daud sedang dalam situasi yang sangat genting karena harus menghadapi pemberontakan yang dilakukan oleh anaknya sendiri, Absalom.
Dengan berbagai cara Absalom berusaha membujuk orang-orang Israel agar mau berpihak kepadanya dengan tujuan melengserkan Daud dari jabatannya sebagai raja atas Israel (baca 2 Samuel 15). Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi sesungguhnya Daud bisa melakukan apa saja untuk menumpas pemberontak karena ia memiliki tentara atau kekuatan militer yang telah teruji ketangguhannya di medan perang. Namun hal itu tidak ia lakukan! Yang diperbuat Daud adalah datang kepada Tuhan dengan kerendahan hati, mengadukan permasalahan kepada-Nya dan meminta perlindungan-Nya. Ini menunjukkan bahwa dalam segala perkara Daud senantiasa mengandalkan Tuhan, bukan mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, karena ia sadar bahwa kekuatan dan kemampuan manusia ada batasnya. Ia tahu benar kepada siapa harus meminta pertolongan, dan satu-satunya tempat perlindungan yang aman dalam Tuhan.
Bagi Daud Tuhan adalah gunung batu (ayat 3). Pernyataan, '...tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku.' menunjukkan bahwa gunung batu ini bukanlah gunung batu biasa, melainkan gunung batu yang jauh lebih tinggi dari apa pun, sehingga tak mudah bagi manusia untuk menjangkaunya. Daud menyadari bahwa dengan kekuatan dan kemampuan sendiri ia takkan mampu mendaki ke gunung itu, karena itu ia memohon agar Tuhan sendiri yang menuntunnya ke 'gunung' itu, yang merujuk kepada pribadi Tuhan sendiri, dimana di sanalah ia menemukan tempat perlindungan yang aman. Selain itu Daud menyebut Tuhan sebagai menara yang kuat (ayat 4). Menara adalah bangunan yang tinggi, bagian bangunan yang dibuat jauh lebih tinggi daripada bangunan induknya yang berfungsi untuk mengawasi daerah sekitar. Di zaman dahulu menara dibangun sebagai benteng pertahanan kota. Ketika musuh menyerang, penduduk serta-merta berlari menyelamatkan diri ke menara tersebut untuk berlindung. Kota yang tidak memiliki menara mudah sekali diduduki musuh karena dari menara itulah semua strategi bertahan dan menyerang diluncurkan. "Nama TUHAN adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat." (Amsal 18:10). (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)