Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Mei 2016
Baca: Yakobus 4:1-10
"Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan
dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia
menjadikan dirinya musuh Allah." Yakobus 4:4
Selama menjalani hidup di dunia ini kita tidak akan pernah berhenti menghadapi pergumulan, perjuangan dan peperangan melawan dosa. Sebagai orang percaya kita dituntut menunjukkan kualitas hidup yang berbeda di tengah-tengah dunia dengan memberikan teladan kesalehan hidup. Adalah fakta bahwa dunia ini sedang tenggelam dalam dosa, kebobrokan moral dan segala jenis kejahatan yang semakin merajalela karena dunia memang sedang berada di bawah pengaruh kuasa si jahat (baca 1 Yohanes 5:19). Meski demikian bukanlah alasan bagi orang percaya untuk tidak menjadi terang, garam dunia atau berkat dalam kehidupan sehari-hari. Apa pun situasinya kita harus tetap berada di jalan Tuhan. Mungkinkah?
Sebagai manusia kita seringkali mengalami kelemahan dan kegagalan. Sekarang ini bukan hanya jemaat awam saja yang mudah sekali gagal dan jatuh, ada banyak para pelayan Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sudah terkenal juga mengalami kegagalan dalam mempertahankan hidup benar, jatuh di tengah jalan. Tuhan Yesus sudah memeringatkan, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41). Mengapa kita harus selalu berjaga-jaga dan berdoa? Karena setiap saat kita dihadapkan pada musuh-musuh yang selalu mengincar saat kita lengah. Musuh itu adalah: 1. Kedagingan. Daging dalam tubuh kita mempunyai nafsu. Nafsu jahat menggelapkan pikiran dan mendorong kita berbuat hal-hal yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Juga mendorong kita melakukan dosa dan segala hal yang menyenangkan daging, ibarat musuh dalam selimut.
Inilah pergumulan berat atau konflik batin yang harus kita hadapi setiap waktu, seperti yang dialami rasul Paulus: "Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat,
melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku
perbuat." (Roma 7:19).
"Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah." Roma 8:8
Tuesday, May 17, 2016
Monday, May 16, 2016
HARI PENTAKOSTA: Roh Kudus Dicurahkan (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Mei 2016
Baca: Kisah Para Rasul 2:14-40
"Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus." Kisah 2:38
Angin adalah gambaran kuasa dan kehadiran Tuhan, di mana kuasa-Nya tidak dapat ditolak, ditahan atau dihalangi-halangi oleh manusia, karena Ia berdaulat dan berkuasa. Api juga melambangkan kehadiran Tuhan, seperti ketika Tuhan menyatakan diri-Nya ke tengah-tengah umat Israel saat mereka berjalan di padang gurun yaitu tiang api (baca Keluaran 13:21-22).
Api dalam peristiwa Pentakosta ini dinyatakan adalam bentuk lidah. Lidah api ini menunjuk pada hal berbicara dan bersaksi. Ini berkaitan dengan Amanat Agung: "...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." (Matius 28:19-20). Akibat dari kehadiran Roh Kudus mereka dipenuhi dengan Roh kudus, artinya dikontrol sepenuhnya oleh Roh Kudus. Maka mulailah mereka berbahasa lidah yaitu berbicara dalam bahasa-bahasa baru oleh karena ilham atau dorongan Roh Kudus. Pada hari itu Tuhan mencurahkan kuasa-Nya atas murid-murid secara dahsyat. Dampaknya pun terlihat jelas: mereka mempunyai paradigma baru dan semakin berani memberitakan Injil, mewartakan Yesus Kristus yang telah bangkit sebagai satu-satunya Juruselamat. "Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa." (Kisah 2:41). Dengan menerima khotbah yang disampaikan Petrus mereka sadar, mengakui dan menerima bahwa Yesuslah Mesias yang mereka nantikan itu (sesuai nubut di Zakharia 12:10). Karena pekerjaan Roh Kudus ini banyak orang bertobat dan diselamatkan. Inilah kebangunan rohani terbesar sepanjang zaman gereja mula-mula!
Di tengah situasi dunia yang semakin jahat ini saat kekristenan semakin diperhadapkan dengan tekanan, bukanlah alasan bagi kita untuk tidak memberitakan Injil karena Roh Kudus ada di dalam kita; Dia-lah yang akan menguatkan dan memampukan kita untuk menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi.
Siapkah kita dipakai menjadi alat-Nya untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Tuhan?
Baca: Kisah Para Rasul 2:14-40
"Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus." Kisah 2:38
Angin adalah gambaran kuasa dan kehadiran Tuhan, di mana kuasa-Nya tidak dapat ditolak, ditahan atau dihalangi-halangi oleh manusia, karena Ia berdaulat dan berkuasa. Api juga melambangkan kehadiran Tuhan, seperti ketika Tuhan menyatakan diri-Nya ke tengah-tengah umat Israel saat mereka berjalan di padang gurun yaitu tiang api (baca Keluaran 13:21-22).
Api dalam peristiwa Pentakosta ini dinyatakan adalam bentuk lidah. Lidah api ini menunjuk pada hal berbicara dan bersaksi. Ini berkaitan dengan Amanat Agung: "...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." (Matius 28:19-20). Akibat dari kehadiran Roh Kudus mereka dipenuhi dengan Roh kudus, artinya dikontrol sepenuhnya oleh Roh Kudus. Maka mulailah mereka berbahasa lidah yaitu berbicara dalam bahasa-bahasa baru oleh karena ilham atau dorongan Roh Kudus. Pada hari itu Tuhan mencurahkan kuasa-Nya atas murid-murid secara dahsyat. Dampaknya pun terlihat jelas: mereka mempunyai paradigma baru dan semakin berani memberitakan Injil, mewartakan Yesus Kristus yang telah bangkit sebagai satu-satunya Juruselamat. "Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa." (Kisah 2:41). Dengan menerima khotbah yang disampaikan Petrus mereka sadar, mengakui dan menerima bahwa Yesuslah Mesias yang mereka nantikan itu (sesuai nubut di Zakharia 12:10). Karena pekerjaan Roh Kudus ini banyak orang bertobat dan diselamatkan. Inilah kebangunan rohani terbesar sepanjang zaman gereja mula-mula!
Di tengah situasi dunia yang semakin jahat ini saat kekristenan semakin diperhadapkan dengan tekanan, bukanlah alasan bagi kita untuk tidak memberitakan Injil karena Roh Kudus ada di dalam kita; Dia-lah yang akan menguatkan dan memampukan kita untuk menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi.
Siapkah kita dipakai menjadi alat-Nya untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Tuhan?
Subscribe to:
Posts (Atom)