Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Maret 2016
Baca: Lukas 10:25-37
"Jawab orang itu: 'Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.' Kata Yesus kepadanya: 'Pergilah, dan perbuatlah demikian!'" Lukas 10:37
Salah satu tanda utama dan bukti bahwa kita adalah orang Kristen (pengikut Kristus) adalah jika kita memiliki kasih. Tuhan Yesus berkata, "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35). Jadi pengikut Kristus wajib mengikuti teladan Kristus, di mana kasih menjadi gaya hidup sehari-hari. Orang-orang dunia pasti akan tertawa bila melihat ada orang Kristen karakternya tidak berubah sama sekali, alias serupa dengan mereka. Karena itu perubahan karakter adalah sebuah keharusan. Kita yang dulunya cenderung egois dan tidak peduli terhadap orang lain kini harus berubah menjadi pribadi yang penuh empati dan belas kasih terhadap orang lain, seperti orang Samaria itu.
Perihal kasih ini Yesus bukan sekedar mengajar atau memberikan perintah agar kita memiliki hati penuh belas kasihan, namun Ia pun memberikan teladan yang luar biasa. Hati Yesus adalah hati yang selalu memberi, penuh empati, berlimpah kebaikan, kemurahan dan belas kasihan. Begitu mulianya hati Yesus sehingga Dia bukan saja berkata-kata atau berteori, namun rela datang ke dunia dan menyempurnakan perbuatan-Nya melalui kematian-Nya di kayu salib untuk menanggung segala dosa dan kelemahan kita. "Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!" (Mazmur 117:2). Jadi kita yang telah mengalami, merasakan dan menikmati kasih-Nya yang hebat wajib menunjukkan kualitas hidup seperti yang Tuhan kehendaki, yaitu memraktekkan kasih dalam kehidupan nyata, sebab tujuan Tuhan memanggil dan menyelamatkan kita adalah supaya kita menjadi berkat dan kesaksian bagi orang lain.
Hati yang penuh belas kasih "...tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang
lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Filipi 2:3-4).
Memiliki hati seperti Yesus berarti hidup dengan tidak mementingkan diri sendiri, melainkan memerhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain juga!
Tuesday, March 22, 2016
Monday, March 21, 2016
YANG PERTAMA DAN TERBAIK
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Maret 2016
Baca: Ulangan 26:1-11
"...haruslah engkau membawa hasil pertama dari bumi yang telah kaukumpulkan dari tanahmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan haruslah engkau menaruhnya dalam bakul, kemudian pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana." Ulangan 26:2
Pada zaman Perjanjian Lama, berdasarkan kondisi alamnya, mata pencaharian sebagian besar umat Israel adalah bercocok tanam atau bertani, atau lebih dikenal dengan istilah agraris, yaitu suatu keadaan di mana profesi penduduk yang ada di suatu negara sebagian besarnya adalah beertani. Dengan kata lain pertanian menjadi sektor utama atau andalan yang memberikan kontribusi terbesar bagi perekonomian suatu negara.
Dalam hal pertanian atau bercocok tanam, hasil panen yang pertama pada umumnya adalah hasil yang terbaik. Itulah yang harus diserahkan terlebih dahulu kepada Tuhan. Yang pertama atau yang terbaik inilah yang disebut dalam Alkitab dengan istilah yang 'sulung'. Firman Tuhan mendorong setiap orang percaya memberikan persembahan sulung kepada Tuhan. "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu," (Amsal 3:9). Mengapa kita harus mengutamakan Tuhan dan memberikan persembahan yang terbaik kepada-Nya? Karena Tuhan adalah pemilik segala sesuatu. Dengan memberikan persembahan yang pertama dan terbaik (sulung) berarti kita menyadari bahwa Tuhan adalah pemilik segala sesuatu, sedangkan status kita hanyalah sebagai pengelola, yaitu mengelola berkat yang Tuhan percayakan kepada kita. Segala berkat yang kita miliki berasal dari Tuhan. Karena Tuhan sudah menyediakan tanah itu kepada umat-Nya, menyediakan benih dan memberikan pertumbuhan, maka Ia pun berhak menerima hasil pertama atau persembahan yang sulung dari kita. Persembahan sulung ini mengajarkan kepada kita untuk mengutamakan Tuhan, memrioritaskan Dia dan memberikan yang terbaik.
Percayalah bahwa semuanya akan ditambahkan kepada kita ketika kita mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenarannya (baca Matius 6:33). Berilah yang terbaik kepada Tuhan, jangan berkat yang tersisa!
"maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." Amsal 3:10
Baca: Ulangan 26:1-11
"...haruslah engkau membawa hasil pertama dari bumi yang telah kaukumpulkan dari tanahmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan haruslah engkau menaruhnya dalam bakul, kemudian pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana." Ulangan 26:2
Pada zaman Perjanjian Lama, berdasarkan kondisi alamnya, mata pencaharian sebagian besar umat Israel adalah bercocok tanam atau bertani, atau lebih dikenal dengan istilah agraris, yaitu suatu keadaan di mana profesi penduduk yang ada di suatu negara sebagian besarnya adalah beertani. Dengan kata lain pertanian menjadi sektor utama atau andalan yang memberikan kontribusi terbesar bagi perekonomian suatu negara.
Dalam hal pertanian atau bercocok tanam, hasil panen yang pertama pada umumnya adalah hasil yang terbaik. Itulah yang harus diserahkan terlebih dahulu kepada Tuhan. Yang pertama atau yang terbaik inilah yang disebut dalam Alkitab dengan istilah yang 'sulung'. Firman Tuhan mendorong setiap orang percaya memberikan persembahan sulung kepada Tuhan. "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu," (Amsal 3:9). Mengapa kita harus mengutamakan Tuhan dan memberikan persembahan yang terbaik kepada-Nya? Karena Tuhan adalah pemilik segala sesuatu. Dengan memberikan persembahan yang pertama dan terbaik (sulung) berarti kita menyadari bahwa Tuhan adalah pemilik segala sesuatu, sedangkan status kita hanyalah sebagai pengelola, yaitu mengelola berkat yang Tuhan percayakan kepada kita. Segala berkat yang kita miliki berasal dari Tuhan. Karena Tuhan sudah menyediakan tanah itu kepada umat-Nya, menyediakan benih dan memberikan pertumbuhan, maka Ia pun berhak menerima hasil pertama atau persembahan yang sulung dari kita. Persembahan sulung ini mengajarkan kepada kita untuk mengutamakan Tuhan, memrioritaskan Dia dan memberikan yang terbaik.
Percayalah bahwa semuanya akan ditambahkan kepada kita ketika kita mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenarannya (baca Matius 6:33). Berilah yang terbaik kepada Tuhan, jangan berkat yang tersisa!
"maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." Amsal 3:10
Subscribe to:
Posts (Atom)