Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Februari 2016
Baca: Mazmur 115:1-18
"memberkati orang-orang yang takut akan TUHAN, baik yang kecil maupun yang besar." Mazmur 115:13
Berkat adalah topik yang paling menarik dan selalu punya pusat perhatian bagi orang Kristen. Siapa pun tidak ada yang akan menolak berkat dari Tuhan karena berkat adalah sesuatu yang selalu ditunggu-tunggu dan diharapkan. Bagi orang percaya berkat Tuhan adalah sesuatu yang pasti.
Untuk mengalami berkat Tuhan pemazmur memberikan kuncinya yaitu takut akan Tuhan. Berbicara tentang berkat bukan berarti mengiring Tuhan akan terbebas dari masalah dan persoalan; bukan berarti di depan kita tidak akan ada tantangan; bukan berarti kita akan melihat langit selalu biru. Inilah yang tidak dipahami oleh banyak orang Kristen. Kita hanya menuntut berkat tetapi tidak mau mengikuti jalan Tuhan, padahal "Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya." (Mazmur 25:10). Berkat Tuhan adalah pasti bagi orang yang takut akan Dia. Berkat Tuhan juga pasti bagi orang yang mau melakukan sesuatu bagi Tuhan atau bekerja bagi Dia. "supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa." (Mazmur 67:3). Mengapa kita harus bekerja? "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Jika Bapa dan Tuhan Yesus saja bekerja sampai sekarang, masakan kita hanya berpangku tangan dan bermalas-malasan? "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau,
supaya kita hidup di dalamnya." (Eesus 2:10).
Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang mau berjalan dalam tuntunan Tuhan. Artinya memiliki keberanian untuk tunduk sepenuhnya kepada kehendak Tuhan, apa pun keadaannya. Tuhan Yesus tunduk sepenuhnya-Nya kepada kehendak Bapa sehingga Ia berkata: "...janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39).
Untuk menikmati berkat Tuhan tidak ada jalan lain, kita harus hidup takut akan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya. "Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku." Mazmur 25:4.
Saturday, February 27, 2016
Friday, February 26, 2016
TUHAN YANG MENUMBUHKAN BENIH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2016
Baca: 1 Korintus 3:1-9
"Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah." 1 Korintus 1:3-9
Adalah suatu anugerah jika kita dipanggil Tuhan untuk melayani Dia atau bekerja di ladang-Nya. Tuhan memilih dan memakai kita untuk menjadi alat-Nya bukan karena kita lebih hebat, lebih kuat dan lebih pintar dibandingkan dengan orang lain.
Keberhasilan kita dalam pelayanan bukan karena kuat dan gagah kita, tapi karena Roh Tuhan yang bekerja di dalam kita. Jangan berkata bahwa suatu gereja menjadi besar karena kitalah donatur terbesarnya; sekelompok jemaat sangat berkembang karena hasil usaha dan jerih lelah kita; suatu pelayanan misi tidak akan berjalan tanpa kita; kesembuhan dan mujizat terjadi karena kita yang melayani dan berdoa. Rasul Paulus berkata, "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan." (ayat 6). Yang terpenting bukan siapa pendetanya, siapa gembalanya, siapa pengkhotbahnya atau penginjilnya, melainkan Tuhan sendiri yang memberi pertumbuhan. Semua pelayan Tuhan, baik itu pendeta, gembala, penginjil, pemimpin pujian, guru sekolah minggu hanyalah kawan sekerja yang bekerjasama dengan Tuhan untuk memelihara, menjaga dan mengembangkan jemaat atau gereja di dunia ini. Tanpa pertolongan Roh kudus apa yang dapat kita capai dalam pelayanan kita? Kemampuan, talenta dan juga karunia, Tuhanlah yang memberi. Ibarat mendirikan sebuah rumah, kita adalah seorang tukang, sedangkan Tuhan adalah pemberi modal, menyediakan bahan bangunan dan alat-alat pertukangannya, peralatannya. Jika Tuhan tidak menyediakan modal, tidak menyediakan bahan dan alat-alatnya, mungkinkah kita bisa membangun sebuah rumah? Tidak seharusnya kita menjadi sombong dan memegahkan diri karena kita tak lebih dari seorang hamba atau pelayan yang bertugas untuk melayani Tuan kita.
"Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (Lukas 17:10). Tanpa pertolongan Roh Kudus kita tidak mungkin bisa memenangkan jiwa bagi Tuhan.
Boleh saja kita mahir dalam berkhotbah dan mengajar, tapi kalau Tuhan tidak menumbuhkan benih firman yang kita tabur, semua usaha kita akan sia-sia!
Baca: 1 Korintus 3:1-9
"Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah." 1 Korintus 1:3-9
Adalah suatu anugerah jika kita dipanggil Tuhan untuk melayani Dia atau bekerja di ladang-Nya. Tuhan memilih dan memakai kita untuk menjadi alat-Nya bukan karena kita lebih hebat, lebih kuat dan lebih pintar dibandingkan dengan orang lain.
Keberhasilan kita dalam pelayanan bukan karena kuat dan gagah kita, tapi karena Roh Tuhan yang bekerja di dalam kita. Jangan berkata bahwa suatu gereja menjadi besar karena kitalah donatur terbesarnya; sekelompok jemaat sangat berkembang karena hasil usaha dan jerih lelah kita; suatu pelayanan misi tidak akan berjalan tanpa kita; kesembuhan dan mujizat terjadi karena kita yang melayani dan berdoa. Rasul Paulus berkata, "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan." (ayat 6). Yang terpenting bukan siapa pendetanya, siapa gembalanya, siapa pengkhotbahnya atau penginjilnya, melainkan Tuhan sendiri yang memberi pertumbuhan. Semua pelayan Tuhan, baik itu pendeta, gembala, penginjil, pemimpin pujian, guru sekolah minggu hanyalah kawan sekerja yang bekerjasama dengan Tuhan untuk memelihara, menjaga dan mengembangkan jemaat atau gereja di dunia ini. Tanpa pertolongan Roh kudus apa yang dapat kita capai dalam pelayanan kita? Kemampuan, talenta dan juga karunia, Tuhanlah yang memberi. Ibarat mendirikan sebuah rumah, kita adalah seorang tukang, sedangkan Tuhan adalah pemberi modal, menyediakan bahan bangunan dan alat-alat pertukangannya, peralatannya. Jika Tuhan tidak menyediakan modal, tidak menyediakan bahan dan alat-alatnya, mungkinkah kita bisa membangun sebuah rumah? Tidak seharusnya kita menjadi sombong dan memegahkan diri karena kita tak lebih dari seorang hamba atau pelayan yang bertugas untuk melayani Tuan kita.
"Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (Lukas 17:10). Tanpa pertolongan Roh Kudus kita tidak mungkin bisa memenangkan jiwa bagi Tuhan.
Boleh saja kita mahir dalam berkhotbah dan mengajar, tapi kalau Tuhan tidak menumbuhkan benih firman yang kita tabur, semua usaha kita akan sia-sia!
Subscribe to:
Posts (Atom)