Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Desember 2015
Baca: 1 Petrus 5:1-11
"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa,
tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena
mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri." 1 Petrus 5:2
Domba-domba yang tidak digembalakan kemungkinan besar tersesat dan hilang seperti bangsa Israel di zaman nabi Yeremia. "Umat-Ku tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat
oleh gembala-gembalanya, dibiarkan mengembara di gunung-gunung, mereka
berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya." (Yeremia 50:6). Daud juga mengalami hal serupa: "Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini, sebab perintah-perintah-Mu tidak kulupakan." (Mazmur 119:176).
Seperti domba yang tersesat dan tidak mempunyai gembala adalah gambaran kehidupan kita sebelum percaya kepada Kristus dan diselamatkan. Kita hidup jauh dari kasih Kristus, berjalan menurut kehendak sendiri dan menyimpang dari kebenaran. "...dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu." (1 Petrus 2:25). Mengingat domba yang tersesat rentan ancaman dan bahaya, maka mereka sangat membutuhkan kehadiran gembala. Sebagaimana rasul Petrus mendapatkan mandat dari Tuhan untuk menggembalakan domba-domba, maka tugas ini pun menjadi tanggung jawab semua orang percaya tanpa terkecuali. Pertanyaannya: siapa saja kawanan domba yang harus digembalakan? Pertama adalah gereja inti yaitu keluarga kita. Suami, selaku kepala rumah tangga, bertanggung jawab penuh menggembalakan seluruh anggota keluarga (isteri dan anak-anak). Keluarga adalah domba-domba yang Tuhan percayakan kepada kita. Karena itu suami harus mengasihi isteri dan anak-anaknya, mampu membimbing, menuntun serta membawa seluruh keluarganya untuk lebih mengasihi Tuhan dan bertumbuh di dalam iman melalui teladan hidup yang ia tunjukkan sehari-hari. Menggembalakan berarti bertanggung jawab memelihara, memenuhi kebutuhan termasuk juga mendisiplinkan mereka.
Yang seringkali terjadi ada di antara kita yang tampak sibuk melayani domba-domba yang ada di luar sementara anggota keluarga sendiri diabaikan dan diterlantarkan. (Bersambung)
Thursday, December 10, 2015
Wednesday, December 9, 2015
DOMBA YANG TERSESAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Desember 2015
Baca: Matius 18:12-14
"Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang." Matius 18:14
Perubahan terbesar dalam diri Petrus terjadi setelah ia mengalami jamahan Roh Kudus di hari Pentakosta. Dengan kata lain, kurang dari dua bulan setelah menyangkal Tuhan Yesus, Petrus mampu bangkit kembali. Karena Roh Kudus yang bekerja di dalam dirinya Petrus beroleh keberanian untuk berdiri dan berkhotbah dengan penuh kuasa, serta tanpa kompromi di hadapan ribuan orang. Ia juga menantang orang banyak untuk percaya dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Akhirnya ada sekitar tiga ribu orang dibaptis dan diselamatkan! Hal ini menunjukkan bahwa Petrus merespons panggilan Tuhan untuk 'menggembalakan domba-domba'.
Menggembalakan domba (jiwa-jiwa) itu bukan semata-mata tugas dan tanggung jawab seorang pendeta atau gembala sidang suatu gereja, melainkan semua orang percaya harus turut mengambil peranan di dalamnya. Mengapa domba-domba harus digembalakan? Karena domba-domba termasuk jenis hewan ternak yang mudah tersesat. Mereka selalu merumput dengan posisi kepala menunduduk. Dengan kebiasaan sering menunduk tersebut domba-domba kecenderung untuk mudah terpisah dari kawanannya. Tatkala ia mengangkat kepalanya itulah ia baru menyadari telah terpisah jauh dari kawanannya. Mudah terpisah dari kawanannya adalah kelemahan terbesar setiap domba, karena akan mendatangkan pelbagai jenis bahaya yang mengancam keselamatan jiwanya. Sekali domba tersesat biasanya ia akan semakin terhilang. Tindakan aktif dari sang gembala yang berusaha menemukan kembali domba-dombanya yang tersesat itulah yang dapat mengembalikan mereka pulang ke kandang.
Perilaku domba-domba yang mudah tersesat ini menggambarkan kehidupan umat manusia. Nabi Yesaya menyatakan: "Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri," (Yesaya 53:6). Tuhan tidak menghendaki umat kesayangan-Nya mengalami ketersesatan. Itulah sebabnya dengan kasih-Nya Tuhan berkenan mencari domba-dombanya yang tersesat.
Tatkala Gembala yang baik menemukan 'domba' yang tersesat itu ia akan digendong, dibalut luka-lukanya dan hidupnya pun dipulihkan!
Baca: Matius 18:12-14
"Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang." Matius 18:14
Perubahan terbesar dalam diri Petrus terjadi setelah ia mengalami jamahan Roh Kudus di hari Pentakosta. Dengan kata lain, kurang dari dua bulan setelah menyangkal Tuhan Yesus, Petrus mampu bangkit kembali. Karena Roh Kudus yang bekerja di dalam dirinya Petrus beroleh keberanian untuk berdiri dan berkhotbah dengan penuh kuasa, serta tanpa kompromi di hadapan ribuan orang. Ia juga menantang orang banyak untuk percaya dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Akhirnya ada sekitar tiga ribu orang dibaptis dan diselamatkan! Hal ini menunjukkan bahwa Petrus merespons panggilan Tuhan untuk 'menggembalakan domba-domba'.
Menggembalakan domba (jiwa-jiwa) itu bukan semata-mata tugas dan tanggung jawab seorang pendeta atau gembala sidang suatu gereja, melainkan semua orang percaya harus turut mengambil peranan di dalamnya. Mengapa domba-domba harus digembalakan? Karena domba-domba termasuk jenis hewan ternak yang mudah tersesat. Mereka selalu merumput dengan posisi kepala menunduduk. Dengan kebiasaan sering menunduk tersebut domba-domba kecenderung untuk mudah terpisah dari kawanannya. Tatkala ia mengangkat kepalanya itulah ia baru menyadari telah terpisah jauh dari kawanannya. Mudah terpisah dari kawanannya adalah kelemahan terbesar setiap domba, karena akan mendatangkan pelbagai jenis bahaya yang mengancam keselamatan jiwanya. Sekali domba tersesat biasanya ia akan semakin terhilang. Tindakan aktif dari sang gembala yang berusaha menemukan kembali domba-dombanya yang tersesat itulah yang dapat mengembalikan mereka pulang ke kandang.
Perilaku domba-domba yang mudah tersesat ini menggambarkan kehidupan umat manusia. Nabi Yesaya menyatakan: "Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri," (Yesaya 53:6). Tuhan tidak menghendaki umat kesayangan-Nya mengalami ketersesatan. Itulah sebabnya dengan kasih-Nya Tuhan berkenan mencari domba-dombanya yang tersesat.
Tatkala Gembala yang baik menemukan 'domba' yang tersesat itu ia akan digendong, dibalut luka-lukanya dan hidupnya pun dipulihkan!
Subscribe to:
Posts (Atom)