Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Agustus 2015
Baca: 2 Korintus 4:16-18; 2 Korintus 5:1-10
"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara," 2 Korintus 4:18
Sebagai manusia, punya rasa kecewa adalah hal yang sangat wajar. Namun kita tidak boleh membiarkan hal itu berlarut-larut menguasai hati dan pikiran kita, karena kehidupan yang dikendalikan oleh kekecewaan akan melahirkan hal-hal negatif, salah satunya adalah tawar hati. Situasi ini pun akan dimanfaatkan oleh Iblis, karena Iblis paling suka melihat orang Kristen kecewa dan tawar hati. Tertulis: "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu." (Amsal 24:10), sehingga Iblis akan semakin mudah menghasut dan mempengaruhi kita dengan tipu muslihatnya yang licik. "Lihat itu...orang yang tidak beribadah kepada Tuhan dan tidak setia melayani, hidupnya berkelimpahan! Sementara kamu yang sudah rajin beribadah, berdoa dan mengikut Tuhan dengan setia cuma bisa gigit jari. Rugi kamu!" Daud mengingatkan, "Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang;" (Mazmur 37:1-2).
Di masa-masa sulit seperti sekarang ini Iblis ingin sekali membuat kita hanya mengutamakan dan meperhatikan hal-hal yang lahiriah atau tampak secara kasat mata, padahal kita sendiri tahu bahwa yang kelihatan itu sifatnya hanya sementara, dan selalu berakhir dengan kekecewaan. Tetapi kita tetap saja termakan dan terprovokasi oleh hasutan si Iblis. Berbicara tentang kekecewaan, seharusnya Tuhan Yesus yang layak kecewa. Coba bayangkan! Orang yang mengkhianati dan menyerahkan Dia bukanlah orang asing, bukan orang jauh dan juga bukanlah musuh; justru yang mengkhianati dan menyerahkan Dia adalah Yudas Iskariot, salah seorang murid-Nya sendiri.
Sungguh, apa yang tampak mata seringkali membuat kita kecewa dan tawar hati. Supaya kita tidak mudah kecewa jangan sekali-kali berharap dan mengandalkan manusia. Sebaliknya andalkan Tuhan dalam segala perkara dan tetap nanti-nantikan Dia, sebab "...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" (Mazmur 25:3).
Kita tidak akan mudah kecewa bila kita hidup karena percaya, bukan karena melihat!
Saturday, August 15, 2015
Friday, August 14, 2015
MUDAH SEKALI KECEWA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Agustus 2015
Baca: Yohanes 16:1-4b
"Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku." Yohanes 16:1
Semua orang pasti pernah merasakan apa yang disebut kecewa. Apa itu kecewa? Kecewa artinya kecil hati, rasa tidak puas karena keinginan dan harapan tidak terpenuhi. Jadi rasa kecewa seringkali timbul di dalam hati seseorang ketika apa yang diinginkan dan diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Ketika rencana yang kita buat tidak satu pun terlaksana, kita kecewa; ketika permintaannya tidak dipenuhi, seorang anak kecewa kepada orangtua; ketika anak-anak sulit dinasihati, orangtua kecewa; merasa diacuhkan dan tidak diperhatikan suami menimbulkan kekecewaan dalam diri isteri; seorang gadis kecewa kepada pacarnya karena telah ingkar janji. Banyak sekali faktor yang membuat seseorang mengalami kekecewaan.
Ada banyak orang Kristen kecewa kepada Tuhan hanya karena doa-doanya belum mendapat jawaban. "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?" (Mazmur 13:2). Kecewa karena merasa sudah melayani Tuhan sekian lama tapi hidup sepertinya tidak ada peningkatan, ekonomi tetap saja pas-pasan. Karena karir dirasa stagnan, dengan nada kecewa kita complain kepada Tuhan. Alkitab mencatat, "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun," (Ulangan 28:13). Namun apa faktanya? Mari membaca ayat jangan sepenggal saja, masih ada kelanjutannya: "...apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia," (Ulangan 28:13). Jadi sebelum kita kecewa dan memprotes Tuhan, tanyakan pada diri sendiri terlebih dahulu, apakah kita sudah melakukan perintah Tuhan dengan setia ataukah belum.
Pada dasarnya kita kecewa karena masalah-masalah yang kita alami, dan Tuhan selalu menjadi sasaran kekecewaan kita. Padahal sebagian besar masalah kita seringkali sebagai akibat dari kesalahan dan ketidaktaatan kita sendiri.
Tuhan tidak pernah berjanji bahwa hidup orang percaya bebas dari masalah, tapi Dia berjanji untuk menolong dan memberi jalan keluar untuk setiap permasalahan hidup kita.
Baca: Yohanes 16:1-4b
"Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku." Yohanes 16:1
Semua orang pasti pernah merasakan apa yang disebut kecewa. Apa itu kecewa? Kecewa artinya kecil hati, rasa tidak puas karena keinginan dan harapan tidak terpenuhi. Jadi rasa kecewa seringkali timbul di dalam hati seseorang ketika apa yang diinginkan dan diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Ketika rencana yang kita buat tidak satu pun terlaksana, kita kecewa; ketika permintaannya tidak dipenuhi, seorang anak kecewa kepada orangtua; ketika anak-anak sulit dinasihati, orangtua kecewa; merasa diacuhkan dan tidak diperhatikan suami menimbulkan kekecewaan dalam diri isteri; seorang gadis kecewa kepada pacarnya karena telah ingkar janji. Banyak sekali faktor yang membuat seseorang mengalami kekecewaan.
Ada banyak orang Kristen kecewa kepada Tuhan hanya karena doa-doanya belum mendapat jawaban. "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?" (Mazmur 13:2). Kecewa karena merasa sudah melayani Tuhan sekian lama tapi hidup sepertinya tidak ada peningkatan, ekonomi tetap saja pas-pasan. Karena karir dirasa stagnan, dengan nada kecewa kita complain kepada Tuhan. Alkitab mencatat, "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun," (Ulangan 28:13). Namun apa faktanya? Mari membaca ayat jangan sepenggal saja, masih ada kelanjutannya: "...apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia," (Ulangan 28:13). Jadi sebelum kita kecewa dan memprotes Tuhan, tanyakan pada diri sendiri terlebih dahulu, apakah kita sudah melakukan perintah Tuhan dengan setia ataukah belum.
Pada dasarnya kita kecewa karena masalah-masalah yang kita alami, dan Tuhan selalu menjadi sasaran kekecewaan kita. Padahal sebagian besar masalah kita seringkali sebagai akibat dari kesalahan dan ketidaktaatan kita sendiri.
Tuhan tidak pernah berjanji bahwa hidup orang percaya bebas dari masalah, tapi Dia berjanji untuk menolong dan memberi jalan keluar untuk setiap permasalahan hidup kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)