Tuesday, June 9, 2015

JANGAN JADI PEMALAS!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juni 2015

Baca:  Amsal 13:1-25

"Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan."  Amsal 13:4

Secara umum arti kata malas adalah tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu, keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dapat dilakukan, atau hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.  Bagaimana dengan Saudara?  Ketika Saudara mulai memiliki banyak alasan untuk menghindar dari sebuah tanggung jawab, ketika Saudara suka sekali menunda-nunda waktu dalam mengerjakan sebuah pekerjaan, ketika Saudara menolak tugas yang dipercayakan, ketika Saudara tidak lagi on time, ketika Saudara tidak lagi disiplin, ketika Saudara mulai ogah-ogahan bangun pagi, ketika Saudara tidak lagi bersemangat dalam melayani pekerjaan Tuhan, berhati-hatilah, karena Saudara mulai dan sedang dihinggapi oleh rasa malas!

     Ada  kabar buruk bagi para pemalas:  kesuksesan atau keberhasilan di segala bidang kehidupan ternyata tidak akan pernah menghampiri orang-orang yang malas bekerja.  Ada kalimat bijak yang mengatakan,  "Jika kamu terus malas bekerja, atas dasar apakah engkau mengharapkan sebanyak yang dihasilkan oleh orang-orang yang rajin?"  Sekalipun seseorang memiliki bejibun keinginan atau impian setinggi langit, tapi jika ia sendiri bermalas-malasan, maka semua keinginan dan impiannya tidak akan pernah terwujud.  "Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja."  (Amsal 21:25).  Sesungguhnya kemalasan itu bisa diklasifikasikan sebagai salah satu penyakit mental dan kalau  'penyakit'  ini terus dibiarkan dan dipelihara akan semakin menjadi kronis, bukan hanya akan merugikan, tapi juga akan menghancurkan diri sendiri.  Karena itu rasul Paulus sangat menentang keras orang-orang yang malas:  "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."  (2 Tesalonika 3:10).

     Sebagai hamba Tuhan, sebenarnya Paulus berhak untuk mendapatkan penghidupan dari orang-orang yang dilayaninya, tetapi ia sendiri telah menunjukkan teladan hidup yang luar biasa dalam hal bekerja keras,  "...kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu."  (2 Tesalonika 3:8).

Berharap semua keinginan dan impian terwujud?  Jangan jadi pemalas!

Monday, June 8, 2015

BERSIKAP SEBAGAI LAKI-LAKI (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juni 2015

Baca:  1 Raja-Raja 2:1-12

"Aku ini akan menempuh jalan segala yang fana, maka kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki."  1 Raja-Raja 2:2

Bukan hanya Paulus yang menasihati kita untuk bersikap sebagai laki-laki.  Daud sebelum meninggal juga berpesan kepada Salomo, yang menerima tongkat estafet kepemimpinan, demikian,  "...kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki."

     Selain keberanian, sikap yang harus dimiliki oleh orang percaya adalah berjaga-jaga.  Berjaga-jaga berarti memiliki kewaspadaan, siap menghadapi suatu keadaan yang datang secara tiba-tiba atau di luar perkiraan.  Alkitab menggambarkan sikap berjaga-jaga ini seperti seorang petugas jaga malam atau ronda, di mana ia juga harus punya keberanian karena sewaktu-waktu bisa datang pencuri atau orang jahat.  Bisa dibayangkan bila seorang penjaga malam memiliki sikap penakut, ia pasti lari tunggang-langgang untuk menyelamatkan diri sendiri atau bersembunyi ketika ada musuh datang!  Seorang penjaga juga rela tidak tidur semalam suntuk agar situasi tetap aman dan terkendali.  Sikap berjaga-jaga ini berbicara tentang kewaspadaan rohani, kesiapan untuk menghadapi segala kemungkinan terburuk sekalipun, atau cepat tanggap terhadap apapun.  Tuhan Yesus memperingatkan,  "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).

     Laki-laki juga identik dengan kekuatan.  Kata kuat berarti punya daya tahan, tidak mudah patah, tidak mudah goyah, tidak mudah terpengaruh, teguh dalam pendirian, teguh dalam iman.  Di tengah situasi yang tidak mendukung sekalipun setiap orang percaya diharapkan mampu bertahan, berdiri teguh dalam iman, tidak toleran atau kompromi dengan hal-hal yang menyimpang dari kebenaran Injil.  Karena itu  "...hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya."  (Efesus 6:10).  Kekuatan itu datangnya dari Tuhan,  "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan,"  (2 Timotius 1:7).  Jadi kita bisa kuat bila senantiasa mengandalkan Tuhan.  "orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru:"  (Yesaya 40:31).

Senantiasa berjaga-jaga dan mengandalkan Tuhan adalah kunci kekuatan bagi orang percaya!