Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2015
Baca: Yesaya 56:1-12
"sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa." Yesaya 56:7b
Setiap orang yang sudah menikmati makanan rohani, yaitu firman Tuhan, sudah seharusnya mengalami pertumbuhan rohani yang baik dan semakin dewasa di dalam Tuhan. Tanpa adanya pertumbuhan secara rohani perjalanan kekristenan kita bisa disebut jalan di tempat atau stagnan, ibarat tanaman, kita akan disebut bonsai alias kerdil. Apalah artinya mengikut Tuhan selama bertahun-tahun jika kita tetap saja kerdil? Karena itu, selain makanan rohani yang sehat (firman Tuhan), untuk bertumbuh dibutuhkan pula pernafasan yang sehat sebagai pertanda bahwa ada kehidupan di dalamnya. Seseorang dikatakan hidup dan bertubuh sehat jika ia memiliki sistem pernafasan yang baik, lancar, normal, tidak tersendat-sendat, apalagi sampai terputus.
Pernafasan yang sehat bagi pertumbuhan rohani adalah doa. Itulah sebabnya doa disebut nafas hidup orang percaya. Meski tahu apa itu doa dan pentingnya berdoa tidak sedikit orang Kristen yang salah memahami arti doa. Ada yang berpikiran bahwa doa itu tidak jauh berbeda dengan sebuah mantera, kalau diucapkan dan dihafalkan pada saat diperlukan atau dalam situasi genting akan menjadi manjur atau mujarab; karenanya mereka berdoa hanya seperlunya saja, saat butuh atau dalam masalah. Tetapi kalau tidak punya masalah mereka menjadi malas dan tidak mau lagi berdoa.
Doa yang dimaksudkan bukan sekedar doa bangun tidur, hendak makan atau sebelum beranjak tidur, melainkan doa sebagai wujud persekutuan kita dengan Tuhan. Sesungguhnya berdoa adalah berkat dan juga hak istimewa orang percaya, karena kita telah dibenarkan melalui darah Kristus yang tercurah di Kalvari. "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." (Ibrani 3:12). Karena itu "...marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16). Melalui doa kita dapat bertemu Tuhan secara pribadi, berkomunikasi dua arah, bergaul karib denganNya.
Jika jarang berdoa sama artinya nafas kita sedang tersendat-sendat; berhati-hatilah, karena kita sedang berada di ambang kematian rohani.
Wednesday, April 22, 2015
Tuesday, April 21, 2015
TANAMAN YANG MEMBERI HASIL
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2015
Baca: Mazmur 67:1-8
"Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita." (Mazmur 67:7)
Harapan dari setiap orang yang menanam pohon adalah pohonnya berakar kuat, bertumbuh dengan baik dan dapat dinikmati buahnya. Tiga perkara (berakar, bertumbuh dan berbuah) inilah yang menjadi kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya, sehingga keberadaannya seperti pohon tarbantin.
Akar tumbuhnya pasti ke dalam tanah. Akar yang bekerja di dalam tanah inilah yang memungkinkan sebuah pohon dapat bertumbuh dan berbuah. Semakin dalam akar itu menembus tanah semakin ia mencapai sumber air dan mendapatkan sari-sari makanan. Berakar kuat berarti kita tinggal di dalam firman-Nya, sebab "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Bagaimana agar kita berakar atau tinggal di dalam firman? Yakobus menyampaikan tahap-tahap bagaimana kita berakar dalam firman (baca Yakobus 1:21-25) yaitu harus menerima firman dengan hati yang lemah lembut supaya firman tersebut dapat tertanam di dalam hati kita. Hati ibarat tanah yang siap ditaburi benih firman. Kondisi hati kita menentukan apakah benih firman itu dapat bertumbuh dengan baik atau tidak. Hati yang lembah lembut adalah hati yang 'gembur' (tidak keras), tidak gampang memberontak, mau dibentuk, selalu terbuka terhadap nasihat dan teguran. "Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak." (Amsal 15:31).
Tahap berikutnya adalah meneliti dan merenungkan firman yang telah kita terima sampai kita memahami apa yang kehendak Tuhan. "...kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:2-3). Kemudian kita mempraktekkan firman tersebut. Bila kita sudah mencapai tahap ini, "...apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7). Sementara orang Kristen yang tidak suka membaca dan merenungkan firman Than semakin menjauhkan dirinya dari sumber air kehidupan itu.
'Akar' orang benar tidak akan goncang dan senantiasa mendatangkan hasil! (Amsal 12:3, 12).
Baca: Mazmur 67:1-8
"Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita." (Mazmur 67:7)
Harapan dari setiap orang yang menanam pohon adalah pohonnya berakar kuat, bertumbuh dengan baik dan dapat dinikmati buahnya. Tiga perkara (berakar, bertumbuh dan berbuah) inilah yang menjadi kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya, sehingga keberadaannya seperti pohon tarbantin.
Akar tumbuhnya pasti ke dalam tanah. Akar yang bekerja di dalam tanah inilah yang memungkinkan sebuah pohon dapat bertumbuh dan berbuah. Semakin dalam akar itu menembus tanah semakin ia mencapai sumber air dan mendapatkan sari-sari makanan. Berakar kuat berarti kita tinggal di dalam firman-Nya, sebab "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Bagaimana agar kita berakar atau tinggal di dalam firman? Yakobus menyampaikan tahap-tahap bagaimana kita berakar dalam firman (baca Yakobus 1:21-25) yaitu harus menerima firman dengan hati yang lemah lembut supaya firman tersebut dapat tertanam di dalam hati kita. Hati ibarat tanah yang siap ditaburi benih firman. Kondisi hati kita menentukan apakah benih firman itu dapat bertumbuh dengan baik atau tidak. Hati yang lembah lembut adalah hati yang 'gembur' (tidak keras), tidak gampang memberontak, mau dibentuk, selalu terbuka terhadap nasihat dan teguran. "Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak." (Amsal 15:31).
Tahap berikutnya adalah meneliti dan merenungkan firman yang telah kita terima sampai kita memahami apa yang kehendak Tuhan. "...kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:2-3). Kemudian kita mempraktekkan firman tersebut. Bila kita sudah mencapai tahap ini, "...apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7). Sementara orang Kristen yang tidak suka membaca dan merenungkan firman Than semakin menjauhkan dirinya dari sumber air kehidupan itu.
'Akar' orang benar tidak akan goncang dan senantiasa mendatangkan hasil! (Amsal 12:3, 12).
Subscribe to:
Posts (Atom)