Sunday, April 12, 2015

BESAR PASAK DARIPADA TIANG

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 April 2015

Baca:  Amsal 22:1-16

"Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi."  Amsal 22:7

Masalah atau persoalan adalah bagian dari kehidupan manusia di atas muka bumi ini.  Tak seorang pun manusia yang kebal terhadap masalah.  Masalah atau persoalan dapat menimpa siapa saja, tanpa mengenal status:  entah itu orang kaya, orang miskin, orang berpangkat, orang rendahan, selebriti, semuanya pasti mengalami masalah dalam hidupnya.  Ada masalah rumah tangga, masalah keuangan, masalah pekerjaan, masalah studi, masalah kesehatan, dan masalah-masalah lainnya.  Musa pun mengakui bahwa kebangaan hidup manusia  "...adalah kesukaran dan penderitaan;"  (Mazmur 90:10).

     Satu dari sekian masalah yang dialami oleh manusia, yang seringkali menjadi beban berat dalam hidup ini adalah masalah ekonomi.  Banyak orang tidak berhenti untuk mengeluh, bersungut-sungut, lalu kecewa dan akhirnya berputus asa ketika mengalami guncangan dalam hal ekonomi.  Masalah ekonomi seringkali muncul ketika penghasilan seseorang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pengeluaran setiap hari.  Akibatnya jika pengeluaran lebih besar daripada pendapatan orang tidak akan mungkin bisa menabung atau menyisihkan uangnya, malahan orang akan berutang kesana-kemari demi menutupi kebutuhannya.  Penyebab lain yang menyebabkan orang berutang terhadap orang lain mungkin karena usahanya sedang pailit atau ditipu, tapi ada pula yang karena kesalahannya sendiri yaitu memiliki gaya hidup yang terlalu konsumtif.  Untuk menutupi pengeluarannya yang lebih besar daripada penghasilan orang kemudian berutang.  Apabila hal ini dilakukan terus-menerus ia akan terbelit masalah utang.

     Ketidakmampuan untuk membayar utang membuat seseorang mengalami frustasi dan akhirnya putus asa.  Lebih berbahaya lagi, orang bisa melakukan perbuatan nekat:  gali lubang tutup lubang, ada yang melakukan penipuan, korupsi, mencaplok uang yang telah dipinjam dan tidak mau mengembalikan kepada orang yang telah meminjaminya, bahkan ada pula yang sampai berbuat sadis dengan menghabisi nyawa orang yang menagih utangnya.  Ada tertulis,  "Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah."  (Mazmur 37:21).

"Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga,"  Roma 13:8

Saturday, April 11, 2015

KEBAHAGIAAN ORANG PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 April 2015

Baca:  Mazmur 25:1-22

"Oleh karena nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu."  Mazmur 25:11

Firman Tuhan berulang kali mengingatkan bahwa keberadaan orang percaya di tengah-tengah dunia seharusnya memiliki kualitas hidup yang berbeda dari orang-orang yang belum percaya.  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,"  (Roma 12:2).

     Salah satu sikap yang membedakan orang percaya dengan orang dunia adalah hal kebahagiaan.  Bahagia memiliki arti keadaan atau suasana hati yang tenteram dan damai, bebas dari rasa susah.  Umumnya rasa bahagia yang dimiliki orang-orang dunia sangat ditentukan oleh situasi-situasi yang terjadi atau bergantung pada sesuatu yang dimilikinya.  Namun fakta membuktikan bahwa sukacita yang mereka rasakan tidak bertahan lama atau bersifat musiman saja.  Itulah kebahagiaan semu yang diberikan oleh dunia!  Mungkin kita akan berkata,  "Bagaimana bisa berbahagia kalau masalah yang kita hadapi datang secara bertubi-tubi, tiada kunjung berhenti di sepanjang hari?"  Bagi orang percaya kebahagiaan seharusnya menjadi bagian hidup yang senantiasa terpancar dalam kehidupan sehari-hari.  Alasan utama kita berbahagia bukan semata-mata karena berkat-berkat materi yang telah kita terima dari Tuhan, atau karena tidak ada masalah dalam hidup ini, tetapi karena berkat rohani yang Tuhan berikan.  Berkat rohani tersebut berupa pengampunan dosa.  Dosa adalah masalah terbesar manusia, sebab upah dosa ialah maut atau kematian kekal, tapi karena kasih-Nya yang besar dosa-dosa kita telah diampuni.  Uang, harta kekayaan, agama, perbuatan baik tidak bisa membereskan dosa-dosa manusia.  Satu-satunya hal yang sanggup membereskan dosa manusia adalah darah Tuhan Yesus.  "...dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa."  (1 Yohanes 1:7).

     Itulah sebabnya Daud menulis:  "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN,"  (Mazmur 32:1-2).  Karena pelanggaran kita diampuni dan dosa kita ditutupi, maka kita selalu punya alasan untuk tetap berbahagia bagaimana pun keadaan kita.

"sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita."  Mazmur 103:12