Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Maret 2015
Baca: Lukas 8:40-56
"Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!" Lukas 8:49
Ketika dilanda permasalahan, hal pertama yang kita butuhkan adalah suatu pertolongan. Pertolongan yang bagaimana? Semua orang pasti mengharapkan pertolongan yang datang tepat pada waktunya, bukan pertolongan yang datangnya terlambat atau tertunda. Bagaimana rasanya jika pertolongan yang ditunggu-tunggu ternyata datangnya sangat terlambat? Saat itulah orang pasti akan marah, jengkel, kecewa, bersungut-sungut dan akhirnya meninggalkan Tuhan dengan menyimpan kepahitan yang akut. Yang tidak kita sadari adalah adakalanya Tuhan mengijinkan pertolongan itu sepertinya datang terlambat karena Ia memiliki tujuan dan rencana yang indah di balik keterlambatan tersebut.
Pertolongan yang sepertinya tertunda dan sangat terlambat juga dialami oleh Yairus, seorang kepala rumah ibadat yang mengalami masalah berat karena anak perempuan satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati (ayat 42). Ketika masalah datang Yairus membuat sebuah keputusan yang sangat tepat yaitu tidak lari mencari pertolongan kepada manusia atau sumber-sumber lain yang ada di dunia ini, tetapi ia datang kepada Tuhan Yesus. Bahkan Alkitab mencatat: "Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepada-Nya, supaya Yesus datang ke rumahnya," (ayat 41b). Kata tersungkur menunjuk kepada suatu sikap kesungguhan yang didasari oleh kerendahan hati. Ia tidak merasa malu dan gengsi meski dilihat oleh orang banyak. Ia tidak menghiraukan statusnya sebagai kepala rumah ibadat, dengan kata lain ia rela menanggalkan segala 'atribut' demi bertemu dengan Tuhan Yesus.
Ketika tertimpa masalah ada banyak orang Kristen yang tidak langsung datang kepada Tuhan Yesus, tapi mereka mencoba mengatasi masalahnya dengan kekuatan sendiri dan seringkali pula mereka tergoda untuk mencari pertolongan 'instan' kepada dunia. Dan karena merasa diri orang kaya, terpandang dan berkedudukan tinggi, mereka merasa enggan dan gengsi untuk tersungkur di bawah kaki Tuhan Yesus dan merendahkan diri. "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5). Status sosial seringkali menjadi hambatan bagi seseorang untuk datang kepada Tuhan Yesus.
Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN YESUS, bukan yang lain!
Sunday, March 29, 2015
Saturday, March 28, 2015
KUAT KARENA BERGAUL KARIB (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Maret 2015
Baca: Mazmur 62:1-13
"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." Mazmur 62:6
Memiliki persekutuan karib dengan Tuhan adalah kunci menarik hadirat Tuhan hadir di tengah-tengah kehidupan orang percaya, yang tidak dapat digantikan oleh pengetahuan kita tentang Alkitab atau seberapa sibuk kita melayani pekerjaan Tuhan, jika semua itu kita lakukan hanya sebatas rutinitas. "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." (Hosea 6:6).
Di dalam suatu kekariban tidak boleh ada mentalitas hamba, yaitu mentalitas yang tidak tahu apa-apa. Seorang hamba tidak akan mengerti apa-apa kecuali yang diperintahkan tuannya, sebab ukuran yang dipakai oleh hamba adalah upah. Tuhan menghendaki kita naik ke tingkat hubungan yang lebih dekat lagi, itulah sebabnya Ia tidak menyebut kita sebagai hamba, melainkan sahabat. "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." (Yohanes 15:15). Tuhan ingin kita tidak hanya melakukan apa yang diperintahkan, tetapi lebih daripada itu, Tuhan mau kita juga memahami isi hati-Nya, sebab sesungguhnya Tuhan ingin memberitahukan pikiran dan hati-Nya kepada kita. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," (Filipi 2:5).
Kita akan memahami apa yang ada didalam hati dan pikiran Tuhan jika kita senantiasa memiliki waktu duduk bersimpuh di bawah kaki Tuhan dan mempertajam pendengaran kita akan suara-Nya, seperti yang diperbuat Maria, yang memilih "...duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,...Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Lukas 10:39, 42). Kedekatan itulah yang menghasilkan ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi badai persoalan hidup ini.
"Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu! Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus." Mazmur 65:5
Baca: Mazmur 62:1-13
"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." Mazmur 62:6
Memiliki persekutuan karib dengan Tuhan adalah kunci menarik hadirat Tuhan hadir di tengah-tengah kehidupan orang percaya, yang tidak dapat digantikan oleh pengetahuan kita tentang Alkitab atau seberapa sibuk kita melayani pekerjaan Tuhan, jika semua itu kita lakukan hanya sebatas rutinitas. "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." (Hosea 6:6).
Di dalam suatu kekariban tidak boleh ada mentalitas hamba, yaitu mentalitas yang tidak tahu apa-apa. Seorang hamba tidak akan mengerti apa-apa kecuali yang diperintahkan tuannya, sebab ukuran yang dipakai oleh hamba adalah upah. Tuhan menghendaki kita naik ke tingkat hubungan yang lebih dekat lagi, itulah sebabnya Ia tidak menyebut kita sebagai hamba, melainkan sahabat. "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." (Yohanes 15:15). Tuhan ingin kita tidak hanya melakukan apa yang diperintahkan, tetapi lebih daripada itu, Tuhan mau kita juga memahami isi hati-Nya, sebab sesungguhnya Tuhan ingin memberitahukan pikiran dan hati-Nya kepada kita. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," (Filipi 2:5).
Kita akan memahami apa yang ada didalam hati dan pikiran Tuhan jika kita senantiasa memiliki waktu duduk bersimpuh di bawah kaki Tuhan dan mempertajam pendengaran kita akan suara-Nya, seperti yang diperbuat Maria, yang memilih "...duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,...Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Lukas 10:39, 42). Kedekatan itulah yang menghasilkan ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi badai persoalan hidup ini.
"Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu! Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus." Mazmur 65:5
Subscribe to:
Posts (Atom)