Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Maret 2015
Baca: Yakobus 4:1-10
"Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa
persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi
barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya
musuh Allah." Yakobus 4:4
Setiap orang pasti punya kesenangan dan hobi tertentu, yang adakalanya dilakukan untuk sekedar melepas penat atau sebatas mengisi waktu luang, seperti memancing, nonton televisi, nonton bioskop, nonton konser musik, nge-gym, bermain futsal, tenis, badminton, golf, hiking, travelling, browsing internet atau bermain game dan masih banyak lagi. Semua itu adalah sah-sah saja dan wajar. Namun adalah berbahaya sekali bila waktu-waktu yang sediakan untuk hobi dan kesenangan itu melebihi porsi sampai-sampai menyita sebagian besar waktu dan perhatian kita, bahkan membuat kita kecanduan.
Banyak orang rela mengeluarkan uang banyak dan bersikap royal demi hobi dan memuaskan hasrat pribadi, namun bila hendak memberikan persembahan untuk pekerjaan Tuhan, mereka pikir-pikir dan selalu hitung-hitungan; ada yang rela menghabiskan waktu seharian di lapangan golf pada hari Minggu dan meninggalkan jam-jam ibadah karena takut kehilangan kliennya; ada anak-anak muda yang kecanduan browsing internet karena kecanduan situs-situs porno, ber-chatting ria dengan orang yang baru dikenalnya lewat jejaring media sosial, bermain game yang berbau kekerasan secara online sampai-sampai mereka lupa waktu untuk makan dan belajar; tidak sedikit pula yang lebih memilih tidak berdoa dan tidak bersaat teduh daripada harus melewatkan satu episode sebuah cerita sinetron.
Thomas Guthrie, penyanyi, pencipta dan gitaris kenamaan Amerika menulis: "Jika anda lebih mencintai suatu kesenangan lebih daripada doa-doa anda, sebuah buku lebih daripada Alkitab, seseorang lebih daripada Kristus, atau suatu kegemaran lebih daripada pengharapan akan surga, waspadalah." Salah satu upaya Iblis untuk memperhamba manusia adalah dengan mengalihkan fokus kita kepada hal-hal duniawi, menjadikan kita mengasihi dunia ini dengan menawarkan segala kenikmatan dan kesenangannya sehingga kita tidak lagi mengutamakan Tuhan.
"Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu." 1 Yohanes 2:15b
Thursday, March 19, 2015
Wednesday, March 18, 2015
HARTA YANG SEJATI: Nama Baik
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Maret 2015
Baca: Matius 6:19-24
"Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." Matius 6:20
Jika dibaca sepintas ayat firman Tuhan hari ini yang perikopnya tentang mengumpulkan harta, kita akan berpikir bahwa Tuhan tidak menghendaki umat-Nya mengumpulkan harta selama menjalani hidup di dunia ini. Tidak demikian! Tuhan Yesus sediri berkata, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b). Ada banyak tokoh di dalam Alkitab yang hidupnya diberkati Tuhan secara melimpah alias kaya raya, salah satu contohnya adalah Ishak. Alkitab menyatakan bahwa Ishak "...menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya." (Kejadian 26:13).
Yang Tuhan inginkan adalah tidak semata-mata kita mengejar materi duniawi atau berlomba-lomba mengumpulkan harta yang sifatnya hanya sementara dan tidak abadi, "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar." (1 Timotius 6:7). Ayub pun menyadarinya, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya." (Ayub 1:21). Jadi bukan apa yang kita miliki yang menjadi persoalan, namun apa yang menguasai hidup kita inilah yang Tuhan peringatkan!
Jadi Tuhan memerintahkan kita untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya 'harta' di sorga, di mana ngengat dan karat tidak bisa merusakkannya dan pencuri tidak bisa membongkar serta mencurinya. Inilah harta yang sesungguhnya dan bersifat abadi! Ada tertulis: "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas." (Amsal 22:1). Sekaya-kayanya seseorang, bila hartanya berasal dari korupsi, merampok, menipu, memeras dan sebagainya, ia tidak memiliki 'harga' di mata sesamanya, terlebih-lebih di hadapan Tuhan. Walaupun mungkin seorang miskin di mata manusia, tapi jika ia memiliki kehidupan yang benar dan jujur di hadapan Tuhan dan juga manusia, maka sesungguhnya ia memiliki harta yang sejati. "Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya," (Amsal 19:1), daripada kaya tapi buruk kelakuannya.
Betapa pun kaya seseorang, yang dipuji Tuhan adalah kesalehan dan ketaatannya!
Baca: Matius 6:19-24
"Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." Matius 6:20
Jika dibaca sepintas ayat firman Tuhan hari ini yang perikopnya tentang mengumpulkan harta, kita akan berpikir bahwa Tuhan tidak menghendaki umat-Nya mengumpulkan harta selama menjalani hidup di dunia ini. Tidak demikian! Tuhan Yesus sediri berkata, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b). Ada banyak tokoh di dalam Alkitab yang hidupnya diberkati Tuhan secara melimpah alias kaya raya, salah satu contohnya adalah Ishak. Alkitab menyatakan bahwa Ishak "...menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya." (Kejadian 26:13).
Yang Tuhan inginkan adalah tidak semata-mata kita mengejar materi duniawi atau berlomba-lomba mengumpulkan harta yang sifatnya hanya sementara dan tidak abadi, "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar." (1 Timotius 6:7). Ayub pun menyadarinya, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya." (Ayub 1:21). Jadi bukan apa yang kita miliki yang menjadi persoalan, namun apa yang menguasai hidup kita inilah yang Tuhan peringatkan!
Jadi Tuhan memerintahkan kita untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya 'harta' di sorga, di mana ngengat dan karat tidak bisa merusakkannya dan pencuri tidak bisa membongkar serta mencurinya. Inilah harta yang sesungguhnya dan bersifat abadi! Ada tertulis: "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas." (Amsal 22:1). Sekaya-kayanya seseorang, bila hartanya berasal dari korupsi, merampok, menipu, memeras dan sebagainya, ia tidak memiliki 'harga' di mata sesamanya, terlebih-lebih di hadapan Tuhan. Walaupun mungkin seorang miskin di mata manusia, tapi jika ia memiliki kehidupan yang benar dan jujur di hadapan Tuhan dan juga manusia, maka sesungguhnya ia memiliki harta yang sejati. "Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya," (Amsal 19:1), daripada kaya tapi buruk kelakuannya.
Betapa pun kaya seseorang, yang dipuji Tuhan adalah kesalehan dan ketaatannya!
Subscribe to:
Posts (Atom)