Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Maret 2015
Baca: 1 Yohanes 2:15-17
"Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." 1 Yohanes 2:17
Bentuk lain berhala-berhala masa kini adalah bisnis dan jabatan. Berbisnis, bekerja, berkarir dan menduduki sebuah jabatan merupakan impian semua orang. Tetapi kalau seseorang tidak mampu menjaga sikap hatinya, maka bisnis atau pekerjaan dan juga jabatan bisa saja menjadi berhala bagi dirinya. Bagaimana mungkin bisnis dan jabatan bisa menjadi berhala? Kalau begitu kita tidak perlu bekerja dan berusaha. Bukankah kita perlu makan dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya? Kalau kita tidak bekerja, bagaimana mungkin kita mendapatkan uang dan bisa bertahan hidup?
Memang benar sekali bahwa setiap orang perlu bekerja untuk mencari nafkah, tapi ada orang-orang tertentu yang bekerja sepanjang hari dan menempatkan pekerjaan atau karir sebagai hal yang jauh lebih penting dan paling utama dalam hidupnya. Hari-harinya disibukkan dengan urusan bisnis dan bisnis, sampai-sampai berkata: "Aku sangat sibuk, aku tidak punya waktu lagi untuk ikut-ikut persekutuan atau bergabung dalam pelayan di gereja. Maaf!" Ada pula yang enggan menutup tokonya pada hari Minggu karena ramai pembeli. Jam-jam ibadah dikesampingkan tanpa ada rasa bersalah sedikit pun. Kita lupa bahwa waktu adalah milik Tuhan dan sepenuhnya di bawah kendali-Nya, sementara kita dipanggil untuk menggunakan waktu dengan baik dan bijak. "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap
dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam
jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang,
kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." (Pengkotbah 9:12).
Demi mendapatkan jabatan ada orang yang menghalalkan segala cara, dan karena iming-iming jabatan pula ada orang percaya yang memilih berkompromi dengan dunia, melepaskan iman dan menyangkal Tuhan Yesus. Pengorbanan Kristus di kayu salib dianggapnya sebagai hal yang murahan sehingga bisa ditukar-tukar. Rasul Paulus sudah memperingatkan, "...janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya." (Ibrani 10:35).
Prioritaskan Tuhan terlebih dahulu, maka Tuhan pasti akan memberkati usaha kita dan mengangkat hidup kita!
Tuesday, March 17, 2015
Monday, March 16, 2015
BERHALA MODERN: Cinta Uang
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Maret 2015
Baca: 1 Timotius 6:7-10
"Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang." 1 Timotius 6:10a
Tak bisa dipungkiri bahwa semua orang pasti memerlukan uang. Dengan uang kita dapat membeli segala sesuatu yang menjadi kebutuhan kita selama hidup di dunia ini. Karena itu banyak orang beranggapan bahwa uang adalah segala-galanya. Pepatah Tiongkok kuno: "Uang bukan segalanya, tetapi tanpa uang manusia tidak dapat berbuat apa-apa."
Urusan uang benar-benar menjadi sesuatu yang sangat sensitif bagi semua orang. Di satu sisi kita semua menyadari pentingnya uang dalam kehidupan ini, tapi di sisi lain uang juga dapat menimbulkan masalah besar bagi yang memilikinya, karena dapat mempengaruhi prinsip dan gaya hidup semua orang. Berhati-hatilah! Uang bisa menjadi hamba yang baik, namun juga bisa menjadi tuan yang sangat jahat tergantung bagaimana menyikapinya. Ada orang-orang tertentu yang rela mengorbankan harga diri/menjual diri demi mendapatkan uang, ada yang menempuh jalan sesat dan melanggar hukum (korupsi, suap, manipulasi) demi meraup uang, bahkan ada yang nekat melakukan tindak kejahatan semata-mata demi mendapatkan uang. Ini berarti uang bukan lagi menjadi hamba yang kita atur dan kendalikan, melainkan sudah menjadi tuan dan berhala dalam hidup seseorang. Mereka mengira bahwa jika telah memiliki banyak uang dalam jumlah yang besar akan mengalami kepuasan. Faktanya? Berapa pun jumlah uang yang dimiliki seseorang tidak akan pernah memberikan kepuasan kepadanya. "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang," (Pengkotbah 5:9).
Marian Wright Edelman, aktivis perempuan dari Amerika mengatakan, "Jangan pernah bekerja hanya untuk mendapatkan uang atau kekuasaan. Mereka tak akan menyelamatkan jiwamu atau membantumu tidur malam." Jangan sekali-kali menempatkan uang sebagai dasar hidup, sebab ketika uang menjadi dasar hidup kita, kita akan menjadi orang yang sangat materialistis, segala sesuatu diukur dengan uang, dan yang kita pikirkan hanyalah uang, uang dan uang. Karena uang pulalah sifat dan karakter seseorang bisa berubah secara drastis, dari yang baik menjadi sangat jahat!
Uang harus tetap berada di dalam kendali kita, tetapi kita atur dan kita kelola dengan baik, bukan kita yang diatur dan dikendalikan oleh uang!
Baca: 1 Timotius 6:7-10
"Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang." 1 Timotius 6:10a
Tak bisa dipungkiri bahwa semua orang pasti memerlukan uang. Dengan uang kita dapat membeli segala sesuatu yang menjadi kebutuhan kita selama hidup di dunia ini. Karena itu banyak orang beranggapan bahwa uang adalah segala-galanya. Pepatah Tiongkok kuno: "Uang bukan segalanya, tetapi tanpa uang manusia tidak dapat berbuat apa-apa."
Urusan uang benar-benar menjadi sesuatu yang sangat sensitif bagi semua orang. Di satu sisi kita semua menyadari pentingnya uang dalam kehidupan ini, tapi di sisi lain uang juga dapat menimbulkan masalah besar bagi yang memilikinya, karena dapat mempengaruhi prinsip dan gaya hidup semua orang. Berhati-hatilah! Uang bisa menjadi hamba yang baik, namun juga bisa menjadi tuan yang sangat jahat tergantung bagaimana menyikapinya. Ada orang-orang tertentu yang rela mengorbankan harga diri/menjual diri demi mendapatkan uang, ada yang menempuh jalan sesat dan melanggar hukum (korupsi, suap, manipulasi) demi meraup uang, bahkan ada yang nekat melakukan tindak kejahatan semata-mata demi mendapatkan uang. Ini berarti uang bukan lagi menjadi hamba yang kita atur dan kendalikan, melainkan sudah menjadi tuan dan berhala dalam hidup seseorang. Mereka mengira bahwa jika telah memiliki banyak uang dalam jumlah yang besar akan mengalami kepuasan. Faktanya? Berapa pun jumlah uang yang dimiliki seseorang tidak akan pernah memberikan kepuasan kepadanya. "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang," (Pengkotbah 5:9).
Marian Wright Edelman, aktivis perempuan dari Amerika mengatakan, "Jangan pernah bekerja hanya untuk mendapatkan uang atau kekuasaan. Mereka tak akan menyelamatkan jiwamu atau membantumu tidur malam." Jangan sekali-kali menempatkan uang sebagai dasar hidup, sebab ketika uang menjadi dasar hidup kita, kita akan menjadi orang yang sangat materialistis, segala sesuatu diukur dengan uang, dan yang kita pikirkan hanyalah uang, uang dan uang. Karena uang pulalah sifat dan karakter seseorang bisa berubah secara drastis, dari yang baik menjadi sangat jahat!
Uang harus tetap berada di dalam kendali kita, tetapi kita atur dan kita kelola dengan baik, bukan kita yang diatur dan dikendalikan oleh uang!
Subscribe to:
Posts (Atom)