Sunday, February 8, 2015

DITERJANG BADAI KEHIDUPAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2015

Baca:  Matius 8:23-27

"Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur."  Matius 8:24

Mungkin kita tidak pernah mengalami terpaan badai dan ganasnya gelombang di lautan dalam arti yang sesungguhnya karena kita memang tidak pernah melakukan perjalanan jauh melalui jalur laut, karena umumnya kapal laut membutuhkan waktu yang lama, bahkan bisa berhari-hari untuk bisa sampai ke tujuan.  Karena itu banyak orang lebih suka menempuh perjalanan jauh melalui jalur udara demi efesiensi waktu dan kenyamanan meski harus mengeluarkan biaya mahal.

     Namun tak seorang pun dapat mengelak dan menghindarkan diri dari  'badai dan gelombang'  kehidupan yang sewaktu-waktu dapat terjadi dan menghantam  'perahu kehidupan'  kita.  Contoh nyata adalah badai perekonomian atau krisis moneter yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 lalu, krisis berkepanjangan menerjang segala sektor kehidupan yang akhirnya membawa dampak luar biasa bagi kelangsungan hidup semua orang.  Ketika badai dan gelombang dahsyat menyerang, yang terlontar dari mulut kita umumnya adalah perkataan-perkataan negatif bercampur dengan takut, kuatir, kecewa.  Tak jarang kita memprotes Tuhan,  "Mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi?  Mengapa Tuhan tidak segera bertindak untuk menolong?  Di manakah janji pemeliharaan Tuhan?"  Pertanyaan yang sama yang bernada kecewa, kesal, menggerutu, mengomel pun terlontar dari mulut murid-murid, sebab Tuhan Yesuslah yang mengajak mereka untuk bertolak ke seberang.  "Marilah kita bertolak ke seberang."  (Markus 4:35).

     Selain Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya turut serta pula orang-orang yang mengikut Dia dengan perahu mereka masing-masing.  Namun apa yang selanjutnya terjadi?  "Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu,"  (ayat nas).  Hal itu menunjukkan bahwa keikutsertaan Tuhan Yesus di dalam perahu tidak dengan serta merta membuat perjalanan yang mereka tempuh terbebas dari terpaan badai dan gelombang.  "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;"  (Mazmur 34:20).

Mengikut Tuhan bukan berarti pasti terbebas dari masalah, sebab Tuhan tidak pernah menjanjikan demikian, namun yang pasti Tuhan selalu ada untuk kita.

Saturday, February 7, 2015

KEKUATIRAN: Bukti Ketidakpercayaan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2015

Baca:  Mazmur 112:1-10

"Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN."  Mazmur 112:7

Semua orang pasti punya rasa kuatir karena kuatir adalah hal yang manusiawi, tapi jika setiap saat dan setiap waktu kita terus hidup dalam kekuatiran itu sama artinya kita tidak mempercayai Tuhan sepenuhnya;  kita meragukan kuasa Tuhan dan bimbang terhadap semua janji-janji Tuhan.  "...orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."  (Yakobus 1:6-7).  Orang yang kuatir membuktikan bahwa ia tidak menyadari kasih dan pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya, padahal  "...TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun."  (Mazmur 100:5).  Firman-Nya juga mengatakan,  "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."  (Matius 7:11).

     Jika kita menyadari akan kasih dan pemeliharaan Tuhan kita dapat berkata seperti rasul Paulus katakan,  "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:35, 37).

     Mulai hari ini ambil tindakan tegas untuk membuang semua kekuatiran yang selama ini terus membelenggu hidup kita.  Norman Vincent Peale, motivator, menyatakan bahwa ketika seseorang kuatir sama artinya ia telah membuang-buang energi mental secara bodoh, sebab kira-kira sembilan puluh dua persen dari kekuatiran tidak pernah terjadi.  Sayang bukan?  Cara untuk berhenti dari rasa kuatir adalah banyak berdoa dan belajarlah untuk senantiasa bersyukur di segala keadaan.  Dengan bersyukur maka arah pandangan kita tertuju kepada janji Tuhan dan kebesaran kuasa Tuhan.  Tidak berarti hal itu akan mengubah situasi, melainkan respons kita terhadap masalah yang akan berubah.

Miliki keyakinan seperti rasul Paulus,  "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat."  2 Korintus 5:7