Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Januari 2015
Baca: Yohanes 6:1-15
"Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya
kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan
ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki." Yohanes 6:11
Suatu waktu, setelah berkhotbah di hadapan ribuan orang yang menyembuhkan sakit-penyakit banyak orang, Tuhan Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk memberi makan kepada orang banyak itu. Karena sudah seharian mengikut Tuhan, pastilah mereka lapar. Ini adalah bukti bahwa Ia tidak hanya memperhatikan kebutuhan rohani manusia namun juga memperhatikan kebutuhan jasmani, salah satunya berkenaan dengan makanan.
Mendapat perintah Tuhan ini murid-murid-Nya pun kelabakan. "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" (ayat 5). Tiba-tiba ada seorang anak yang mempunyai lima roti dan dua ikan menyerahkannya kepada murid-murid Yesus. Artinya ada korban yang dipersembahkan dari keterbatasan yang ada. Secara manusia lima roti dan dua ikan manalah cukup untuk memberi makan orang yang jumlahnya ribuan. Ini adalah mission impossible! Namun di tengah keterbatasan yang ada, yaitu lima roti dan dua ikan, Tuhan Yesus tetap mengucap syukur kepada Bapa di sorga. Setelah mengucap syukur, apa yang terjadi? Mujizat terjadi! Dengan hanya berbekal lima roti dan dua ikan Tuhan Yesus sanggap melakukan perkara yang dahsyat! Lima ribu orang laki-laki, tidak termasuk wanita dan anak-anak, diberi-Nya makan sampai kenyang, bahkan setelah dihitung masih ada sisa dua belas bakul. Bagi manusia itu mustahil, tetapi "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN?" (Kejadian 18:14).
Pekerjaan Tuhan tidak dapat diselami oleh pikiran dan logika manusia. "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9). Karena itu jangan pernah membatasi kuasa Tuhan yang tak terbatas itu dengan keterbatasan kita. Percayalah, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13). Perintah Tuhan acapkali memang tak masuk akal, aneh, dan sulit diterima dengan pikiran, salah satunya mengucap syukur dalam segala hal ini.
Jika kita mau membayar harga dan taat melakukan, ada mujizat dinyatakan!
Monday, January 12, 2015
Sunday, January 11, 2015
MENGUCAP SYUKUR: Pintu Gerbang Mujizat (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Januari 2015
Baca: Mazmur 118:1-29
"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Mazmur 118:1
Bila kita renungkan, sesungguhnya perjalanan hidup kita adalah rangkaian dari mujizat. Namun umumnya orang beranggapan bahwa yang disebut dengan mujizat adalah suatu perkara yang luar biasa, mengherankan dan tampak spektakuler seperti yang terjadi di acara-acara KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani): orang lumpuh bisa berjalan, orang tuli bisa mendengar, orang buta dicelikkan matanya dan sebagainya. Sementara hal-hal yang kita alami sehari-hari: kita bisa bernafas, memiliki tubuh yang sehat, bisa bangun pagi dengan kekuatan yang baru, bisa beraktivitas atau bekerja, anak-anak tumbuh cerdas dan berhasil dalam studi kita nilai sebagai hal yang biasa dan sepele. Kita berpikir itu semua karena kuat dan gagah kita, padahal semua itu karena campur tangan Tuhan. Oleh karena itu kita patut bersyukur kepada Tuhan untuk semua itu.
Mengucap syukur adalah sikap yang mendatangkan mujizat. Dengan bersyukur kita mempersiapkan diri untuk menerima mujizat dari Tuhan. Pemazmur berkata, "Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!" (Mazmur 100:4). Jadi pintu gerbang memasuki kehidupan yang berkemenangan dan berkelimpahan adalah melalui ucapan syukur. Artinya ketika kita mengucap syukur pintu kesempatan, pintu kesembuhan, pintu pemulihan, pintu mujizat, pintu pertolongan, pintu berkat akan semakin terbuka bagi kita, sebab orang yang selalu bersyukur mampu melihat sisi positif di balik masalah, mampu melihat kebaikan di balik hal-hal buruk sekalipun, mampu melihat keajaiban di balik kemustahilan karena tahu bahwa "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia," (Roma 8:28). Sebaliknya orang yang suka bersungut-sungut hanya melihat hal-hal negatif di balik masalah, karena pikiran dipenuhi dengan keraguan, ketakutan dan kekuatiran sebagai tanda ketidakpercayaan akan kuasa Tuhan.
Ketika kita bersyukur kita sedang menyerahkan segala pergumulan hidup ini kepada Tuhan dan mengijinkan Dia bekerja sepenuhnya di dalam kita.
"TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." Keluaran 14:14
Baca: Mazmur 118:1-29
"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Mazmur 118:1
Bila kita renungkan, sesungguhnya perjalanan hidup kita adalah rangkaian dari mujizat. Namun umumnya orang beranggapan bahwa yang disebut dengan mujizat adalah suatu perkara yang luar biasa, mengherankan dan tampak spektakuler seperti yang terjadi di acara-acara KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani): orang lumpuh bisa berjalan, orang tuli bisa mendengar, orang buta dicelikkan matanya dan sebagainya. Sementara hal-hal yang kita alami sehari-hari: kita bisa bernafas, memiliki tubuh yang sehat, bisa bangun pagi dengan kekuatan yang baru, bisa beraktivitas atau bekerja, anak-anak tumbuh cerdas dan berhasil dalam studi kita nilai sebagai hal yang biasa dan sepele. Kita berpikir itu semua karena kuat dan gagah kita, padahal semua itu karena campur tangan Tuhan. Oleh karena itu kita patut bersyukur kepada Tuhan untuk semua itu.
Mengucap syukur adalah sikap yang mendatangkan mujizat. Dengan bersyukur kita mempersiapkan diri untuk menerima mujizat dari Tuhan. Pemazmur berkata, "Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!" (Mazmur 100:4). Jadi pintu gerbang memasuki kehidupan yang berkemenangan dan berkelimpahan adalah melalui ucapan syukur. Artinya ketika kita mengucap syukur pintu kesempatan, pintu kesembuhan, pintu pemulihan, pintu mujizat, pintu pertolongan, pintu berkat akan semakin terbuka bagi kita, sebab orang yang selalu bersyukur mampu melihat sisi positif di balik masalah, mampu melihat kebaikan di balik hal-hal buruk sekalipun, mampu melihat keajaiban di balik kemustahilan karena tahu bahwa "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia," (Roma 8:28). Sebaliknya orang yang suka bersungut-sungut hanya melihat hal-hal negatif di balik masalah, karena pikiran dipenuhi dengan keraguan, ketakutan dan kekuatiran sebagai tanda ketidakpercayaan akan kuasa Tuhan.
Ketika kita bersyukur kita sedang menyerahkan segala pergumulan hidup ini kepada Tuhan dan mengijinkan Dia bekerja sepenuhnya di dalam kita.
"TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." Keluaran 14:14
Subscribe to:
Posts (Atom)