Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Desember 2014
Baca: Mazmur 86:1-17
"Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah." Mazmur 86:10
Mujizat adalah karya adikodrati Tuhan yang dinyatakan dalam kehidupan orang percaya. Mujizat sangat identik dengan berkat, kesembuhan, pemulihan. Begitu rindunya mengalami mujizat, seseorang rela membayar harga, terkadang menempuh perjalanan yang sangat jauh, bahkan melintasi pulau atau negara demi menghadiri KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) yang dilayani oleh hamba Tuhan terkenal yang dipakai Tuhan secara luar biasa. Tapi di sisi lain masih banyak orang yang tidak percaya terhadap mujizat. Mereka beranggapan bahwa zaman mujizat sudah berlalu, hanya terjadi di zaman nabi-nabi terdahulu atau semasa Tuhan Yesus berada di bumi.
Dahulu ketika Tuhan Yesus ada di tengah-tengah umat manusia juga ada sekelompok orang yang tidak percaya mujizat, padahal mereka berhadapan langsung dengan Sang Pembuat mujizat, "Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya," (Yohanes 12:37). Tak terkecuali orang-orang di Nazaret, padahal Nazaret adalah tempat asal Tuhan Yesus sendiri, tapi mereka meremehkan, bahkan menolak Dia, yang mereka pikir Yesus itu tidak lebih dari anak seorang tukang kayu. "Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ." (Matius 13:58). Ada pula yang menganggap bahwa mujizat terjadi secara kebetulan dan bersifat insidentil saja. Itu tidak benar!
Mujizat itu ada dan tetap ada, sebab kuasa Tuhan itu tidak pernah berubah. "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani 13:8). Terjadi tidaknya mujizat dalam hidup seseorang sangat ditentukan oleh seberapa besar imannya kepada Tuhan. Kalau kita sendiri ragu-ragu atau bimbang, itu akan menjadi penghalang bagi Tuhan untuk menyatakan mujizat-Nya. "...sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan." (Yakobus 1:6-7). Selama ada kebimbangan dan keraguan, seseorang tidak akan mendapatkan sesuatu dari Tuhan, apalagi mereka yang tidak percaya dan apatis.
Ketidakpercayaan adalah penghalang utama mengalami mujizat Tuhan!
Saturday, December 6, 2014
Friday, December 5, 2014
BERSAMA TUHAN: Everything's Possible (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Desember 2014
Baca: 1 Korintus 1:18-31
"supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah." 1 Korintus 1:29
Mengapa Tuhan lebih cenderung memanggil dan memilih orang-orang yang tidak terpandang, dinilai bodoh, dan diremehkan oleh dunia? Supaya kita tidak menjadi sombong dan memegahkan diri sendiri, sebab kemegahan yang bukan pada kehebatan Tuhan dalah sebuah kejahatan (baca Yakobus 4:16). "...Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti," (1 Korintus 1:27-28).
Apa pun keadaan Saudara terimalah diri apa adanya dengan penuh ucapan syukur, sebab semua yang datangnya dari Tuhan pasti baik adanya. "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran." (Yakobus 1:17). Menerima diri apa adanya adalah langkah awal menuju rencana Tuhan. Jangan pernah menyalahkan diri karena kelemahan-kelemahan kita, sebab bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil. Setiap hari adalah kesempatan kita memilih: terus maju atau menyerah pada keadaan, berpikiran positif atau negatif... semua bergantung pada keputusan yang kita ambil. Rasul Paulus menasihati, "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8).
Ketika menyadari bahwa kita ini sangat berharga di mata Tuhan dan sedang dipersiapkan Tuhan untuk sebuah rencana besar yaitu "...untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10), maka kita percaya bahwa Tuhan turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Tuhan berkata, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 12:9). Karena itu, rasul Paulus senang dan rela di dalam kelemahan, "Sebab jika aku lemah, maka aku kuat." (2 Korintus 12:10b).
Jika Tuhan turut bekerja, semua adalah mungkin bagi orang percaya!
Baca: 1 Korintus 1:18-31
"supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah." 1 Korintus 1:29
Mengapa Tuhan lebih cenderung memanggil dan memilih orang-orang yang tidak terpandang, dinilai bodoh, dan diremehkan oleh dunia? Supaya kita tidak menjadi sombong dan memegahkan diri sendiri, sebab kemegahan yang bukan pada kehebatan Tuhan dalah sebuah kejahatan (baca Yakobus 4:16). "...Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti," (1 Korintus 1:27-28).
Apa pun keadaan Saudara terimalah diri apa adanya dengan penuh ucapan syukur, sebab semua yang datangnya dari Tuhan pasti baik adanya. "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran." (Yakobus 1:17). Menerima diri apa adanya adalah langkah awal menuju rencana Tuhan. Jangan pernah menyalahkan diri karena kelemahan-kelemahan kita, sebab bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil. Setiap hari adalah kesempatan kita memilih: terus maju atau menyerah pada keadaan, berpikiran positif atau negatif... semua bergantung pada keputusan yang kita ambil. Rasul Paulus menasihati, "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8).
Ketika menyadari bahwa kita ini sangat berharga di mata Tuhan dan sedang dipersiapkan Tuhan untuk sebuah rencana besar yaitu "...untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10), maka kita percaya bahwa Tuhan turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Tuhan berkata, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 12:9). Karena itu, rasul Paulus senang dan rela di dalam kelemahan, "Sebab jika aku lemah, maka aku kuat." (2 Korintus 12:10b).
Jika Tuhan turut bekerja, semua adalah mungkin bagi orang percaya!
Subscribe to:
Posts (Atom)