Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Desember 2014
Baca: 1 Korintus 1:18-31
"supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah." 1 Korintus 1:29
Mengapa Tuhan lebih cenderung memanggil dan memilih orang-orang yang tidak terpandang, dinilai bodoh, dan diremehkan oleh dunia? Supaya kita tidak menjadi sombong dan memegahkan diri sendiri, sebab kemegahan yang bukan pada kehebatan Tuhan dalah sebuah kejahatan (baca Yakobus 4:16). "...Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan
orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah
untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah,
bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang
berarti," (1 Korintus 1:27-28).
Apa pun keadaan Saudara terimalah diri apa adanya dengan penuh ucapan syukur, sebab semua yang datangnya dari Tuhan pasti baik adanya. "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya
dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada
perubahan atau bayangan karena pertukaran." (Yakobus 1:17). Menerima diri apa adanya adalah langkah awal menuju rencana Tuhan. Jangan pernah menyalahkan diri karena kelemahan-kelemahan kita, sebab bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil. Setiap hari adalah kesempatan kita memilih: terus maju atau menyerah pada keadaan, berpikiran positif atau negatif... semua bergantung pada keputusan yang kita ambil. Rasul Paulus menasihati, "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci,
semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut
kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8).
Ketika menyadari bahwa kita ini sangat berharga di mata Tuhan dan sedang dipersiapkan Tuhan untuk sebuah rencana besar yaitu "...untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10), maka kita percaya bahwa Tuhan turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Tuhan berkata, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 12:9). Karena itu, rasul Paulus senang dan rela di dalam kelemahan, "Sebab jika aku lemah, maka aku kuat." (2 Korintus 12:10b).
Jika Tuhan turut bekerja, semua adalah mungkin bagi orang percaya!
Friday, December 5, 2014
Thursday, December 4, 2014
BERSAMA TUHAN: Nothing's Impossible (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Desember 2014
Baca: Yakobus 5:15-18
"Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan." Yakobus 5:17
Pada umumnya sebagian besar orang akan lebih mudah melihat kelemahan-kelemahan yang dimiliki daripada menyebutkan kekuatan atau kemampuan yang ada di dalam dirinya. Karena kekurangan dan kelemahan yang terus dibesar-besarkan banyak orang memiliki citra diri negatif: merasa tidak berharga dan tidak berarti. Keadaan inilah yang sebenarnya menjadi titik lemah kita sendiri!
Saudaraku, kita harus mengubah mindset kita! Tanamkan dalam hati bahwa kita ini diciptakan menurut rupa dan gambar Allah, artinya kita memiliki kemuliaan, karakter, otoritas, serta memiliki hubungan yang istimewa dengan Allah. Di dalam Kristus kita ini adalah manusia-manusia baru yang tidak lagi hidup di bawah kutuk dosa, melainkan hidup di bawah kasih karunia dan berkat-berkat Allah. Hendaknya kita melihat kelemahan dengan sudut pandang yang positif yaitu memotivasi dan mencambuk kita untuk berbenah diri. Musa, sempat menolak ketika diutus Tuhan karena merasa diri tidak mampu dan tidak fasih bicara. Tuhan pun menguatkan Musa, "Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." (Keluaran 4:12). Daud, awalnya tak lebih dari seorang penggembala domba, bahkan keberadaannya sangat diremehkan dan tidak diperhitungkan oleh keluarganya sendiri. Gideon, seorang muda yang tidak percaya diri dan cenderung penakut, "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku." (Hakim-Hakim 6:15). Elia, adalah manusia biasa sama seperti kita (ayat nas), yang punya rasa takut, kuatir dan pernah hampir frustasi. Petrus, salah seorang dari murid Tuhan Yesus, berasal dari kalangan orang biasa, tidak terpelajar dan hanya berprofesi sebagai nelayan.
Dalam menggenapi rencana-Nya Tuhan justru memakai orang-orang yang sederhana dan tidak terpandang di mata dunia untuk Ia pakai menjadi alat kemuliaan-Nya. Dengan demikian setiap orang percaya dengan latar belakang apa pun memiliki potensi yang sama untuk menjadi orang-orang yang dipilih dan dipakai Tuhan. (Bersambung)
Baca: Yakobus 5:15-18
"Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan." Yakobus 5:17
Pada umumnya sebagian besar orang akan lebih mudah melihat kelemahan-kelemahan yang dimiliki daripada menyebutkan kekuatan atau kemampuan yang ada di dalam dirinya. Karena kekurangan dan kelemahan yang terus dibesar-besarkan banyak orang memiliki citra diri negatif: merasa tidak berharga dan tidak berarti. Keadaan inilah yang sebenarnya menjadi titik lemah kita sendiri!
Saudaraku, kita harus mengubah mindset kita! Tanamkan dalam hati bahwa kita ini diciptakan menurut rupa dan gambar Allah, artinya kita memiliki kemuliaan, karakter, otoritas, serta memiliki hubungan yang istimewa dengan Allah. Di dalam Kristus kita ini adalah manusia-manusia baru yang tidak lagi hidup di bawah kutuk dosa, melainkan hidup di bawah kasih karunia dan berkat-berkat Allah. Hendaknya kita melihat kelemahan dengan sudut pandang yang positif yaitu memotivasi dan mencambuk kita untuk berbenah diri. Musa, sempat menolak ketika diutus Tuhan karena merasa diri tidak mampu dan tidak fasih bicara. Tuhan pun menguatkan Musa, "Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." (Keluaran 4:12). Daud, awalnya tak lebih dari seorang penggembala domba, bahkan keberadaannya sangat diremehkan dan tidak diperhitungkan oleh keluarganya sendiri. Gideon, seorang muda yang tidak percaya diri dan cenderung penakut, "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku." (Hakim-Hakim 6:15). Elia, adalah manusia biasa sama seperti kita (ayat nas), yang punya rasa takut, kuatir dan pernah hampir frustasi. Petrus, salah seorang dari murid Tuhan Yesus, berasal dari kalangan orang biasa, tidak terpelajar dan hanya berprofesi sebagai nelayan.
Dalam menggenapi rencana-Nya Tuhan justru memakai orang-orang yang sederhana dan tidak terpandang di mata dunia untuk Ia pakai menjadi alat kemuliaan-Nya. Dengan demikian setiap orang percaya dengan latar belakang apa pun memiliki potensi yang sama untuk menjadi orang-orang yang dipilih dan dipakai Tuhan. (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)