Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juni 2014
Baca: 2 Timotius 2:14-26
"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja
yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan
kebenaran itu." 2 Timotius 2:15
Melayani Tuhan adalah suatu anugerah, karena itu kita harus mempergunakan kesempatan dan kepercayaan itu sebaik mungkin. Jangan pernah sia-siakan "...supaya pelayanan yang kauterima dalam Tuhan kaujalankan sepenuhnya." (Kolose 4:17), sebab ada banyak orang yang tidak melakukannya dengan sepenuh hati. Ada yang sengaja menunda-nunda waktu untuk melayani dan cenderung mengabaikan panggilan pelayanan tersebut, padahal ladang sudah menguning. "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." (Matius 9:37). Orang-orang yang melayani Tuhan disebut pula sebagai pekerja di ladang Tuhan.
Bukanlah suatu perkara yang mudah untuk menjadi pekerja-pekerja Tuhan karena ada harga yang harus kita bayar. Harus ada usaha agar kita memiliki kehidupan yang benar-benar layak di hadapanNya. Kita harus berjuang untuk mendapatkan perkenanan dari Tuhan. Kapan waktu perkenanan itu? "Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu." (2 Korintus 6:2b). Bila saat ini kita sedang bekerja di ladang Tuhan, marilah kita bekerja dengan sebaik mungkin. Inilah yang diupayakan oleh Paulus: "Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya." (2 Korintus 5:9). Jangan sampai kita melayani pekerjaan Tuhan karena kita hanya ingin menyenangkan hati manusia, supaya dilihat orang dan berharap beroleh pujian dari mereka. Berhati-hatilah! Paulus berkata, "...adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba
berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada
manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus." (Galatia 1:10).
Jika tujuan kita melayani adalah untuk mencari perkenanan dari manusia semata maka kita tidak layak disebut sebagai hamba Tuhan, dan upah yang kita dapatkan pun hanya sebatas pujian dari manusia itu. Adalah sangat mungkin ketika kita berusaha untuk mendapatkan perkenanan dari Tuhan justru kita semakin diperhadapkan dengan banyak tantangan, dan saat itulah banyak dari kita yang lebih memilih mundur.
Bagaimana dengan kita semua? Bertekad kuatkah kita?
Saturday, June 21, 2014
Friday, June 20, 2014
Seri Pertobatan: HATI, PIKIRAN DAN KEHENDAK (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juni 2014
Baca: 2 Timotius 2:14-26
"Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan." 2 Timotius 2:19
Pertobatan juga menekankan pada sikap hati, karena hati adalah pusat dari pikiran, perasaan dan kehendak kita. Hati juga memiliki peranan besar terhadap perilaku lahiriah kita. "...dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21). Penulis amsal pun menyatakan, "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu." (Amsal 27:19). Maka dari itu "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Hati yang senantiasa terjaga bersih dan murni akan berdampak positif pula terhadap setiap perkataan dan tindakan kita.
Bagaimana menjaga hati kita supaya tetap bersih dan murni? Kita harus mengijinkan Roh Kudus untuk menyelidiki dan memperbarui hati kita. Daud berdoa, "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!" (Mazmur 51:12). Pikiran dan hati yang telah diperbaharui oleh firman Tuhan akan mempengaruhi kehendak kita. Kesadaran terhadap segala kesalahan dan pelanggaran pastilah akan diikuti oleh kehendak/keinginan untuk berhenti berbuat dosa, dan komitmen untuk hidup dalam pertobatan setiap hari. Itu membutuhkan proses yang tidak instan tapi secara bertahap dan terus-menerus seumur hidup kita, hingga kita memiliki kehidupan yang sesuai dengan standar yang dikehendaki Tuhan.
Seseorang yang memiliki pertobatan yang sejati imannya tetap teguh untuk hidup seturut dengan kehendak Tuhan, apa pun yang terjadi dan di mana pun berada, karena pertobatan adalah suatu tindakan yang menghasilkan perubahan pikiran, hati dan kehendak, di mana kita semakin mengasihi Tuhan dan hidup seturut dengan firmanNya. Saat menghadapi pergumulan yang berat sekalipun kita bisa berkata: janganlah seperti yang kukehendaki, melainkan seperti yang Tuhan kehendaki. Ketika kita menyerahkan seluruh kehendak kepada Tuhan kita akan tinggal di dalam firmanNya.
Sudahkah kita menjadi orang Kristen yang benar-benar hidup dalam pertobatan?
Baca: 2 Timotius 2:14-26
"Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan." 2 Timotius 2:19
Pertobatan juga menekankan pada sikap hati, karena hati adalah pusat dari pikiran, perasaan dan kehendak kita. Hati juga memiliki peranan besar terhadap perilaku lahiriah kita. "...dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21). Penulis amsal pun menyatakan, "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu." (Amsal 27:19). Maka dari itu "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Hati yang senantiasa terjaga bersih dan murni akan berdampak positif pula terhadap setiap perkataan dan tindakan kita.
Bagaimana menjaga hati kita supaya tetap bersih dan murni? Kita harus mengijinkan Roh Kudus untuk menyelidiki dan memperbarui hati kita. Daud berdoa, "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!" (Mazmur 51:12). Pikiran dan hati yang telah diperbaharui oleh firman Tuhan akan mempengaruhi kehendak kita. Kesadaran terhadap segala kesalahan dan pelanggaran pastilah akan diikuti oleh kehendak/keinginan untuk berhenti berbuat dosa, dan komitmen untuk hidup dalam pertobatan setiap hari. Itu membutuhkan proses yang tidak instan tapi secara bertahap dan terus-menerus seumur hidup kita, hingga kita memiliki kehidupan yang sesuai dengan standar yang dikehendaki Tuhan.
Seseorang yang memiliki pertobatan yang sejati imannya tetap teguh untuk hidup seturut dengan kehendak Tuhan, apa pun yang terjadi dan di mana pun berada, karena pertobatan adalah suatu tindakan yang menghasilkan perubahan pikiran, hati dan kehendak, di mana kita semakin mengasihi Tuhan dan hidup seturut dengan firmanNya. Saat menghadapi pergumulan yang berat sekalipun kita bisa berkata: janganlah seperti yang kukehendaki, melainkan seperti yang Tuhan kehendaki. Ketika kita menyerahkan seluruh kehendak kepada Tuhan kita akan tinggal di dalam firmanNya.
Sudahkah kita menjadi orang Kristen yang benar-benar hidup dalam pertobatan?
Subscribe to:
Posts (Atom)