Monday, May 19, 2014

HATI YANG RELA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Mei 2014

Baca:  Keluaran 3:1-22

"Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?"  Keluaran 3:11

Seringkali kita bersikap  'jual mahal'  dan  'jaim'  (jaga image) kepada Tuhan.  Dengan berbagai alasan kita berusaha menghindar dan lari dari panggilan Tuhan.  Beribadah saja keterpaksaan, apalagi melayani pekerjaan Tuhan.

     Siapakah kita ini hingga kita bersikap demikian?  Apakah Tuhan membutuhkan kita atau kita yang sangat membutuhkanNya?  Sesungguhnya Tuhan tidak membutuhkan tenaga kita,  "...sebab Ia maha kuasa dan maha kuat."  (Yesaya 40:26b);  Tuhan tidak membutuhkan hikmat atau kepintaran kita karena Ia adalah sumber hikmat itu sendiri.  "...TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian."  (Amsal 2:6).  Tetapi seringkali kita yang berlagak sok pintar dan sok tahu.  Tuhan juga tidak membutuhkan uang atau harta kita karena Dia lebih kaya dari manusia mana pun yang ada di bumi ini.  Yang Tuhan butuhkan dari kita adalah kerelaan hati kita merespons panggilan Tuhan;  kerelaan berjalan bersamaNya;  kerelaan melakukan firmanNya;  kerelaan melayani Dia, memberitakan Injil dan menjadi saksi-saksiNya.  Saat pertama kalinya dipanggil Tuhan untuk melayani, Musa pun bersikap seperti kebanyakan orang Kristen saat ini yaitu menolak dengan berbagai dalih dan alasan,  "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman keada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."  (Keluaran 4:10), karena itu  "...Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus."  (Keluaran 4:13).

     Jawaban Musa ini didasarkan pada kekuatan dan kemampuannya yang sangat terbatas.  Ia sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa.  Secara manusia mustahil bagi Musa bisa mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan ini yaitu memimpin suatu bangsa yang besar dan membawa mereka ke luar dari perbudakannya di mesir.  Saat itu Musa benar-benar sedang dalam pergumulan yang berat dan mengalami krisis percaya diri:  takut, kuatir, cemas, ragu dan minder berkecemuk jadi satu.  Musa menolak panggilan Tuhan karena merasa diri tidak mampu!  (Bersambung)

Sunday, May 18, 2014

TUHAN ADALAH SUMBER KEHIDUPAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Mei 2014

Baca:  Mazmur 36:1-13

"Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang."  Mazmur 36:10

Sepenuh hati mencari Tuhan berarti mencariNya secara konsisten sepanjang hidup.  "Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya."  (1 Tawarikh 28:9b).

     Sesungguhnya kesempatan untuk mencari Tuhan itu selalu ada bagi semua orang, tapi tidak semua orang mau mempergunakan kesempatan itu dengan baik.  Kita sering menyia-nyiakan dan membuang kesempatan itu.  Tuhan itu selalu ada kapan pun dan di mana pun kita mencari Dia, tetapi kita sendiri yang mempunyai banyak dalih.  Karena itu selagi hari masih siang, apalagi hari-hari ini adalah jahat, pergunakanlah waktu yang ada sebaik mungkin, sebab  "...akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja."  (Yohanes 9:4).  Bagi orang percaya mencari Tuhan seharusnya menjadi gaya hidup sehari-hari, bukan sesuatu yang dipaksakan dan bukan pula sebatas seremonial atau upacara keagamaan.  Mengapa kita harus mencari Tuhan setiap waktu?  Karena di dalam Dia ada kehidupan.  Tuhan berkata,  "Carilah Aku, maka kamu akan hidup!"  (Amos 5:4).  Tanpa Tuhan kita tidak akan hidup, karena kita ini  "...tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?"  (Yesaya 2:22), dan nafas kehidupan itu berasal dari Tuhan.  "Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu; bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia?"  (Ayub 12:9-10).

     Adam diberi nafas kehidupan oleh Tuhan dan ia pun hidup;  tanpa nafas kehidupan yang diberikan Tuhan manusia tidak lebih dari segumpal tanah yang mati dan tidak berharga.  Tertulis:  "ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup."  (Kejadian 2:7).  Dan  "Jikalau Ia menarik kembali Roh-Nya, dan mengembalikan nafas-Nya pada-Nya, maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah manusia kepada debu."  (Ayub 34:14-15).

Tuhan adalah sumber kehidupan bagi segala makhluk di bumi ini dan sebagai bukti bahwa Ia yang kita sembah adalah Tuhan yang hidup!