Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 April 2014
Baca: Mazmur 19:1-15
"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman." Mazmur 19:8
Penulis Amsal mengingatkan, "Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku; janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu. Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka." (Amsal 4:20-22).
Rugi besar jika kita meremehkan firman Tuhan karena itulah kunci hidup berkemenangan dan diberkati. Tuhan berkata kepada Yosua, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi
renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati
sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian
perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8). Mendengarkan firman, merenungkannya siang dan malam, serta melakukannya adalah kunci mengalami penggenapan janji-janji Tuhan. Tidak semua orang Kristen menyadari hal ini. Inginnya hanya menikmati berkat-berkat Tuhan tapi tidak peduli dan mengabaikan firman Tuhan. Jangan pernah berkata kita mengasihi Tuhan jika kita tidak mencintai firmanNya. Mari belajar dari Daud yang begitu mengasihi Tuhan dan mencintai firmanNya. "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. " (Mazmur 119:97), sehingga Daud mengalami perkara-perkara besar dalam hidupnya.
Jika kita merasa bosan, jenuh, tidak punya rasa haus dan lapar akan firman Tuhan berarti ada ketidakberesan dalam hidup kita, sementara kegiatan-kegiatan duniawi, hobi, hiburan, televisi, surat kabar dan sebagainya lebih menarik hati dan menjadi 'magnet' tersendiri bagi kita. Lalu kita pun mencari-cari alasan untuk menyalahkan pendeta: isi khotbahnya tidak menarik, tidak berbobot, terlalu bertele-tele dan sebagainya, padahal masalah sesungguhnya ada pada diri kita sendiri. Salah satu tanda orang yang mengasihi Tuhan adalah mencintai dan menghargai firman Tuhan, tak peduli siapa yang menyampaikannya.
Daud mengakui bahwa Taurat Tuhan itu "...lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih
manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah." Mazmur 19:11
Monday, April 14, 2014
Sunday, April 13, 2014
JANGAN REMEHKAN FIRMAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 April 2014
Baca: Bilangan 21:4-9
"Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak." Bilangan 21:5
Yang dimaksud bangsa Israel makanan hambar itu adalah manna, yaitu makanan yang menopang orang Israel dalam pengembaraan mereka di padang gurun, "...warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu." (Keluaran 16:31).
Orang-orang Israel mengungkapkan rasa kecewa dan marahnya kepada Musa yang telah membawa mereka ke luar dari Mesir, yang sama artinya dengan melawan dan menentang Tuhan, karena Musa adalah orang yang dipilih Tuhan untuk membawa mereka ke luar dari negeri perbudakan itu. Mereka juga merasa bosan dan muak dengan makanan yang sama yang setiap hari dikirim Tuhan dari sorga. Manna atau roti sorga adalah gambaran dari firman Tuhan, makanan rohani bagi orang percaya. Ada tertulis: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Bangsa Israel tidak menghargai berkat dari Tuhan, firmanNya pun diabaikan mereka. Akhirnya mereka sendiri harus menanggung akibatnya: "Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati." (Bilangan 21:6).
Dewasa ini banyak di antara kita berperilaku seperti bangsa Israel: merasa bosan dan muak terhadap makanan rohani. jangankan membaca Alkitab, mendengarkan khotbah saja kita sudah malas. "Firmannya itu lagi, itu lagi. Bosan ah!" Kita tidak mau ditegur dan dikoreksi oleh firman Tuhan. Begitu mendengar firman yang keras kita langsung naik pitam, marah, sakit hati dan tersinggung. Ini menunjukkan bahwa kita masih mencintai 'Mesir' dan enggan beranjak pergi. Mesir adalah gambaran dari kehidupan duniawi (kedagingan). Kita lebih memilih menjadi budak di Mesir atau dikuasai oleh kedagingan daripada tunduk kepada pimpinan Tuhan. Alkitab menegaskan: "Dahulu memang kamu hamba dosa," (Roma 6:17b), tapi di dalam Kristus "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18).
Jika sampai hari ini kita masih meremehkan firman Tuhan, segeralah bertobat sebelum kita menuai akibatnya!
Baca: Bilangan 21:4-9
"Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak." Bilangan 21:5
Yang dimaksud bangsa Israel makanan hambar itu adalah manna, yaitu makanan yang menopang orang Israel dalam pengembaraan mereka di padang gurun, "...warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu." (Keluaran 16:31).
Orang-orang Israel mengungkapkan rasa kecewa dan marahnya kepada Musa yang telah membawa mereka ke luar dari Mesir, yang sama artinya dengan melawan dan menentang Tuhan, karena Musa adalah orang yang dipilih Tuhan untuk membawa mereka ke luar dari negeri perbudakan itu. Mereka juga merasa bosan dan muak dengan makanan yang sama yang setiap hari dikirim Tuhan dari sorga. Manna atau roti sorga adalah gambaran dari firman Tuhan, makanan rohani bagi orang percaya. Ada tertulis: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Bangsa Israel tidak menghargai berkat dari Tuhan, firmanNya pun diabaikan mereka. Akhirnya mereka sendiri harus menanggung akibatnya: "Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati." (Bilangan 21:6).
Dewasa ini banyak di antara kita berperilaku seperti bangsa Israel: merasa bosan dan muak terhadap makanan rohani. jangankan membaca Alkitab, mendengarkan khotbah saja kita sudah malas. "Firmannya itu lagi, itu lagi. Bosan ah!" Kita tidak mau ditegur dan dikoreksi oleh firman Tuhan. Begitu mendengar firman yang keras kita langsung naik pitam, marah, sakit hati dan tersinggung. Ini menunjukkan bahwa kita masih mencintai 'Mesir' dan enggan beranjak pergi. Mesir adalah gambaran dari kehidupan duniawi (kedagingan). Kita lebih memilih menjadi budak di Mesir atau dikuasai oleh kedagingan daripada tunduk kepada pimpinan Tuhan. Alkitab menegaskan: "Dahulu memang kamu hamba dosa," (Roma 6:17b), tapi di dalam Kristus "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18).
Jika sampai hari ini kita masih meremehkan firman Tuhan, segeralah bertobat sebelum kita menuai akibatnya!
Subscribe to:
Posts (Atom)