Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Februari 2014
Baca: Yakobus 1:19-27
"setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;" Yakobus 1:19
Kehidupan orang yang berkomitmen melayani Tuhan adalah kehidupan yang harus memancarkan terang bagi sekelilingnya, seperti sebuah pelita yang diletakkan "...di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu." (Matius 5:15). Jika tidak, ia hanya akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Ada banyak orang yang mengeluh dan kecewa ketika melihat pelayan Tuhan yang dalam kehidupan sehari-harinya tidak menunjukkan sifat atau karakter kristus. Bukankah hal ini sangat menyedihkan? Padahal Alkitab menegaskan, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Di lingkup gereja mereka tampak begitu rohani dan berhati seperti Yesus, tapi begitu berada di tengah-tengah dunia ia sama sekali tidak peduli dengan orang lain dan sangat egois. Kasih mereka menjadi sangat dingin. Jika demikian, apa bedanya kita dengan orang-orang yang belum percaya? Padahal Tuhan Yesus telah memberikan teladan hidup yang luar biasa, Ia datang "...bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45).
Bagaimana kita bisa memenangkan jiwa bagi kerajaan Allah jika kita sendiri tidak mengasihi jiwa-jiwa? Namanya pelayan Tuhan, berarti tugas kita adalah melayani seperti Tuhan Yesus melayani karena hati Yesus selalu dipenuhi belas kasihan dan empati terhadap orang lain. Namun kita seringkali dengan sengaja menghindar dan menjauhi orang lain karena kita tidak mau berkorban dan direpotkan. Mengasihi orang lain atau memiliki kepedulian terhadap orang lain tidak harus berkorban secara materi. Salah satu wujud kasih kepada orang lain adalah kerelaan kita mendengar ungkapan hati mereka, belajar menjadi good listener (pendengar yang baik) untuk setiap keluh kesah mereka. Jadi permulaan kasih kepada sesama dimulai dari belajar mendengarkan; dan kemauan untuk mendengar adalah syarat utama yang dibutuhkan dengan muatan belas kasihan dan kesabaran. Dengan belajar mendengar ungkapan hati orang lain kita sedang mendisiplinkan diri untuk mendengarkan suara Tuhan.
Bisakah kita disebut melayani jika kita tidak punya kasih dan empati?
Tuesday, February 11, 2014
Monday, February 10, 2014
MELAYANI TUHAN: Rajin dan Tidak Malas
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2014
Baca: Roma 12:9-21
"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Roma 12:11
Jika saat ini kita beroleh kesempatan dan kepercayaan untuk terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan mari kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Sering kita jumpai banyak orang Kristen yang tidak menunjukkan kesungguhannya dalam melayani Tuhan: ogah-ogahan, malas dan asal-asalan dalam melayani. Kalau sudah berkomitmen untuk melayani maka kita harus memiliki kemauan untuk bekerja. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor," (ayat nas), artinya kita harus melayani Tuhan dengan rajin.
Rajin berarti sungguh-sungguh bekerja dan berusaha dengan giat. Tidak ada kerugian sama sekali jika kita melakukan segala sesuatu dengan rajin, bahkan Alkitab mencatat ada banyak berkat yang tersedia bagi orang-orang rajin. "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4), "Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa." (Amsal 12:24). Rajin adalah salah satu kunci meraih keberhasilan. Orang yang rajin pasti tidak menunggu sampai besok apa yang bisa dikerjakan hari ini; orang yang rajin pasti berusaha menggunakan setiap kesempatan untuk melayani Tuhan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya orang yang malas pasti punya seribu satu alasan untuk lari dari tanggung jawab dan menghindari tugas. Alkitab menyebut orang yang malas sebagai orang yang jahat di mata Tuhan karena telah menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Kemalasan berbicara tentang rendahnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan, atau keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya ia bisa lakukan. Malas berarti menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun dan tidak produktif. Mustahil kita bisa mewujudkan segala keinginan dan cita-cita jika masih 'memeluk erat' rasa malas. Ada tertulis: "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Selagi ada waktu mari kita melayani Tuhan dengan rajin, jangan malas.
"...dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." 1 Korintus 15:58
Baca: Roma 12:9-21
"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Roma 12:11
Jika saat ini kita beroleh kesempatan dan kepercayaan untuk terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan mari kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Sering kita jumpai banyak orang Kristen yang tidak menunjukkan kesungguhannya dalam melayani Tuhan: ogah-ogahan, malas dan asal-asalan dalam melayani. Kalau sudah berkomitmen untuk melayani maka kita harus memiliki kemauan untuk bekerja. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor," (ayat nas), artinya kita harus melayani Tuhan dengan rajin.
Rajin berarti sungguh-sungguh bekerja dan berusaha dengan giat. Tidak ada kerugian sama sekali jika kita melakukan segala sesuatu dengan rajin, bahkan Alkitab mencatat ada banyak berkat yang tersedia bagi orang-orang rajin. "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4), "Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa." (Amsal 12:24). Rajin adalah salah satu kunci meraih keberhasilan. Orang yang rajin pasti tidak menunggu sampai besok apa yang bisa dikerjakan hari ini; orang yang rajin pasti berusaha menggunakan setiap kesempatan untuk melayani Tuhan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya orang yang malas pasti punya seribu satu alasan untuk lari dari tanggung jawab dan menghindari tugas. Alkitab menyebut orang yang malas sebagai orang yang jahat di mata Tuhan karena telah menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Kemalasan berbicara tentang rendahnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan, atau keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya ia bisa lakukan. Malas berarti menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun dan tidak produktif. Mustahil kita bisa mewujudkan segala keinginan dan cita-cita jika masih 'memeluk erat' rasa malas. Ada tertulis: "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Selagi ada waktu mari kita melayani Tuhan dengan rajin, jangan malas.
"...dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." 1 Korintus 15:58
Subscribe to:
Posts (Atom)