Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Februari 2014
Baca: Mazmur 55:1-24
"Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak
untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah." Mazmur 55:23
Tak bisa dipungkiri, dunia saat ini dipenuhi berbagai gejolak di segala aspek kehidupan. Semua orang tanpa terkecuali merasakan dampak dari situasi yang ada. Namun tidak seharusnya hal ini mengejutkan kita orang percaya, sebab Alkitab sudah menyatakan bahwa menjelang kedatangan Tuhan kali yang kedua akan datang masa-masa yang sukar yang merupakan masa yang sangat menentukan bagi perjalanan kekristenan kita.
Masa-masa sukar adalah masa ujian bagi kita, masa pemurnian iman, masa penentuan apakah kita terus melangkah maju atau mengalami kemunduran rohani. "sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari
Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana
pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah." (1 Korintus 3:13-14). Menghadapi situasi berat ini banyak orang berkata, "Kuatir itu wajar, sebab sebagai manusia kita pasti punya banyak kelemahan." Hal ini pun seringkali kita jadikan dalih ketika kita sedang merasa kuatir. "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27). Satu hasta itu digambarkan seperti jarak antara siku sampai ujung jari seseorang, yang secara rata-rata sekitar 45 cm. Suatu ukuran yang relatif pendek; meski demikian, tak seorang pun manusia dapat menambah panjang langkah hidupnya. Adakah orang yang karena kekuatirannya dapat menambah sehari saja umur hidupnya? Sebaliknya menurut ilmu kedokteran, kekuatiran justru sangat berdampak buruk bagi kesehatan tubuh manusia, bahkan bisa memperpendek umur seseorang. "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia." (Amsal 12:25).
Kekuatiran tidak dapat menyelesaikan persoalan, malahan menambah beban hidup kita, menguras energi dan pikiran, serta membuang waktu kita secara percuma.
"Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" (Matius 6:25), sebab "...Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus." (Roma 14:17).
Tuesday, February 4, 2014
Monday, February 3, 2014
BERTAHAN DI TENGAH PENDERITAAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Februari 2014
Baca: 2 Korintus 11:23-33
"Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut." 2 Korintus 11:23
Banyak orang Kristen mengeluh dan bersungut-sungut jika sedang dalam masalah dan penderitaan. Mari belajar dari kehidupan rasul Paulus, seorang pemberita Injil yang dipakai Tuhan secara luar biasa.
Meski sudah melayani Tuhan, apakah hidup Paulus terbebas dari masalah? Justru sebaliknya: hari-hari yang dijalani Paulus dipenuhi oleh penderitaan dan pergumuluan yang berat. Meski demikian hal itu tidak menyurutkan semangat Paulus untuk melayani Tuhan dan memberitakan Injil. Seburuk apa pun keadaannya Paulus tetap memiliki roh yang menyala-nyala bagi Tuhan. "Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian," ( 2 Korintus 11:23-27). Apa yang mendasari Paulus sehingga ia tetap kuat dan mampu bertahan di tengah penderitaan? Dasarnya adalah pengorbanan Kristus dibawah kayu salib. Ia menyadari bahwa "...setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya," (2 Timotius 3:12).
Setiap orang percaya kita hidup di dalam kasih karunia; meski demikian, tidak berarti kita akan terbebas dari masalah dan persoalan. Masalah dan persoalan boleh saja tetap menerpa, tapi dalam keadaan buruk sekalipun kasih karunia Tuhan yang akan menopang dan menolong, sehingga kita dapat melewati segala sesuatunya.
"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." 2 Korintus 12:9
Baca: 2 Korintus 11:23-33
"Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut." 2 Korintus 11:23
Banyak orang Kristen mengeluh dan bersungut-sungut jika sedang dalam masalah dan penderitaan. Mari belajar dari kehidupan rasul Paulus, seorang pemberita Injil yang dipakai Tuhan secara luar biasa.
Meski sudah melayani Tuhan, apakah hidup Paulus terbebas dari masalah? Justru sebaliknya: hari-hari yang dijalani Paulus dipenuhi oleh penderitaan dan pergumuluan yang berat. Meski demikian hal itu tidak menyurutkan semangat Paulus untuk melayani Tuhan dan memberitakan Injil. Seburuk apa pun keadaannya Paulus tetap memiliki roh yang menyala-nyala bagi Tuhan. "Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian," ( 2 Korintus 11:23-27). Apa yang mendasari Paulus sehingga ia tetap kuat dan mampu bertahan di tengah penderitaan? Dasarnya adalah pengorbanan Kristus dibawah kayu salib. Ia menyadari bahwa "...setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya," (2 Timotius 3:12).
Setiap orang percaya kita hidup di dalam kasih karunia; meski demikian, tidak berarti kita akan terbebas dari masalah dan persoalan. Masalah dan persoalan boleh saja tetap menerpa, tapi dalam keadaan buruk sekalipun kasih karunia Tuhan yang akan menopang dan menolong, sehingga kita dapat melewati segala sesuatunya.
"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." 2 Korintus 12:9
Subscribe to:
Posts (Atom)