Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Desember 2013 -
Baca: Lukas 21:34-38
"Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." Lukas 21:36
Hari-hari ini kita berada di masa-masa yang sukar menjelang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus yang kian mendekat. Coba perhatikan dengan seksama keadaan dunia sekarang ini! Sudah sangat jelas bahwa semua yang sedang terjadi adalah tanda-tanda akhir zaman, sebagaimana tertulis di dalam Alkitab.
Sebagai orang percaya seharusnya kita makin peka rohani melihat hal ini. Firman Tuhan tiada henti-hentinya mengingatkan dan menasehati agar kita benar-benar memperhatikan bagaimana kita hidup, "...janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif," (Efesus 5:15). Jangan lagi kita bertindak sembrono dan menyia-nyiakan waktu yang ada. Sebaliknya kita harus mempergunakan waktu/kesempatan yang ada sebaik mungkin, sebab "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang
menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena
Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua
orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9). Kita diminta senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa. 'Berjaga-jaga' mengacu pada kehati-hatian kita bertindak dan berperilaku; berpikir begitu rupa, penuh kesadaran dan pertimbangan sebelum melakukan tindakan atau perbuatan supaya tidak menyimpang dari kebenaran, sebab Tuhan menghendaki kita memiliki gaya hidup yang 'berbeda' dari orang-orang dunia. Dengan kata lain kita tidak berperilaku sama seperti yang orang dunia lakukan. Tuhan berfirman, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2).
Jika orang dunia hidup menurut keinginan daging (hawa nafsunya), larut dalam pesta pora dan kemabukan, maka kehidupan orang percaya tidak boleh demikian. Kita harus hidup menurut pimpinan Roh Tuhan, sehingga kehidupan kita seturut kehendakNya.
Dengan berjaga-jaga kita tidak mudah jatuh terjerumus ke dalam berbagai percobaan yang ada.
Monday, December 30, 2013
Sunday, December 29, 2013
MENGERJAKAN KESELAMATAN: Menuju Ke Arah Kristus
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Desember 2013 -
Baca: 2 Timotius 1:3-18
"Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman" 2 Timotius 1:9
Keselamatan memiliki arti dilepaskan atau dibebaskan dari hukuman, kutuk dan akibat-akibat dosa lainnya. Keselamatan ini tidak dapat kita raih dengan kekuatan sendiri, misalnya dengan berbuat baik, beramal dan sebagainya. Hanya ada satu cara untuk memperoleh keselamatan yaitu dengan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan menerima dia sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Namun proses keselamatan tidak hanya berhenti sampai di sini saja, atau sekali langsung selesai, tetapi harus dikerjakan terus-menerus di sepanjang hidup kita, karena keselamatan memiliki dua sisi yaitu sisi anugerah dan sisi ketaatan. "...karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. (Filipi 2:12-13).
Adapun sasaran mengerjakan keselamatan ini adalah untuk menjadi serupa dengan Kristus, maka karakter kita pun harus berubah dan bertumbuh ke arah Dia, sebab "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Saat kita mengalami kelahiran baru yang berubah adalah roh kita, tetapi karakter, pola berpikir, kebiasaan kita belum berubah. Maka Tuhan menghendaki kita menghasilkan buah sesuai pertobatan kita (baca Matius 3:8), di sinilah terjadi perubahan manusia lama ke manusia baru. Tuhan adalah Sang Penjunan dan kita ini adalah tanah liatnya. Dia selalu punya cara untuk membentuk dan memurnikan kita.
Proses pembentukan Tuhan memang 'sakit' karena di dalamnya terkandung: penyangkalan diri, pikul salib dan komitmen untuk mengikut Dia sampai akhir hidup kita (baca Matius 16:24).
"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara." Roma 8:29
Baca: 2 Timotius 1:3-18
"Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman" 2 Timotius 1:9
Keselamatan memiliki arti dilepaskan atau dibebaskan dari hukuman, kutuk dan akibat-akibat dosa lainnya. Keselamatan ini tidak dapat kita raih dengan kekuatan sendiri, misalnya dengan berbuat baik, beramal dan sebagainya. Hanya ada satu cara untuk memperoleh keselamatan yaitu dengan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan menerima dia sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Namun proses keselamatan tidak hanya berhenti sampai di sini saja, atau sekali langsung selesai, tetapi harus dikerjakan terus-menerus di sepanjang hidup kita, karena keselamatan memiliki dua sisi yaitu sisi anugerah dan sisi ketaatan. "...karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. (Filipi 2:12-13).
Adapun sasaran mengerjakan keselamatan ini adalah untuk menjadi serupa dengan Kristus, maka karakter kita pun harus berubah dan bertumbuh ke arah Dia, sebab "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Saat kita mengalami kelahiran baru yang berubah adalah roh kita, tetapi karakter, pola berpikir, kebiasaan kita belum berubah. Maka Tuhan menghendaki kita menghasilkan buah sesuai pertobatan kita (baca Matius 3:8), di sinilah terjadi perubahan manusia lama ke manusia baru. Tuhan adalah Sang Penjunan dan kita ini adalah tanah liatnya. Dia selalu punya cara untuk membentuk dan memurnikan kita.
Proses pembentukan Tuhan memang 'sakit' karena di dalamnya terkandung: penyangkalan diri, pikul salib dan komitmen untuk mengikut Dia sampai akhir hidup kita (baca Matius 16:24).
"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara." Roma 8:29
Subscribe to:
Posts (Atom)