Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Agustus 2013 -
Baca: 2 Korintus 13:1-10
"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman.
Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus
Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak
tahan uji." 2 Korintus 13:5
Setiap siswa, mulai dari SD, SMP, SMU, dan juga mahasiswa di perguruan tinggi pasti mengalami apa yang disebut ujian. Baik itu ujian di tiap-tiap semester, ujian kenaikan kelas/kelulusan atau ujian masuk perguruan tinggi. Tidak bisa tidak, mereka harus belajar dengan rajin supaya berhasil dan setiap ujian yang dihadapinya.
Begitu pula dalam perjalanan kekristenan ini, untuk bisa bertumbuh dan mencapai kedewasaan rohani kita harus melewati ujian demi ujian sebagaimana bangsa Israel juga harus melewati ujian di padang gurun, sebelum Tuhan membawa mereka masuk ke Tanah Perjanjian (Kanaan). Sayang, kebanyakan dari mereka tidak bisa mencapai Kanaan, karena ketika dalam ujian mereka mengomel, menggerutu, bersungut-sungut, kecewa, putus asa dan sebagainya. Hanya mereka yang hidupnya terujilah yang dapat menikmati janji-janji Tuhan.
Di hari-hari menjelang akhir ini Tuhan juga sedang menguji anak-anakNya. "Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat
pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu
jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan." (Matius 3:12). Ujian bagi orang percaya bertujuan untuk membuktikan kualitas iman kita kepada Tuhan. Jika ada di antara orang Kristen yang berkata bahwa dirinya tidak mungkin jatuh karena merasa imannya berada di level tingkat atas, lalu memegahkan diri dan cenderung selalu menilai orang lain, berhati-hatilah! "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh
bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang
lain." (Galatia 6:4).
Ada hal-hal yang harus kita perhatikan agar kita memiliki kehidupan yang benar-benar teruji: 1. Milikilah dasar yang kuat. Apakah yang menjadi dasar hidup Saudara? Ini berbicara tentang iman kita. Benarkah kita memiliki iman yang teguh kepada Tuhan? Akhir-akhir ini banyak orang Kristen mengalami kelesuan rohani karena tidak lagi menyandarkan iman percayanya kepada Tuhan. Mereka lebih bersandar dan mengandalkan kekuatan, kepintaran, harta kekayaan yang dimiliki. (Bersambung)
Thursday, August 1, 2013
Wednesday, July 31, 2013
DIDIKAN DAN HAJARAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Juli 2013 -
Baca: Ayub 5:1-27
"Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa." Ayub 5:17
Adakah seorang anak yang tidak menerima didikan dari ayahnya atau orangtuanya? Semua pasti pernah mengalami dan merasakannya. Karena terlalu bandelnya terkadang seorang anak sampai harus mengalami hajaran. Dan ketika orangtua menghajar kita dengan keras, apakah itu tanda bahwa mereka membenci dan tidak mengasihi kita? Tertulis: "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya." (Amsal 13:24).
Orangtua jasmani mendidik dan menghajar anaknya dengan tujuan untuk kebaikan si anak itu sendiri supaya mereka tidak menjadi anak yang nakal, tapi menjadi anak yang patuh. Begitu juga dengan kita yang berstatus sebagai anak-anak Tuhan harus mau dan rela untuk dididik, ditegur dan dihajar oleh Tuhan yang Bapa kita. Karena itu "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Namun yang perlu kita pahami, kata 'hajaran' ini bukanlah suatu pukulan yang didasari oleh perasaan marah atau benci, tapi mengandung arti suatu tindakan disiplin yang akan membawa kita kepada kedewasaan. Memang untuk dapat masuk dalam didikan Tuhan ini tidaklah mudah karena kita harus menaklukkan keinginan diri sendiri, khususnya yang menyangkut kedagingan kita. Didikan dan hajaran Tuhan itu memang sakit bagi daging kita, tapi semua itu mendatangkan kebaikan bagi kita; hal ini membuktikan bahwa Tuhan sangat peduli dan mengasihi kita begitu rupa. Tuhan mendidik kita supaya kita tumbuh sebagai manusia-manusia rohani dan berkarakter seperti Kristus. Karena itu jangan marah dan kecewa jika kita sedang berada dalam didikan Tuhan, sebaliknya, tetaplah berpegang teguh pada ketetapan-ketetapanNya.
Milikilah penyerahan diri kepada Tuhan dan mohon pimpinan Roh Kudus senantiasa, karena Dialah yang akan memampukan kita untuk melewati semuanya itu!
"Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula." Ayub 5:18
Baca: Ayub 5:1-27
"Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa." Ayub 5:17
Adakah seorang anak yang tidak menerima didikan dari ayahnya atau orangtuanya? Semua pasti pernah mengalami dan merasakannya. Karena terlalu bandelnya terkadang seorang anak sampai harus mengalami hajaran. Dan ketika orangtua menghajar kita dengan keras, apakah itu tanda bahwa mereka membenci dan tidak mengasihi kita? Tertulis: "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya." (Amsal 13:24).
Orangtua jasmani mendidik dan menghajar anaknya dengan tujuan untuk kebaikan si anak itu sendiri supaya mereka tidak menjadi anak yang nakal, tapi menjadi anak yang patuh. Begitu juga dengan kita yang berstatus sebagai anak-anak Tuhan harus mau dan rela untuk dididik, ditegur dan dihajar oleh Tuhan yang Bapa kita. Karena itu "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Namun yang perlu kita pahami, kata 'hajaran' ini bukanlah suatu pukulan yang didasari oleh perasaan marah atau benci, tapi mengandung arti suatu tindakan disiplin yang akan membawa kita kepada kedewasaan. Memang untuk dapat masuk dalam didikan Tuhan ini tidaklah mudah karena kita harus menaklukkan keinginan diri sendiri, khususnya yang menyangkut kedagingan kita. Didikan dan hajaran Tuhan itu memang sakit bagi daging kita, tapi semua itu mendatangkan kebaikan bagi kita; hal ini membuktikan bahwa Tuhan sangat peduli dan mengasihi kita begitu rupa. Tuhan mendidik kita supaya kita tumbuh sebagai manusia-manusia rohani dan berkarakter seperti Kristus. Karena itu jangan marah dan kecewa jika kita sedang berada dalam didikan Tuhan, sebaliknya, tetaplah berpegang teguh pada ketetapan-ketetapanNya.
Milikilah penyerahan diri kepada Tuhan dan mohon pimpinan Roh Kudus senantiasa, karena Dialah yang akan memampukan kita untuk melewati semuanya itu!
"Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula." Ayub 5:18
Subscribe to:
Posts (Atom)