Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Mei 2013 -
Baca: Nehemia 2:1-10
"Bagaimana mukaku tidak akan muram, kalau kota, tempat pekuburan nenek
moyangku, telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya habis
dimakan api?" Nehemia 2:3
Tak seorang pun dari kita yang tidak bisa berdoa, bukan? Namun banyak orang Kristen yang tidak berdoa. Alasannya klise: capai, sibuk dan tidak ada waktu? Benarkah? Bukankah kita diberi waktu selama 24 jam dalam sehari? Apakah kesemuanya habis untuk aktivitas kita? Jika kita bisa menyediakan waktu untuk bersantai, rekreasi, shopping ke mall, menyalurkan hobi, kongkow-kongkow dengan teman, masakan kita tidak punya waktu untuk berdoa? Beratkah kita menyediakan waktu setengah atau satu jam saja dalam sehari untuk berdoa? Ternyata jika ada masalah berat melanda kita langsung 'tancap gas' berdoa terus-menerus. Namun setelah masalah selesai kita kembali ke asal: malas berdoa. Tuhan Yesus mengingatkan, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).
Berdoa adalah tugas paling dasar bagi orang Kristen. Orang Kristen yang tekun berdoa adalah orang Kristen yang normal. Seringkali kita hanya berdoa untuk kepentingan dan kebutuhan diri sendiri dan sedikit orang mau berdoa syafaat bagi orang lain: teman, gereja, bangsa atau pun pelayanan Injil. Nehemia, meski sudah berhasil di negeri orang, tidak pernah melupakan bangsanya. Ketika mendengar bahwa bangsanya sedang terpuruk ia pun berdoa dan juga berpuasa untuk bangsanya. Dengan kerendahan hati ia bersimpuh kepada Tuhan: memohon pengampunan dan belas kasihanNya, "berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu
yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang
Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang
Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah
berbuat dosa." (Nehemia 1:6).
Yang pertama kali Nehemia mohonkan kepada Tuhan adalah pengampunan atas bangsanya, sebab pengampunan adalah awal pemulihan. Ia sangat percaya akan kekuatan doa yang pasti dapat mengubah segala sesuatu! Tuhan berkata, "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan
mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku
akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan
negeri mereka." (2 Tawarikh 7:14). (Bersambung)
Saturday, May 11, 2013
Friday, May 10, 2013
NEHEMIA: Punya Empati Tinggi
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Mei 2013 -
Baca: Nehemia 5:1-13
"Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar." Nehemia 1:3
Tidak semua orang memiliki kepedulian terhadap orang lain. Terlebih-lebih di masa sekarang ini kebanyakan orang cenderung egois dan mementingkan diri sendiri, "...maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:12).
Mari kita belajar dari kehidupan Nehemia. Ia adalah salah seorang bangsa Yahudi yang dibuang ke Babel. Berada di negeri pembuangan bukan berarti akhir dari segalanya. Nehemia justru menjadi orang yang berhasil dalam berkarir. Ia bekerja sebagai juru minum raja, suatu profesi yang tidak semua orang bisa dipercaya untuk mengerjakan tugas ini, hanya orang-orang pilihan. Kebanyakan orang jika sudah berhasil aakan mudah lupa dengan asal usulnya atau menjadi sombong. Berbeda dengan Nehemia, ia masih teringat dengan saudara-saudara sebangsanya di Yerusalem dan selalu berdoa untuk mereka. Hal ini menunjukkan bahwa ia memiliki empati yang tinggi terhadap sesamanya. Begitu mendengar kabar bahwa saudara-saudaranya mengalami penderitaan ditambah tembok-tembok Yerusalem runtuh, hati Nehemia hancur berkeping-keping. Tertulis: "...duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit," (Nehemia 1:4).
Tuhan sedang mencari Nehemia-Nehemia di akhir zaman, orang Kristen yang memiliki hati yang terbeban terhadap orang lain dan juga bangsanya. Terbeban di sini bukan hanya merasa kasihan dalam hati tanpa berbuat sesuatu, tapi mengasihi yang diwujudkan dengan perbuatan. "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17). Tuhan memanggil kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Bagaimana kita bisa menjadi berkat jika hidup kita hanya berfokus pada diri sendiri (egois)? Orang-orang miskin (kekurangan), anak-anak yatim piatu (telantar) selalu ada di sekitar kita. Mereka menunggu uluran tangan kita. Tidakkah kita tergerak untuk menolong mereka?
FirmanNya, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu!" Galatia 6:2a
Baca: Nehemia 5:1-13
"Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar." Nehemia 1:3
Tidak semua orang memiliki kepedulian terhadap orang lain. Terlebih-lebih di masa sekarang ini kebanyakan orang cenderung egois dan mementingkan diri sendiri, "...maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:12).
Mari kita belajar dari kehidupan Nehemia. Ia adalah salah seorang bangsa Yahudi yang dibuang ke Babel. Berada di negeri pembuangan bukan berarti akhir dari segalanya. Nehemia justru menjadi orang yang berhasil dalam berkarir. Ia bekerja sebagai juru minum raja, suatu profesi yang tidak semua orang bisa dipercaya untuk mengerjakan tugas ini, hanya orang-orang pilihan. Kebanyakan orang jika sudah berhasil aakan mudah lupa dengan asal usulnya atau menjadi sombong. Berbeda dengan Nehemia, ia masih teringat dengan saudara-saudara sebangsanya di Yerusalem dan selalu berdoa untuk mereka. Hal ini menunjukkan bahwa ia memiliki empati yang tinggi terhadap sesamanya. Begitu mendengar kabar bahwa saudara-saudaranya mengalami penderitaan ditambah tembok-tembok Yerusalem runtuh, hati Nehemia hancur berkeping-keping. Tertulis: "...duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit," (Nehemia 1:4).
Tuhan sedang mencari Nehemia-Nehemia di akhir zaman, orang Kristen yang memiliki hati yang terbeban terhadap orang lain dan juga bangsanya. Terbeban di sini bukan hanya merasa kasihan dalam hati tanpa berbuat sesuatu, tapi mengasihi yang diwujudkan dengan perbuatan. "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17). Tuhan memanggil kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Bagaimana kita bisa menjadi berkat jika hidup kita hanya berfokus pada diri sendiri (egois)? Orang-orang miskin (kekurangan), anak-anak yatim piatu (telantar) selalu ada di sekitar kita. Mereka menunggu uluran tangan kita. Tidakkah kita tergerak untuk menolong mereka?
FirmanNya, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu!" Galatia 6:2a
Subscribe to:
Posts (Atom)