Friday, May 10, 2013

NEHEMIA: Punya Empati Tinggi

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Mei 2013 -

Baca:  Nehemia 5:1-13

"Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar."  Nehemia 1:3

Tidak semua orang memiliki kepedulian terhadap orang lain.  Terlebih-lebih di masa sekarang ini kebanyakan orang cenderung egois dan mementingkan diri sendiri,  "...maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin."  (Matius 24:12).

     Mari kita belajar dari kehidupan Nehemia.  Ia adalah salah seorang bangsa Yahudi yang dibuang ke Babel.  Berada di negeri pembuangan bukan berarti akhir dari segalanya.  Nehemia justru menjadi orang yang berhasil dalam berkarir.  Ia bekerja sebagai juru minum raja, suatu profesi yang tidak semua orang bisa dipercaya untuk mengerjakan tugas ini, hanya orang-orang pilihan.  Kebanyakan orang jika sudah berhasil aakan mudah lupa dengan asal usulnya atau menjadi sombong.  Berbeda dengan Nehemia, ia masih teringat dengan saudara-saudara sebangsanya di Yerusalem dan selalu berdoa untuk mereka.  Hal ini menunjukkan bahwa ia memiliki empati yang tinggi terhadap sesamanya.  Begitu mendengar kabar bahwa saudara-saudaranya mengalami penderitaan ditambah tembok-tembok Yerusalem runtuh, hati Nehemia hancur berkeping-keping.  Tertulis:  "...duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit,"  (Nehemia 1:4).

     Tuhan sedang mencari Nehemia-Nehemia di akhir zaman, orang Kristen yang memiliki hati yang terbeban terhadap orang lain dan juga bangsanya.  Terbeban di sini bukan hanya merasa kasihan dalam hati tanpa berbuat sesuatu, tapi mengasihi yang diwujudkan dengan perbuatan.  "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?"  (1 Yohanes 3:17).  Tuhan memanggil kita untuk menjadi berkat bagi orang lain.  Bagaimana kita bisa menjadi berkat jika hidup kita hanya berfokus pada diri sendiri (egois)?  Orang-orang miskin (kekurangan), anak-anak yatim piatu (telantar) selalu ada di sekitar kita.  Mereka menunggu uluran tangan kita.  Tidakkah kita tergerak untuk menolong mereka?

FirmanNya,  "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu!"  Galatia 6:2a

No comments:

Post a Comment