Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Januari 2013 -
Baca: Yohanes 15:1-8
"Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." Yohanes 15:8
Hidup yang berbuah adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya. Itu sebagai tanda bahwa kita ini adalah murid-muridNya. "...hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Bagaimana caranya supaya kita bisa berbuah? "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting
tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada
pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak
tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:4). Untuk menegaskan hal ini, kata tinggal ditulis sampai sepuluh kali dalam sepuluh ayat pertama dari Yohanes pasal 15 ini.
Tinggal di dalam Tuhan berarti taat melakukan firmanNya. Ketaatan kita melakukan firman Tuhan itu adalah buah-buah Roh. Inilah yang dinilai dunia! Orang Kristen yang berbuah adalah yang hidupnya jadi kesaksian yang baik bagi orang-orang di luar Tuhan. Kepada jemaat di Filipi, rasul Paulus berpesan "supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang
tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang
sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti
bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:15). Inilah tugas yang harus kita emban sebagai orang Kristen, yaitu memiliki kehidupan yang bercahaya di tengah dunia yang penuh kegelapan ini.
Orang Kristen yang berbuah adalah juga orang Kristen yang melayani Tuhan sesuai dengan talenta dan karunia yang diberikan Tuhan kepadaNya. Pengorbanan yang kita berikan kepada Tuhan (waktu, tenaga, pikiran, materi) adalah buah-buah yang dapat memperlebar Kerajaan Allah di muka bumi ini. Tapi banyak orang Kristen yang 'mikir-mikir' jika dihimbau untuk terlibat pelayanan, karena melayani Tuhan berarti harus berkorban dan memberi, itu yang mereka hindari. Atau mau melayani Tuhan tapi terselip motivasi yang salah. "...Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu
yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada
orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang." (Ibrani 6:10).
Jerih lelah kita untuk melayani Tuhan, apa pun bentuknya, tidak akan pernah sia-sia!
Wednesday, January 30, 2013
Tuesday, January 29, 2013
SUDAHKAH KITA BERBUAH? (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Januari 2013 -
Baca: Lukas 6:43-45
"Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya." Lukas 6:44
Ketika kita menanam biji buah-buahan, apa yang kita harapkan? Tentunya kita berharap suatu saat nanti biji itu akan bertumbuh dan akhirnya akan menghasilkan buah. Namun jika setelah menunggu sekian lama ternyata pohon-pohon itu hanya lebat daunnya tetapi tidak ada buahnya sama sekali, padahal kita sudah berjerih lelah untuk merawat, mengairi dan memberinya pupuk setiap hari dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya akan membuat kita dongkol dan kecewa. Ini seperti perumpamaan tentang pohon ara yang disampaikan Tuhan Yesus: "Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" (Lukas 13:7). Pohon yang tidak berbuah pasti akan mengecewakan pemiliknya.
Begitu juga dengan kehidupan orang Kristen yang tidak berbuah, Tuhan Yesus pun berkata, "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya," (Yohanes 15:2). Ada yang sudah bertahun-tahun menjadi Kristen tapi karakter hidupnya tetap saja tidak berubah, tidak bertumbuh, kerdil alias kanak-kanan rohani: "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras." (Ibrani 5:12). Bukankah ini sama seperti benih yang jatuh di pinggir jalan, lalu benih itu dimakan burung; atau benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu sehingga tidak bisa berakar, tumbuh sebentar dan akhirnya kering (mati); atau juga benih yang jatuh di tengah semak duri, lalu terhimpit semak duri itu sendiri dan akhirnya mati. Benih itu berbicara tentang firman Tuhan. Kita banyak mendengar firman, baik itu melalui khotbah para hamba Tuhan atau membaca renungan, tapi firman itu rasa-rasanya berlalu begitu saja. Apalagi kalau firman yang disampaikan itu keras, kita langsung tersinggung dan marah terhadap si hamba Tuhan itu.
Alkitab menegaskan bahwa untuk menghasilkan buah, ranting-ranting harus dibersihkan. Proses pembersihan inilah yang disebut pembentukan, baik itu melalui teguran, hajaran dan sebagainya dengan tujuan untuk mendisiplinkan kita, bukan maksud menyakiti, tapi demi kebaikan kita juga. (Bersambung)
Baca: Lukas 6:43-45
"Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya." Lukas 6:44
Ketika kita menanam biji buah-buahan, apa yang kita harapkan? Tentunya kita berharap suatu saat nanti biji itu akan bertumbuh dan akhirnya akan menghasilkan buah. Namun jika setelah menunggu sekian lama ternyata pohon-pohon itu hanya lebat daunnya tetapi tidak ada buahnya sama sekali, padahal kita sudah berjerih lelah untuk merawat, mengairi dan memberinya pupuk setiap hari dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya akan membuat kita dongkol dan kecewa. Ini seperti perumpamaan tentang pohon ara yang disampaikan Tuhan Yesus: "Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" (Lukas 13:7). Pohon yang tidak berbuah pasti akan mengecewakan pemiliknya.
Begitu juga dengan kehidupan orang Kristen yang tidak berbuah, Tuhan Yesus pun berkata, "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya," (Yohanes 15:2). Ada yang sudah bertahun-tahun menjadi Kristen tapi karakter hidupnya tetap saja tidak berubah, tidak bertumbuh, kerdil alias kanak-kanan rohani: "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras." (Ibrani 5:12). Bukankah ini sama seperti benih yang jatuh di pinggir jalan, lalu benih itu dimakan burung; atau benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu sehingga tidak bisa berakar, tumbuh sebentar dan akhirnya kering (mati); atau juga benih yang jatuh di tengah semak duri, lalu terhimpit semak duri itu sendiri dan akhirnya mati. Benih itu berbicara tentang firman Tuhan. Kita banyak mendengar firman, baik itu melalui khotbah para hamba Tuhan atau membaca renungan, tapi firman itu rasa-rasanya berlalu begitu saja. Apalagi kalau firman yang disampaikan itu keras, kita langsung tersinggung dan marah terhadap si hamba Tuhan itu.
Alkitab menegaskan bahwa untuk menghasilkan buah, ranting-ranting harus dibersihkan. Proses pembersihan inilah yang disebut pembentukan, baik itu melalui teguran, hajaran dan sebagainya dengan tujuan untuk mendisiplinkan kita, bukan maksud menyakiti, tapi demi kebaikan kita juga. (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)