Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Desember 2012 -
Baca: Mazmur 47:1-10
"Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi." Mazmur 47:3
Kita harus bangga memiliki Allah yang hidup di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, sebab Dia adalah Raja seluruh bumi. Jika Tuhan semesta alam menyeertai kita, tidak ada alasan bagi kita untuk takut dan tegar. Seringkali ketika menghadapi masalah dan tantangan dalam hidup, kita merasa sangat tak berdaya dan lemah. Memang, kita tidak akan mampu mengatasi situasi yang sedang kita hadapi dengan kekuatan sendiri. Mengapa pula kita harus menghadapi situasi yang sulit tersebut sendirian dan dengan kekuatan sendiri?? Alkitab menegaskan, "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!" (Yeremia 17:7). Bukankah kita memiliki Sang Penolong yang memiliki kuasa tak terbatas? Kita harus yakin bahwa Tuhan bukan hanya sebagai perlindungan dan kekuatan kita saja, tetapi Dia juga adalah penolong yang Mahahadir dalam setiap masalah dan pergumulan kita.
Janganlah lupa dengan kesadaran penuh bahwa di dalam diri kita ada Roh Kudus, Sang Penghibur, Penolong dan Penasihat kita. Kita boleh saja menghadapi pencobaan terbesar dalam hidup tetapi kita tidak boleh lupa bahwa kita mempunyai Roh Kudus yang selalu siap sedia menolong kita. Tidak perlu kuatir hari esok karena kita telah diperlengkapi oleh Roh Kudus untuk menghadapi masa depan. Tidak ada yang perlu ditakuti, "...sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4). Roh Kudus selalu ada, beserta kita setiap saat, Penolong dan Penjaga kita. Mari selalu berpegang pada Roh Kudus.
Jika kita mengerti tentang kebenaran ini kita akan mampu berkata-kata seperti pemazmur, "Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya." (Mazmur 46:3-4). Ini tentang hal-hal buruk yang terjadi di alam semesta. Kita mungkin tidak sedang berada di tengah-tengah bencana seperti itu, tetapi kita mungkin sedang menghadapi berbagai bencana lain di hidup kita. Apa pun yang terjadi, firman Tuhan menasihati kita untuk tidak takut. Tetapi jika kita mengalami ketakutan, apa yang harus kita lakukan?
Inilah yang dilakukan Daud, "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku
tidak takut." Mazmur 56:4-5a
Saturday, December 8, 2012
Friday, December 7, 2012
LEBIH DARI PEMENANG
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Desember 2012 -
Baca: Amsal 21:1-31
"Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan TUHAN." Amsal 21:31
Kunci mengalami hidup berkemenangan adalah senantiasa mengandalkan Tuhan di segala perkara. Ayat nas di atas jelas menyatakan bahwa kemenangan ada di tangan Tuhan. "Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (Markus 11:23-24). Bukan berarti tidak boleh melihat kenyataan. Kita dapat melihat kenyataan dan menghadapinya, tetapi jangan sampai kita dikalahkan oleh situasi-situasi yang buruk yang terjadi. Kita dapat mengalahkan kenyataan-kenyataan buruk itu bukan dengan kekuatan atau logika kita, namun dengan memakai 'mata iman' sehingga di tengah situasi yang buruk sekalipun kita masih dapat melihat ada kemenangan dan hal-hal positif di sisi yang lain.
Iman dan pengakuan kita haruslah sejalan dengan firman Tuhan. Mata iman akan selalu memandang ke atas, kepada Tuhan dan kemenangan, "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan," (Ibrani 12:2). Iman tidak terpengaruh oleh apa yang terlihat oleh mata jasmani, sehingga jika kita diam dalam iman yang sejati, kita akan bisa menyatakan bahwa kita lebih dari pemenang. "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Tuhan menegaskan, "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." (Matius 19:26).
Ini kehidupan Abraham, "Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan." (Roma 4:19-21).
Iman dalam firman Tuhan tidak pernah memandang kenyataan-kenyataan yang dihadapi, melainkan mempercayai mujizat-mujizatNya.
Baca: Amsal 21:1-31
"Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan TUHAN." Amsal 21:31
Kunci mengalami hidup berkemenangan adalah senantiasa mengandalkan Tuhan di segala perkara. Ayat nas di atas jelas menyatakan bahwa kemenangan ada di tangan Tuhan. "Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (Markus 11:23-24). Bukan berarti tidak boleh melihat kenyataan. Kita dapat melihat kenyataan dan menghadapinya, tetapi jangan sampai kita dikalahkan oleh situasi-situasi yang buruk yang terjadi. Kita dapat mengalahkan kenyataan-kenyataan buruk itu bukan dengan kekuatan atau logika kita, namun dengan memakai 'mata iman' sehingga di tengah situasi yang buruk sekalipun kita masih dapat melihat ada kemenangan dan hal-hal positif di sisi yang lain.
Iman dan pengakuan kita haruslah sejalan dengan firman Tuhan. Mata iman akan selalu memandang ke atas, kepada Tuhan dan kemenangan, "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan," (Ibrani 12:2). Iman tidak terpengaruh oleh apa yang terlihat oleh mata jasmani, sehingga jika kita diam dalam iman yang sejati, kita akan bisa menyatakan bahwa kita lebih dari pemenang. "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Tuhan menegaskan, "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." (Matius 19:26).
Ini kehidupan Abraham, "Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan." (Roma 4:19-21).
Iman dalam firman Tuhan tidak pernah memandang kenyataan-kenyataan yang dihadapi, melainkan mempercayai mujizat-mujizatNya.
Subscribe to:
Posts (Atom)