Monday, November 19, 2012

JUJUR MENJADI HANCUR?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 November 2012 -

Baca:  Amsal 21:1-31

"Berliku-liku jalan si penipu, tetapi orang yang jujur lurus perbuatannya."  Amsal 21:8

Menurut kamus bahasa Indonesia, arti kata 'jujur' adalah lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus dan ikhlas.  Namun di akhir zaman ini seringkali kata 'jujur' hanya menjadi slogan semata.  Tapi bagaimana dengan prakteknya??  Terlebih-lebih di akhir zaman ini sulit sekali menemukan orang yang benar-benar jujur dalam menjalani kehidupan ini seperti yang dikeluhkan oleh nabi Mikha,  "Orang saleh sudah hilang dari negeri, dan tiada lagi orang jujur di antara manusia. Mereka semuanya mengincar darah, yang seorang mencoba menangkap yang lain dengan jaring.  Tangan mereka sudah cekatan berbuat jahat; pemuka menuntut, hakim dapat disuap; pembesar memberi putusan sekehendaknya, dan hukum, mereka putar balikkan!" (Mikha 7:2-3).  Bukankah apa yang disampaikan Mikha ini tidak jauh berbeda dengan keadaan di negeri ini?  Korupsi, kolusi dan nepotisme begitu merajalela, ketidakadilan terjadi dimana-mana, hukum bisa dibeli, hakim bisa disuap, kebenaran diputarbalikkan dan sebagainya.  Bahkan banyak orang dengan santainya berprinsip:  "Kalau jujur, kita bisa hancur."  Benarkah?

     Haruskah kita sebagai orang percaya mengikuti tren ini yaitu menjalani hidup ini dengan tidak jujur, baik itu dalam hal pekerjaan, bisnis, studi, rumah tangga dan sebagainya?  Alkitab mengingatkan agar kita  "...jangan hanyut dibawa arus."  (Ibrani 2:1).  Tidak jujur berarti bengkok hati, bohong (dusta), curang dan tidak tulus.  Dalam Amsal 12:22 dikatakan, "Orang yang dusta bibirnya dalah kekejian bagi Tuhan," dan Alkitab menegaskan bahwa Iblis adalah pendusta dan bapa dari segala dusta (baca Yohanes 8:44).  Tak bosan-bosannya kita diingatkan bahwa kehidupan orang Kristen itu harus berbeda dari dunia ini!  Kita harus bisa menjadi garam dunia dan terang dunia (baca Matius 5:13-16).  Oleh karena itu kita harus menyadari 'posisi' kita ini.  Kepada jemaat di Tesalonika Rasul Paulus menyatakan bahwa  "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7).

     Rugikah jika kita berbuat jujur dalam menjalani hidup ini?  Sama sekali tidak!  Justru seharusnya kita malu menjadi seorang Kristen bila perbuatan kita setali tiga uang dengan orang-orang di luar Tuhan.

"Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur; siapa menjaga jalannya, memelihara nyawanya."  Amsal 16:17

Sunday, November 18, 2012

RAHASIA KEKUATAN DAUD (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 November 2012 -

Baca:  Mazmur 27:1-14

"Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup!"  Mazmur 27:13

Mungkin kita berkata,  "Aku sudah berdoa, tapi belum juga ada pertolongan."  Dan ketika pertolongan Tuhan belum datang, banyak dari kita yang kemudian putus asa, menyerah dan tidak lagi mau berdoa.  Kemudian kita mencoba mengatasi persoalan dengan kekuatan sendiri dan mencari pertolongan kepada manusia.

     Tuhan Yesus menasihatkan agar kita selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu  (baca Lukas 18:1).  Meski doa kita belum terjawab tetaplah bertekun dalam doa dan nantikanlah Tuhan dengan setia.  Pemazmur menegaskan bahwa  "...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu,"  (Mazmur 25:3a).  Karena itu  "Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!"  (Mazmur 27:14), sebab terkadang Tuhan mengijinkan doa kita belum dijawab karena Ia hendak menguji ketekutan dan kesetiaan kita.  Percayalah bahwa pertolongan Tuhan itu tidak pernah terlambat atau terlalu cepat, tapi selalu tepat pada waktuNya.

     Apakah yang kita takutkan hari ini?  Sudahkah kita datang kepada Tuhan dan berdoa dengan sungguh?  Janganlah kita menjadi orang Kristen 'jikalau', yang tekun berdoa dan setia beribadah jikalau ditolong dan diberkati Tuhan, tetapi jadilah orang Kristen 'walaupun', yang walaupun belum dijawab doanya, belum disembuhkan dan belum dipulihkan, tetap tekun berdoa, baca firman Tuhan dan melayani Tuhan dengan sungguh.  Selain tekun berdoa, Daud senantiasa memuji-muji Tuhan,  "Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku."  (Mazmur 34:2).  Pada saat lemah dan takut Daud senantiasa memuji-muji Tuhan.  Ketahuilah bahwa ada kuasa yang dahsyat dalam pujian, karena  "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel."  (Mazmur 22:4).  Ketika kita memuji Tuhan Dia akan melawat kita dan jika Tuhan melawat, perkara besar dan ajaib pasti terjadi.  Katakan,  "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!"  (Mazmur 42:6-7).

Tekunlah berdoa dan naikkan pujian bagi Tuhan di segala keadaan, maka kita akan beroleh kekuatan menghadapi semuanya!