Tuesday, October 30, 2012

MENJADI KEPALA DAN BUKAN EKOR (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Oktober 2012 -

Baca:  Ulangan 28:1-14

"apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,"  Ulangan 28:13b

Renungan kemarin menyatakan bahwa menjadi  'kepala'  berbicara tentang kualitas hidup seseorang yang mampu menjadi teladan dan memiliki dampak bagi orang lain.  Sementara soal jabatan atau posisi dalam pekerjaan, harta, kekayaan, promosi dan sebagainya adalah  'bonus'  dari Tuhan, karena Tuhan tidak menghendaki anak-anaknya hanya menjadi  'ekor'  dan terus mengalami penurunan kualitas hidup.  Kita semua tahu menjadi  'ekor'  berarti hanya menjadi pengikut, seperti kata  'mengekor'  yang berarti menjadi pecundang, padahal firmanNya menegaskan,  "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:37).

     Untuk bisa menjadi  'kepala'  dan terus mengalami peningkatan dalam hidup ini ada proses yang harus kita jalani yaitu harus tunduk kepada instruksi firman Tuhan:  "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka Tuhan, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi."  (Ulangan 28:1).  Kata  'jika'  (Ulangan 28:1)  dan  'apabila'  (Ulangan 28:13 dan 14)  berarti sebuah syarat untuk meraih janji Tuhan.  Syarat utamanya adalah mendengarkan firman Tuhan dan melakukannya dengan setia.  Kemudian kita tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri  (Ulangan 28:14), maka Tuhan akan mengangkat kita menjadi kepala dan Ia akan membawa kita semakin naik.  Hal ini juga disampaikan Tuhan kepada Yosua agar ia senantiasa merenungkan firmanNya dan melakukannya,  "...dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."  (Yosua 1:8).

     Jangan hanya complain kepada Tuhan dan menuntut hak-hak kita saja sementara kita sendiri tidak memenuhi kewajiban atau mengerjakan bagian kita yaitu hidup dalam ketaatan.  Asal kita taat dan setia kepada Tuhan maka Dia pun tidak akan pernah lalai menggenapi janji firmanNya.

"Hal-hal yang terjadi di masa yang lampau telah Kuberitahukan dari sejak dahulu, Aku telah mengucapkannya dan telah mengabarkannya. Kemudian dengan sekonyong-konyong Aku melaksanakannya juga dan semuanya itu sudah menjadi kenyataan."  Yesaya 48:3

Monday, October 29, 2012

MENJADI KEPALA DAN BUKAN EKOR (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Oktober 2012 -

Baca:  Ulangan 28:1-14

"TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun,"  Ulangan 28:13a

Jika kita memperhatikan keadaan dunia hari-hari ini sungguh makin mencemaskan:  goncangan, krisis dan bencana alam terjadi di mana-mana tanpa dapat diduga oleh siapa pun.  Setiap orang punya cukup alasan untuk takut dan kuatir akan masa depannya.  Namun sebagai orang percaya mari kita perhatikan apa yang dikatakan oleh firman Tuhan,  "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya."  (Ibrani 13:8).

     Apakah dengan bergoncangnya dunia ini, janji Tuhan Tuhan juga turut tergoncang dan berubah kuasanya?  Janji firmanNya takkan tergoyahkan oleh keadaan apa pun yang ada di dunia ini, karena  "...firman Allah tidak mungkin gagal."  (Roma 9:6)  dan  "...tetap untuk selama-lamanya."  (1 Petrus 1:25).  Jadi di segala situasi, segala kondisi dan segala keadaan, janji Tuhan tetap berlaku bagi orang percaya.  Salah satu janji Tuhan adalah Ia akan mengangkat anak-anakNya menjadi kepala dan bukan ekor, akan tetap naik dan bukan turun.  Apa maksudnya?  Selama ini banyak orang Kristen yang salah mengerti dengan arti ayat ini.  Menjadi 'kepala' selalu kita identikkan dengan pangkat atau jabatan tinggi seseorang dalam sebuah pekerjaan atau instansi, sehingga ada yang berkata,  "Katanya Tuhan akan mengangkat kita menjadi kepala dan terus naik, buktinya selama bertahun-tahun saya hanya menjadi karyawan biasa, tetap tidak mengalami peningkatan."

     Menjadi  'kepala'  memiliki makna yang sangat luas, tidak hanya sebatas itu;  menjadi  'kepala'  berarti kehidupan kita menjadi berkat, teladan dan membawa pengaruh yang luar biasa bagi banyak orang.  Kita menjadi panutan bagi banyak orang;  ke mana  'kepala'  pergi, ke situ  'ekor'  pasti akan mengikuti.  Bukan berbicara soal pangkat atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang tapi menekankan pada  'kualitas'  hidupnya.  "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."  (1 Timotius 4:12b).

Masih banyak orang Kristen yang menjalani hidup kekristenannya dengan biasa-biasa saja, tidak jauh berbeda dengan orang-orang di luar Tuhan, tidak naik dan tidak turun, nothing special, sehingga hidupnya sama sekali tidak berdampak!