Saturday, October 27, 2012

JANJI TUHAN PASTI DIGENAPI (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Oktober 2012 -

Baca:  Roma 4:18-25

"Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup."  Roma 4:19

Kebimbangan adalah senjata ampuh yang dipakai Iblis untuk melemahkan dan menghancurkan iman orang percaya.  Rasa bimbang inilah yang mengakibatkan doa-doa kita tidak beroleh jawaban dan kita tidak dapat menikmati janji Tuhan.  Tertulis:  "asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya."  (Markus 11:23b).  Yakobus juga menegaskan bahwa  "...orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.  Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."  (Yakobus 1:6-7).  Banyak anak Tuhan yang mudah kecewa, menyerah di tengah jalan dan tidak lagi bertekun mencari Tuhan saat mereka belum mengalami penggenapan janji Tuhan.

     Mari kita belajar dari kehidupan Abraham yang tetap tekun menantikan janji Tuhan meski harus melalui proses yang begitu lama.  Alkitab mencatat bahwa Tuhan menjanjikan keturunan kepada Abraham, bahkan Dia akan membuat keturunannya seperti debu tanah banyaknya  (baca  Kejadian 13:16)  dan juga seperti bintang-bintang bertebaran di langit  (baca  Kejadian 15:5).  Terhadap janji Tuhan ini  "...percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."  (Kejadian 15:6).  Padahal secara manusia itu mustahil, karena pada saat menerima janji Tuhan itu usia Abraham sudah tua dan rahim isterinya sudah tertutup karena juga sudah berusia lanjut.  Karena itu mereka sempat tertawa ketika mendengar janji Tuhan tersebut.  Tapi akhirnya janji Tuhan benar-benar digenapi,  "Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.  Adapun Abraham berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya."  (Kejadian 21:2, 5).

     Proses penantian Abraham terhadap janji Tuhan ini bukanlah pekerjaan yang mudah karena ia harus menantikan janji Tuhan dalam kurun waktu yang cukup lama, bahkan selama bertahun-tahun.  (Bersambung)

Friday, October 26, 2012

LUNTURNYA 'HATI HAMBA' (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Oktober 2012 -

Baca:  Lukas 17:7-10

"Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."  Lukas 17:10

Sungguh, bukanlah perkara yang mudah mempertahankan 'hati hamba' di tengah-tengah hiruk-pikuknya pelayanan, karena seringkali si hamba Tuhan menjadi fokus perhatian utama jemaat, apalagi bila pelayanannya kian maju.  Status hamba Tuhan menjadi 'istimewa', di mana-mana dihormati, berbagai fasilitas mengalir deras, bahkan ada pula yang sampai pasang bandrol atau tarif jika diundang dan menjadikan status 'hamba Tuhan' ini sebagai profesi untuk mendapatkan upah.  Ingat, tugas seorang hamba Tuhan adalah untuk melayani, bukan minta dilayani.  "sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Matius 20:28).

     Kita yang saat ini sedang dipercaya oleh Tuhan untuk melayaniNya:  sebagai pemberita Injil (pengkhotbah), gembala sidang, Worship Leader dan sebagainya, berhati-hatilah jangan sampai 'hati hamba' kita menjadi luntur dan terkikis oleh karena pujian dan hormat manusia.  Seharusnya semakin kita dipakai Tuhan, semakin kita memiliki kerendahan hati seperti Kristus,  "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia."  (Filipi 2:6-7).  Sebagai seorang hamba, kita harus taat kepada Tuhan Yesus dengan penuh integritas.  Artinya kita harus taat luar-dalam seperti Rasul Paulus yang  "...senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia."  (Kisah 24:16).  Upah, balas jasa dan pujian dari manusia tak pernah terbersit di dalam hati dan juga angan-angannya.

     Sekali lagi marilah kita ingat bahwa kita ini hanyalah hamba dan Tuhan Yesus adalah Tuan kita;  Tuan tidak perlu berterima kasih kepada hambanya, sebab itu memang sudah menjadi tugas yang harus kita kerjakan.  Mari kita jaga sikap hati kita dalam melayani Tuhan.  jangan sampai nantinya Tuhan menolak kita dan mengatakan bahwa kita ini disebut 'pembuat kejahatan'  (baca Matius 7:23).

Jadilah hamba Tuhan yang senantiasa punya 'hati hamba'!