Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Oktober 2012 -
Baca: Lukas 17:7-10
"Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang
ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba
yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." Lukas 17:10
Sungguh, bukanlah perkara yang mudah mempertahankan 'hati hamba' di tengah-tengah hiruk-pikuknya pelayanan, karena seringkali si hamba Tuhan menjadi fokus perhatian utama jemaat, apalagi bila pelayanannya kian maju. Status hamba Tuhan menjadi 'istimewa', di mana-mana dihormati, berbagai fasilitas mengalir deras, bahkan ada pula yang sampai pasang bandrol atau tarif jika diundang dan menjadikan status 'hamba Tuhan' ini sebagai profesi untuk mendapatkan upah. Ingat, tugas seorang hamba Tuhan adalah untuk melayani, bukan minta dilayani. "sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak
orang." (Matius 20:28).
Kita yang saat ini sedang dipercaya oleh Tuhan untuk melayaniNya: sebagai pemberita Injil (pengkhotbah), gembala sidang, Worship Leader dan sebagainya, berhati-hatilah jangan sampai 'hati hamba' kita menjadi luntur dan terkikis oleh karena pujian dan hormat manusia. Seharusnya semakin kita dipakai Tuhan, semakin kita memiliki kerendahan hati seperti Kristus, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:6-7). Sebagai seorang hamba, kita harus taat kepada Tuhan Yesus dengan penuh integritas. Artinya kita harus taat luar-dalam seperti Rasul Paulus yang "...senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." (Kisah 24:16). Upah, balas jasa dan pujian dari manusia tak pernah terbersit di dalam hati dan juga angan-angannya.
Sekali lagi marilah kita ingat bahwa kita ini hanyalah hamba dan Tuhan Yesus adalah Tuan kita; Tuan tidak perlu berterima kasih kepada hambanya, sebab itu memang sudah menjadi tugas yang harus kita kerjakan. Mari kita jaga sikap hati kita dalam melayani Tuhan. jangan sampai nantinya Tuhan menolak kita dan mengatakan bahwa kita ini disebut 'pembuat kejahatan' (baca Matius 7:23).
Jadilah hamba Tuhan yang senantiasa punya 'hati hamba'!
Friday, October 26, 2012
Thursday, October 25, 2012
LUNTURNYA 'HATI HAMBA' (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Oktober 2012 -
Baca: 1 Korintus 4:1-21
"Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah." 1 Korintus 4:1
Rasul Paulus adalah seorang pemberita Injil yang dipakai Tuhan secara luar biasa. 'Sepak terjangnya' di dunia pelayanan tak diragukan lagi dan layak untuk kita teladani. Melalui pelayanannya banyak jiwa dimenangkan dan diselamatkan. Sungguh, berbicara tentang kesetiaan, ketekunan, komitmen, pengabdian dan loyalitasnya kepada Tuhan, ia tak diragukan lagi. Meski demikian Rasul Paulus tetaplah orang yang rendah hati dan tidak sombong. Dia sadar akan keberadaan dirinya sebagai seorang hamba, yaitu hamba Kristus.
Kata 'hamba' diambil dari bahasa Yunani, doulos, yang artinya adalah budak. Tugas seorang budak ialah taat dan setia melayani tuannya. Siapa Tuan kita? Tuan kita adalah Tuhan Yesus. Dan jika Paulus dipilih dan percaya oleh Tuhan sebagai pemberita Injil, baginya merupakan suatu anugerah dan kepercayaan yang luar biasa, sehingga kesempatan itu tidak disia-siakannya. Rasul Paulus bertekad demikian: "...Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu." (Filipi 1:21-22). Sebagai hamba Tuhan, kita pun dituntut untuk memiliki komitmen seperti Rasul Paulus ini. Namun kiranya masih banyak hamba Tuhan yang telah bekerja keras melayani dan memberitakan Injil Kristus namun tanpa sadar telah kehilangan esensinya sebagai seorang 'hamba'; apalagi jika sudah menjadi hamba Tuhan yang terkenal, 'order' pelayanannya pun kian padat karena banyak jemaat atau gereja yang rindu dilayani. Hal inilah yang dapat membuat para hamba Tuhan merasa bangga dan tidak sedikit yang mulai lupa diri, dan secara perlahan telah mencuri kemuliaan Tuhan. Mereka merasa telah bekerja dan berjasa bagi Tuhan.
Bangsa Israel diperingatkan Tuhan bahwa mereka dapat menyeberangi sungai Yordan, mampu mengalahkan bangsa-bangsa lain dan mencapai Kanaan, bukan karena jasa-jasa mereka, tetapi semata-mata karena campur tangan Tuhan (baca Ulangan 9:1-6). Sungguh, bila pelayanan kita berhasil dan menjadi berkat bagi banyak orang, itu bukan karena jasa kita atau karena kita mampu, tapi karena campur tangan Tuhan. (Bersambung)
Baca: 1 Korintus 4:1-21
"Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah." 1 Korintus 4:1
Rasul Paulus adalah seorang pemberita Injil yang dipakai Tuhan secara luar biasa. 'Sepak terjangnya' di dunia pelayanan tak diragukan lagi dan layak untuk kita teladani. Melalui pelayanannya banyak jiwa dimenangkan dan diselamatkan. Sungguh, berbicara tentang kesetiaan, ketekunan, komitmen, pengabdian dan loyalitasnya kepada Tuhan, ia tak diragukan lagi. Meski demikian Rasul Paulus tetaplah orang yang rendah hati dan tidak sombong. Dia sadar akan keberadaan dirinya sebagai seorang hamba, yaitu hamba Kristus.
Kata 'hamba' diambil dari bahasa Yunani, doulos, yang artinya adalah budak. Tugas seorang budak ialah taat dan setia melayani tuannya. Siapa Tuan kita? Tuan kita adalah Tuhan Yesus. Dan jika Paulus dipilih dan percaya oleh Tuhan sebagai pemberita Injil, baginya merupakan suatu anugerah dan kepercayaan yang luar biasa, sehingga kesempatan itu tidak disia-siakannya. Rasul Paulus bertekad demikian: "...Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu." (Filipi 1:21-22). Sebagai hamba Tuhan, kita pun dituntut untuk memiliki komitmen seperti Rasul Paulus ini. Namun kiranya masih banyak hamba Tuhan yang telah bekerja keras melayani dan memberitakan Injil Kristus namun tanpa sadar telah kehilangan esensinya sebagai seorang 'hamba'; apalagi jika sudah menjadi hamba Tuhan yang terkenal, 'order' pelayanannya pun kian padat karena banyak jemaat atau gereja yang rindu dilayani. Hal inilah yang dapat membuat para hamba Tuhan merasa bangga dan tidak sedikit yang mulai lupa diri, dan secara perlahan telah mencuri kemuliaan Tuhan. Mereka merasa telah bekerja dan berjasa bagi Tuhan.
Bangsa Israel diperingatkan Tuhan bahwa mereka dapat menyeberangi sungai Yordan, mampu mengalahkan bangsa-bangsa lain dan mencapai Kanaan, bukan karena jasa-jasa mereka, tetapi semata-mata karena campur tangan Tuhan (baca Ulangan 9:1-6). Sungguh, bila pelayanan kita berhasil dan menjadi berkat bagi banyak orang, itu bukan karena jasa kita atau karena kita mampu, tapi karena campur tangan Tuhan. (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)