Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Mei 2012 -
Baca: Matius 3:1-12
"Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." Matius 3:8
Sebagai hamba Tuhan biarlah kita memiliki kerendahan hati dalam pelayanan karena semua itu adalah anugerah Tuhan semata. Jika dipercaya dan dipakai olehNya, itu bukan karena kuat dan gagah kita, bukan karena kita pintar dan bukan karena kita kaya. Jadi tidak ada alasan sedikit pun untuk kita menjadi sombong, apalagi sampai mencari hormat dan pujian dari manusia. Tugas kita adalah menyatakan kebenaran dan membawa umat kepada pertobatan.
Sarana dan prasana di mana seseorang berkhotbah itu tidak penting. Buktinya Yohanes pembaptis tidak berkhotbah di tempat-tempat yang besar atau gereja yang megah, tapi justru berkhotbah di padang gurun Yudea. Baginya yang penting adalah menyelesaikn tugas dan misinya bagi Kerajaan Sorga. Tuhan Yesus sendiri "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:6-7), demi menyelesaikan tugas dari Bapa, bahkan Ia taat sampai mati di atas kayu salib. Dalam pelayanan pun Yohanes pembaptis adalah seorang yang tegas. Dia berkata, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 3:2). Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak takut untuk menyerukan supaya semua orang bertobat; ia tidak takut menelanjangi dosa-dosa manusia; ia tidak takut menegakkan kebenaran Injil, sebab jika manusia tidak segera bertobat mereka akan mengalami kebinasaan kekal, sebab "...upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23). Satu-satunya jalan memperoleh keselamatan kekal adalah percaya kepada Yesus Kristus, bukan yang lain, karena Dialah satu-satunya jalan keselamatan itu. Tertulis: "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia,
sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan
kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12).
Bukankah kita seringkali takut dan malu menyerukan kata pertobatan? Kita tidak berani menyinggung dosa secara terang-terangan karena kita takut dibenci dan dijauhi oleh teman atau rekan bisnis. Jika dengan tegas menegur dosa, kita takut tidak diundang lagi untuk berkhotbah sehingga isi khotbah kita pun hanyalah berbicara tentang berkat, berkat dan berkat.
Jangan pernah takut menyerukan kebenaran Injil karena Roh Kudus turut bekerja dan menyertai kita!
Tuesday, May 29, 2012
Monday, May 28, 2012
YOHANES PEMBAPTIS: Pribadi yang Rendah Hati
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Mei 2012 -
Baca: Matius 3:1-12
"Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya." Matius 3:3
Alkitab menyatakan bahwa Yohanes pembaptis memiliki hubungan yang dekat dengan Yesus (sepupu) karena ibunya (Elisabet) masih ada hubungan kekerabatan (sepupu pula) dengan Maria (ibu Yesus). Selain itu kelahiran Yohanes pembaptis juga ajaib dan mengherankan sebab ia dilahirkan dari seorang wanita yang sebenarnya mandul. Juga ketika ia berada dalam kandungan, ayahnya mendadak menjadi bisu, dan baru dapat berbicara ketika ia lahir.
Sesungguhnya ada banyak alasan bagi Yohanes untuk membanggakan diri atau menjadi seorang yang 'besar'. Namun Yohanes tidak melakukan itu, ia tetaplah seorang yang rendah hati. Padahal ia adalah pembuka jalan bagi kedatangan Sang Juruselamat yang sudah dinubuatkan sejak zaman nabi Yesaya (baca Yesaya 40:3). Yohanes berkata, "Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api." (Matius 3:11). Simak pula pernyataan Yohanes, "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." (Yohanes 3:30). Hal ini menunjukkan bahwa Yohanes tidak haus pujian atau ingin dihormati, ia tetap menempatkan Yesus sebagai yang utama dan terbesar. Dialah yang patut ditinggikan dan diagungkan, bukan dirinya.
Yohanes pembaptis telah memberikan teladan yang luar biasa bagi setiap orang percaya, terlebih lagi bagi para pelayan Tuhan bagaimana memiliki hati hamba dan rendah hati. Seringkali ketika seseorang sudah dipercaya untuk melayani Tuhan, hatinya mulai berubah. Apalagi yang sudah menyandang predikat 'hamba Tuhan' dengan 'jam terbang' yang sudah tinggi, penuh urapan dan terkenal. Kita mulai membusungkan dada sehingga dalam hal pelayanan kita pun pilih-pilih, bahkan berani memasang bandrol alias pasang tarif: mau melayani asal fasilitas yang disediakan sesuai dengan yang dikehendaki. Kita sudah lupa dengan esensi seorang 'hamba': tugas seorang hamba adalah untuk melayani, bukan dilayani.
Tuhan Yesus berkata, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu," Matius 20:26b-27
Baca: Matius 3:1-12
"Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya." Matius 3:3
Alkitab menyatakan bahwa Yohanes pembaptis memiliki hubungan yang dekat dengan Yesus (sepupu) karena ibunya (Elisabet) masih ada hubungan kekerabatan (sepupu pula) dengan Maria (ibu Yesus). Selain itu kelahiran Yohanes pembaptis juga ajaib dan mengherankan sebab ia dilahirkan dari seorang wanita yang sebenarnya mandul. Juga ketika ia berada dalam kandungan, ayahnya mendadak menjadi bisu, dan baru dapat berbicara ketika ia lahir.
Sesungguhnya ada banyak alasan bagi Yohanes untuk membanggakan diri atau menjadi seorang yang 'besar'. Namun Yohanes tidak melakukan itu, ia tetaplah seorang yang rendah hati. Padahal ia adalah pembuka jalan bagi kedatangan Sang Juruselamat yang sudah dinubuatkan sejak zaman nabi Yesaya (baca Yesaya 40:3). Yohanes berkata, "Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api." (Matius 3:11). Simak pula pernyataan Yohanes, "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." (Yohanes 3:30). Hal ini menunjukkan bahwa Yohanes tidak haus pujian atau ingin dihormati, ia tetap menempatkan Yesus sebagai yang utama dan terbesar. Dialah yang patut ditinggikan dan diagungkan, bukan dirinya.
Yohanes pembaptis telah memberikan teladan yang luar biasa bagi setiap orang percaya, terlebih lagi bagi para pelayan Tuhan bagaimana memiliki hati hamba dan rendah hati. Seringkali ketika seseorang sudah dipercaya untuk melayani Tuhan, hatinya mulai berubah. Apalagi yang sudah menyandang predikat 'hamba Tuhan' dengan 'jam terbang' yang sudah tinggi, penuh urapan dan terkenal. Kita mulai membusungkan dada sehingga dalam hal pelayanan kita pun pilih-pilih, bahkan berani memasang bandrol alias pasang tarif: mau melayani asal fasilitas yang disediakan sesuai dengan yang dikehendaki. Kita sudah lupa dengan esensi seorang 'hamba': tugas seorang hamba adalah untuk melayani, bukan dilayani.
Tuhan Yesus berkata, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu," Matius 20:26b-27
Subscribe to:
Posts (Atom)