Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Maret 2012 -
Baca: Lukas 19:1-10
"Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ." Lukas 19:4
Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa kesempatan itu tidak datang untuk kedua kalinya, karena itu jangan pernah disia-siakan. Seorang atlet yang setiap harinya berlatih keras dan tidak mengenal lelah, ketika akhirnya dikirim untuk mengikuti sebuah kejuaraan pasti tidak akan menyia-nyiakannya, dia akan gunakan kesempatan itu sebaik mungkin untuk mengukur kemampuan dan kekuatannya. Begitu juga kita; jika kita beroleh kesempatan untuk melayani Tuhan, tangkap kesempatan itu sebaik mungkin. Banyak orang yang menyesal ketika kesempatan yang diberikan itu tidak digunakan dan malah disia-siakan. Berikutnya yang ada adalah penyesalan.
Salah satu orang yang tidak menyia-nyiakan kesempatan dalam hidupnya adalah Zakheus. Ia mendengar bahwa "Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek." (Lukas 19:1, 3). Tetapi Zakheus tidak menyerah begitu saja. Pikirnya: ini adalah kesempatan emas untuk bertemu dengan Yesus; kapan lagi? Ayat nas menunjukkan betapa ia berusaha sekuat tenaga supaya bisa melihat Yesus. Meski memiliki keterbatasan dalam hal fisik (bertubuh pendek), Zakheus tidak putus asa. Ia tidak kehilangan akal, segera berlari dan memanjat pohon ara. Ia tidak gengsi sedikit pun, tidak peduli dengan reaksi orang lain. Padahal Zakheus adalah seorang yang kaya dan berprofesi sebagai pemungut cukai. Kita tahu bahwa pekerjaan sebagai pemungut cukai adalah pekerjaan yang dibenci dan dicibir oleh banyak orang. Namun Tuhan Yesus merasakan ada hati yang merindukannya. Segeralah Tuhan Yesus memerintahkan Zakheus untuk turun dari pohon ara itu.
Pertemuan dengan Tuhan Yesus menjadi babak baru bagi kehidupan Zakheus. Hidupnya diubahkan secara total dan diselamatkan sehingga Zakheus berkata, "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dan seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (Lukas 19:8).
Hari ini masih banyak orang meremehkan Tuhan Yesus, tetap mengeraskan hati dan tidak mau menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. Pada saatnya, kesempatan itu akan lewat dan akhirnya penyesalan tiada guna!
Friday, March 9, 2012
Thursday, March 8, 2012
JANGAN MENUNGGU DITEGUR TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Maret 2012 -
Baca: 2 Tawarikh 33:1-20
"Ia melakukan banyak yang jahat di mata Tuhan, sehingga ia menimbulkan sakit hati-Nya." 2 Tawarikh 33:6b
Penyesalan tidak pernah datang di depan tetapi muncul di belakang atau di kemudian hari. Maka alangkah bijaknya bila sebelum melakukan segala sesuatu kita pikirkan masak-masak sebab dan akibatnya supaya tidak menyesal.
Hal ini dialami oleh Manasye. Sebagai raja ia merasa dirinya mampu, kuat, dan punya kuasa dan harta yang melimpah. Itulah sebabnya ia tidak lagi menghiraukan firman Tuhan. Ia hidup dalam ketidaktaatan! Menasye melakukan kejahatan yang luar biasa padahal ia tahu firman dan itu sangat menyakiti hati Tuhan. Bahkan ia lebih memilih mendengarkan nasihat dari penasihatnya yang jahat dan menuruti rakyatnya daripada mendengarkan nasihat dari nabi Tuhan. Dan lebih keji lagi, Manasye mendirikan bukit-bukit pengorbanan kepada dewa-dewa. Tidak hanya itu, ia juga rela mengorbankan anak-anaknya sendiri sebagai persembahan kepada Baal. Sungguh hati Manasye sudah benar-benar sesat! Namun saat ditegur dan diingatkan Tuhan ia tidak bergeming seperti tertulis: "Kemudian berfirmanlah Tuhan kepada Manasye dan rakyatnya, tetapi mereka tidak menghiraukannya. Oleh sebab itu Tuhan mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel." (2 Tawarikh 33:10-11). Manasye benar-benar dipermalukan!
Meski demikian Tuhan panjang sabar dan penuh kasih. Tuhan tetap mengasihi umatNya. Maka supaya tidak terlalu jauh tersesat dengan terpaksa Tuhan akhirnya menghukum Manasye. Tujuannya bukan untuk menghancurkan tetapi supaya bangsa ini bertobat. Maka dalam keadaan terjepit inilah Manasye baru menyadari kesalahannya. Ia datang kepada Tuhan dan minta pengampunan. Mendengar kesungguhan hati Manasye akhirnya hati Tuhan pun luluh. Tuhan pun melepaskan dia dari tangan raja Asyur. Lalu Manasye mulai hidup dalam pertobatan dengan menghancurkan dewa-dewa baal; patung-patung dan bukit-bukit pengorbanan pun dimusnahkannya. Akhirnya Manasye mengalami pemulihan. Jika saat ini kita sudah jauh dari Tuhan, segeralah bertobat.
Jangan tunggu sampai kesulitan, penderitaan atau penghukuman Tuhan menimpa kita barulah kita menyesal dan mau bertobat!
Baca: 2 Tawarikh 33:1-20
"Ia melakukan banyak yang jahat di mata Tuhan, sehingga ia menimbulkan sakit hati-Nya." 2 Tawarikh 33:6b
Penyesalan tidak pernah datang di depan tetapi muncul di belakang atau di kemudian hari. Maka alangkah bijaknya bila sebelum melakukan segala sesuatu kita pikirkan masak-masak sebab dan akibatnya supaya tidak menyesal.
Hal ini dialami oleh Manasye. Sebagai raja ia merasa dirinya mampu, kuat, dan punya kuasa dan harta yang melimpah. Itulah sebabnya ia tidak lagi menghiraukan firman Tuhan. Ia hidup dalam ketidaktaatan! Menasye melakukan kejahatan yang luar biasa padahal ia tahu firman dan itu sangat menyakiti hati Tuhan. Bahkan ia lebih memilih mendengarkan nasihat dari penasihatnya yang jahat dan menuruti rakyatnya daripada mendengarkan nasihat dari nabi Tuhan. Dan lebih keji lagi, Manasye mendirikan bukit-bukit pengorbanan kepada dewa-dewa. Tidak hanya itu, ia juga rela mengorbankan anak-anaknya sendiri sebagai persembahan kepada Baal. Sungguh hati Manasye sudah benar-benar sesat! Namun saat ditegur dan diingatkan Tuhan ia tidak bergeming seperti tertulis: "Kemudian berfirmanlah Tuhan kepada Manasye dan rakyatnya, tetapi mereka tidak menghiraukannya. Oleh sebab itu Tuhan mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel." (2 Tawarikh 33:10-11). Manasye benar-benar dipermalukan!
Meski demikian Tuhan panjang sabar dan penuh kasih. Tuhan tetap mengasihi umatNya. Maka supaya tidak terlalu jauh tersesat dengan terpaksa Tuhan akhirnya menghukum Manasye. Tujuannya bukan untuk menghancurkan tetapi supaya bangsa ini bertobat. Maka dalam keadaan terjepit inilah Manasye baru menyadari kesalahannya. Ia datang kepada Tuhan dan minta pengampunan. Mendengar kesungguhan hati Manasye akhirnya hati Tuhan pun luluh. Tuhan pun melepaskan dia dari tangan raja Asyur. Lalu Manasye mulai hidup dalam pertobatan dengan menghancurkan dewa-dewa baal; patung-patung dan bukit-bukit pengorbanan pun dimusnahkannya. Akhirnya Manasye mengalami pemulihan. Jika saat ini kita sudah jauh dari Tuhan, segeralah bertobat.
Jangan tunggu sampai kesulitan, penderitaan atau penghukuman Tuhan menimpa kita barulah kita menyesal dan mau bertobat!
Subscribe to:
Posts (Atom)