Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Desember 2011 -
Baca: Ayub 19:1-29
"Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah." Ayub 19:25-26
Selain kesabaan dan ketekunan petani yang harus kita teladani, Yakobus juga mengajar kita untuk meneladani hidup Ayub. Dikatakan, "...kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan." (Yakobus 5:11b). Semua orang Kristen pasti tahu tentang kisah hidup Ayub. Membicarakan Ayub berarti pula membicarakan masalah dan penderitaan yang dialaminya.
Meski mengalami penderitaan yang hebat, Ayub tetap bersabar dan bertekun di dalam Tuhan. Ia menderita, padahal ia adalah seorang "...yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:8b). Renungan: apakah kita telah memiliki hidup yang jauh lebih baik dari Ayub? Apakah penderitaan atau masalah yang kita alami selama ini sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh Ayub? Sebenarnya, penderitaan yang kita alami ini tidak ada apa-apanya dibanding dengan penderitaan yang Ayub alami, tetapi seringkali kita mengeluh, menggerutu, bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan, padahal dari segala sisi kita masih lebih beruntung dari Ayub. Seharusnya kita bisa lebih bersabar dan kuat karena kita masih memiliki keluarga atau rekan-rekan seiman yang senantiasa men-support kita, sedangkan Ayub kehilangan keluarganya, bahkan isterinya mencemooh dan meninggalkan dia.
Mengapa Ayub bisa kuat menghadapi penderitaan yang ada? Karena Ayub tahu bahwa Tuhan yang dia sembah adalah Sang Penebus hidupnya. Semua yang terjadi dalam hidupnya, seburuk apa pun jika itu seijin Tuhan, Tuhan pasti sanggup memulihkan...Karena itu Ayub masih bisa berkata, "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub harus mengalami proses, ia yakin "...akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10). Itulah sebabnya Ayub tetap mampu bertahan di tengah penderitaan yang dialaminya.
Akhirnya "...Tuhan memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan Tuhan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu." Ayub 42:10
Saturday, December 3, 2011
Friday, December 2, 2011
TELADAN SEORANG PETANI: Bersabar dan Bertekun
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Desember 2011 -
Baca: Yakobus 5:7-11
"Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." Yakobus 5:7b
Saat-saat ini banyak orang Kristen yang mudah mengeluh, bersungut-sungut dan putus asa karena merasa tidak kuat lagi menghadapi permasalahan yang ada. Sebagai anak-anak Tuhan tidak seharusnya kita bersikap demikian. Karena itu Yakobus menasihati kita agar tetap bersabar dan bertekun meski berada dalam kesesakan. Kata bersabar disampaikan sebanyak 4x dan kata bertekun ditulis sebanyak 2x. Hal ini menunjukkan bahwa bersabar dan bertekun adalah dua karakter penting yang harus menjadi bagian hidup orang percaya.
Tuhan memberikan satu teladan dari kehidupan petani. Kita tahu bahwa petani selalu bersabar menantikan hasil panennya. Hari lepas dari petani dengan tekun mengolah tanahnya, mengairi sawahnya dengan air yang cukup dan menaburinya dengan benih terbaik. Panas terik atau hujan badai tak menjadi penghalang baginya, karena menyadari bahwa kehidupannya sangat bergantung pada hasil panennya. Dalam suratnya Yakobus juga memberitahu kita bahwa petani akan menghadapi dua macam hujan, yaitu hujan musim gugur dan hujan musim semi. Apa itu hujan musim gugur? Hujan musim gugur adalah hujan yang akan merontokkan segala hal: daun, bunga, ranting-ranting, bahkan pohon-pohon yang tidak memiliki akar yang kuat dipastikan akan bertumbangan. Jelas bukan suatu pemandangan yang menarik dan menyegarkan karena pohon-pohon tampak undul, tanpa daun, tanpa bunga dan tanpa buah.
Hujan musim gugur adalah masa-masa sulit bagi para petani. Ini berbicara tentang keadaan yang tidak baik dalam kehidupan kita: mungkin sakit yang kita derita belum sembuh-sembuh, goncangan dalam rumah tangga, krisis keuangan, usaha bangkrut dan sebagainya. Meski demikian para petani tidak menjadi kecewa atau putus asa di tengah jalan. Mereka terus bersabar dan bertekun menanti sampai berlalunya masa hujan musim gugur, karena pada saatnya mereka akan mengalami hujan musim semi, di mana dedaunan dan bunga-bunga kembali bersemi, pohon-pohon didapati mulai menghasilkan buah sehingga pemandangan sekitar tampak hijau dan menyegarkan! Inilah masa pengharapan karena masa panen akan segera tiba! Milikilah mental seorang petani yang selalu sabar dan tekun menantikan panen tiba.
"Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya." 2 Timotius 2:6
Baca: Yakobus 5:7-11
"Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." Yakobus 5:7b
Saat-saat ini banyak orang Kristen yang mudah mengeluh, bersungut-sungut dan putus asa karena merasa tidak kuat lagi menghadapi permasalahan yang ada. Sebagai anak-anak Tuhan tidak seharusnya kita bersikap demikian. Karena itu Yakobus menasihati kita agar tetap bersabar dan bertekun meski berada dalam kesesakan. Kata bersabar disampaikan sebanyak 4x dan kata bertekun ditulis sebanyak 2x. Hal ini menunjukkan bahwa bersabar dan bertekun adalah dua karakter penting yang harus menjadi bagian hidup orang percaya.
Tuhan memberikan satu teladan dari kehidupan petani. Kita tahu bahwa petani selalu bersabar menantikan hasil panennya. Hari lepas dari petani dengan tekun mengolah tanahnya, mengairi sawahnya dengan air yang cukup dan menaburinya dengan benih terbaik. Panas terik atau hujan badai tak menjadi penghalang baginya, karena menyadari bahwa kehidupannya sangat bergantung pada hasil panennya. Dalam suratnya Yakobus juga memberitahu kita bahwa petani akan menghadapi dua macam hujan, yaitu hujan musim gugur dan hujan musim semi. Apa itu hujan musim gugur? Hujan musim gugur adalah hujan yang akan merontokkan segala hal: daun, bunga, ranting-ranting, bahkan pohon-pohon yang tidak memiliki akar yang kuat dipastikan akan bertumbangan. Jelas bukan suatu pemandangan yang menarik dan menyegarkan karena pohon-pohon tampak undul, tanpa daun, tanpa bunga dan tanpa buah.
Hujan musim gugur adalah masa-masa sulit bagi para petani. Ini berbicara tentang keadaan yang tidak baik dalam kehidupan kita: mungkin sakit yang kita derita belum sembuh-sembuh, goncangan dalam rumah tangga, krisis keuangan, usaha bangkrut dan sebagainya. Meski demikian para petani tidak menjadi kecewa atau putus asa di tengah jalan. Mereka terus bersabar dan bertekun menanti sampai berlalunya masa hujan musim gugur, karena pada saatnya mereka akan mengalami hujan musim semi, di mana dedaunan dan bunga-bunga kembali bersemi, pohon-pohon didapati mulai menghasilkan buah sehingga pemandangan sekitar tampak hijau dan menyegarkan! Inilah masa pengharapan karena masa panen akan segera tiba! Milikilah mental seorang petani yang selalu sabar dan tekun menantikan panen tiba.
"Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya." 2 Timotius 2:6
Subscribe to:
Posts (Atom)