Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Desember 2011 -
Baca: Yakobus 5:7-11
"Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." Yakobus 5:7b
Saat-saat ini banyak orang Kristen yang mudah mengeluh, bersungut-sungut dan putus asa karena merasa tidak kuat lagi menghadapi permasalahan yang ada. Sebagai anak-anak Tuhan tidak seharusnya kita bersikap demikian. Karena itu Yakobus menasihati kita agar tetap bersabar dan bertekun meski berada dalam kesesakan. Kata bersabar disampaikan sebanyak 4x dan kata bertekun ditulis sebanyak 2x. Hal ini menunjukkan bahwa bersabar dan bertekun adalah dua karakter penting yang harus menjadi bagian hidup orang percaya.
Tuhan memberikan satu teladan dari kehidupan petani. Kita tahu bahwa petani selalu bersabar menantikan hasil panennya. Hari lepas dari petani dengan tekun mengolah tanahnya, mengairi sawahnya dengan air yang cukup dan menaburinya dengan benih terbaik. Panas terik atau hujan badai tak menjadi penghalang baginya, karena menyadari bahwa kehidupannya sangat bergantung pada hasil panennya. Dalam suratnya Yakobus juga memberitahu kita bahwa petani akan menghadapi dua macam hujan, yaitu hujan musim gugur dan hujan musim semi. Apa itu hujan musim gugur? Hujan musim gugur adalah hujan yang akan merontokkan segala hal: daun, bunga, ranting-ranting, bahkan pohon-pohon yang tidak memiliki akar yang kuat dipastikan akan bertumbangan. Jelas bukan suatu pemandangan yang menarik dan menyegarkan karena pohon-pohon tampak undul, tanpa daun, tanpa bunga dan tanpa buah.
Hujan musim gugur adalah masa-masa sulit bagi para petani. Ini berbicara tentang keadaan yang tidak baik dalam kehidupan kita: mungkin sakit yang kita derita belum sembuh-sembuh, goncangan dalam rumah tangga, krisis keuangan, usaha bangkrut dan sebagainya. Meski demikian para petani tidak menjadi kecewa atau putus asa di tengah jalan. Mereka terus bersabar dan bertekun menanti sampai berlalunya masa hujan musim gugur, karena pada saatnya mereka akan mengalami hujan musim semi, di mana dedaunan dan bunga-bunga kembali bersemi, pohon-pohon didapati mulai menghasilkan buah sehingga pemandangan sekitar tampak hijau dan menyegarkan! Inilah masa pengharapan karena masa panen akan segera tiba! Milikilah mental seorang petani yang selalu sabar dan tekun menantikan panen tiba.
"Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya." 2 Timotius 2:6
Friday, December 2, 2011
Thursday, December 1, 2011
LOT: Akibat kompromi Dengan Dosa
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Desember 2011 -
Baca: Kejadian 19:1-29
"Sungguhlah kota yang di sana itu cukup dekat kiranya untuk lari ke sana; kota itu kecil; izinkanlah kiranya aku lari ke sana. Bukankah kota itu kecil? Jika demikian, nyawaku akan terpelihara." Kejadian 19:20
Dari bacaan ini kita tahu bahwa sesungguhnya Lot sudah mengerti perihal Sodom dan Gomora yang penuh kejahatan dan marabahaya, tetapi ia tetap saja memilih tinggal di sana karena tegiur kesuburan dan kekayaan di sana. Seperti tertulis, "...Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah. Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom. Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap Tuhan." (Kejadian 13:11-13).
Karena tinggal di dekat Sodom, gaya hidup Lot menjadi berubah sama seperti orang-orang yang tinggal di Sodom dan Gomora, apalagi ia menikah dengan orang yang tidak percaya. Lot sama sekali tidak mencontoh kehidupan Abraham yang senantiasa membangun mezbah bagi Tuhan (membangun kekariban dengan Tuhan). Sejak saat itu kehidupan Lot semakin jauh dari Tuhan. Bahkan ia pun sampai hati menyerahkan kedua anak gadisnya kepada orang-orang yang tidak mengenal Tuhan (Kejadian 19:8). Sebagai orangtua seharusnya ia menjaga dan melindungi anak-anaknya, bukan malah menjerumuskan mereka. Namun kemudian Lot benar-benar menuai akibat perbuatannya, juga diremehkan oleh kedua bakal menantunya saat mengajak mereka keluar dari Sodom: "...ia dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja." (Kejadian 19:14). Harga diri Lot benar-benar telah diinjak-injak!
Meski keadaan Lot semakin hancur, Abraham tetap berdoa untuk keselamatan Lot sehingga sebelum malapetaka menimpa kota Sodom dan Gomora Lot telah dituntun oleh malaikat Tuhan untuk ke luar dari kota Sodom. Walaupun demikian Lot tetap merasa bahwa dirinya tidak mungkin mampu ke luar dari kota Sodom karena jaraknya cukup jauh untuk bisa lari dan ke luar dari kota Sodom, sedangkan malapetaka segera akan terjadi. Akan tetapi "...Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu." (Kejadian 19:29).
Pelajaran berharga dari kisah Lot: janganlah kita berkompromi dengan dosa sedikit pun walau kelihatannya sangat menguntungkan, kaena hal itu pada saatnya akan membawa kita kepada kehancuran dan kebinasaan kekal!
Baca: Kejadian 19:1-29
"Sungguhlah kota yang di sana itu cukup dekat kiranya untuk lari ke sana; kota itu kecil; izinkanlah kiranya aku lari ke sana. Bukankah kota itu kecil? Jika demikian, nyawaku akan terpelihara." Kejadian 19:20
Dari bacaan ini kita tahu bahwa sesungguhnya Lot sudah mengerti perihal Sodom dan Gomora yang penuh kejahatan dan marabahaya, tetapi ia tetap saja memilih tinggal di sana karena tegiur kesuburan dan kekayaan di sana. Seperti tertulis, "...Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah. Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom. Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap Tuhan." (Kejadian 13:11-13).
Karena tinggal di dekat Sodom, gaya hidup Lot menjadi berubah sama seperti orang-orang yang tinggal di Sodom dan Gomora, apalagi ia menikah dengan orang yang tidak percaya. Lot sama sekali tidak mencontoh kehidupan Abraham yang senantiasa membangun mezbah bagi Tuhan (membangun kekariban dengan Tuhan). Sejak saat itu kehidupan Lot semakin jauh dari Tuhan. Bahkan ia pun sampai hati menyerahkan kedua anak gadisnya kepada orang-orang yang tidak mengenal Tuhan (Kejadian 19:8). Sebagai orangtua seharusnya ia menjaga dan melindungi anak-anaknya, bukan malah menjerumuskan mereka. Namun kemudian Lot benar-benar menuai akibat perbuatannya, juga diremehkan oleh kedua bakal menantunya saat mengajak mereka keluar dari Sodom: "...ia dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja." (Kejadian 19:14). Harga diri Lot benar-benar telah diinjak-injak!
Meski keadaan Lot semakin hancur, Abraham tetap berdoa untuk keselamatan Lot sehingga sebelum malapetaka menimpa kota Sodom dan Gomora Lot telah dituntun oleh malaikat Tuhan untuk ke luar dari kota Sodom. Walaupun demikian Lot tetap merasa bahwa dirinya tidak mungkin mampu ke luar dari kota Sodom karena jaraknya cukup jauh untuk bisa lari dan ke luar dari kota Sodom, sedangkan malapetaka segera akan terjadi. Akan tetapi "...Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu." (Kejadian 19:29).
Pelajaran berharga dari kisah Lot: janganlah kita berkompromi dengan dosa sedikit pun walau kelihatannya sangat menguntungkan, kaena hal itu pada saatnya akan membawa kita kepada kehancuran dan kebinasaan kekal!
Subscribe to:
Posts (Atom)