Friday, October 7, 2011

MEMILIKI HATI HAMBA: Mau Merendahkan Hati dan Melayani

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  7 Oktober 2011 -

Baca:  Markus 9:33-37

"Kata-Nya kepada mereka  (para murid):  'Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.'"  Markus 9:35

Ada suatu tradisi atau adat bangsa Yahudi yang dapat kita jadikan pelajaran yang baik dan berharga, di mana biasanya seorang hamba dalam keluarga harus membasuh kaki para tamu tuannya.

     Membasuh kaki adalah tugas dan pekerjaan seorang hamba.  Pantaskah jika tugas ini dilakukan oleh seorang raja atau tuan?  Seorang raja biasanya hanya duduk di atas singgasana, memerintah rakyatnya dan dilayani para hamba.  Adalah mustahil raja mau turun melakukan pekerjaan yang layak dilakukan oleh seorang hamba  (budak), apalagi sampai membasuh kaki seseorang.  Tetapi inilah yang dilakukan oleh Yesus, Raja di atas segala raja, Putera Tunggal Allah, yang  "...telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia."  (Filipi 2:7).  Yesus rela turun ke bumi mengambil rupa seorang hamba dengan membasuh kaki murid-muridNya.  "Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya.  Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-muridNya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya."  (Yohanes 13:4-5).  Dalam hal ini Yesus memberikan satu teladan hidup supaya setiap orang percaya memiliki kerendahan hati dan mau melayani satu sama lain.  Apa yang dilakukan Yesus ini menjadi suatu peringatan bagi kita agar mau melakukan pekerjaan yang diangap paling hina oleh orang lain, tetapi di hadapan Tuhan pekerjaan itu sangat berarti.  Tuhan Yesus berkata,  "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;"  (Matius 20:26b-27).

     Jadi kita ini adalah hamba yang bertugas melayani, bukan dilayani.  Saat ini banyak orang yang sudah dipakai Tuhan sebagai alatNya dan berhasil di dalam pelayanannya justru tidak lagi memiliki  'hati hamba', sebaliknya justru menjadi sombong dan semakin tinggi hati.  Mereka lebih mempertahankan harga dirinya dan menganggap diri lebih dari orang lain.  Inikah yang diajarkan Yesus?  Ia mengajar kita untuk selalu ingat siapa sebenarnya diri kita di hadapanNya.

Jika sampai saat ini kita dipercaya melayani Tuhan, bahkan dengan karunia atau talenta yang luar biasa, itu semata-mata karena anugerahNya, bukan karena kuat dan gagah kita!

Thursday, October 6, 2011

MEMBANGUN IMAN DENGAN ORANG TERDEKAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  6 Oktober 2011 -

Baca:  Mazmur 119:57-64

"Aku  (Daud - Red.)  bersekutu dengan semua orang yang takut kepada-Mu, dan dengan orang-orang yang berpegang pada titah-titahMu."  Mazmur 119:63

Alkitab mencatat bahwa Abraham adalah orang yang sangat kaya dan diberkati Tuhan.  Janji Tuhan yang mengatakan,  "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyur;  dan engkau akan menjadi berkat."  (Kejadian 12:2)  benar-benar tergenapi dalam kehidupan Abraham.  Saat Abraham meninggalkan negerinya,  "...Lot pun ikut bersama-sama dengan dia;"  (Kejadian 12:4).

     Keberadaan Abraham benar-benar membawa dampak luar biasa bagi kehidupan Lot.  Abraham menjadi berkat bagi Lot.  Karena mengikuti Abrahamlah Lot turut diberkati dan memiliki banyak harta;  ini merupakan anugerah Tuhan oleh karena Abraham.  Semua berkat yang Lot terima adalah karena kedekatannya dengan Abraham.  Lot bukanlah orang pilihan Tuhan seperti Abraham, namun Lot bisa menikmati kekayaan dan berkat Tuhan karena dia tinggal dekat dengan Abraham.  Dampak kekariban Abraham dan Tuhanlah yang menyebabkan semua orang yaang ada bersama dengannya turut diberkati.  Namun keputusan Lot berpisah dari Abraham adalah awal kehancurannya.  Seluruh kekayaan Lot turut musnah terbakar bersama kota Sodom dan Gomora yang dibumihanguskan Tuhan;  isterinya pun menjadi tiang garam.

     Melalui Lot ini kita dapat belajar bahwa dengan siapa kita membangun hubungan akan menentukan hari depan kita.  Kesalahan dalam menentukan pertemanan akan mempengaruhi kehidupan rohani kita.  Pemazmur menasihatkan agar orang percaya  "...tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, ...tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan ...tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,"  (Mazmur 1:1), karena  "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33b).  Kita harus membangun pergaulan dengan orang-orang yang sama-sama haus dan lapar akan Tuhan.  Bukan berarti kita tidak boleh bergaul dengan orang-orang dunia, tapi untuk membangun manusia roh, kita membutuhkan rekan-rekan yang lebih rohani.  Pergaulan kita akan menyatakan siapa kita sebenarnya.  Daud memilih bersekutu dengan orang-orang yang tahut akan Tuhan  (ayat nas)  sehingga imannya terbangun;  ketika lemah ada yang menguatkan, ketika mulai menyimpang dari firman ada yang menegur.

Milikilah hubungan karib dengan orang-orang yang mengasihi Tuhan supaya iman kita semakin kuat!