Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 September 2011 -
Baca: 1 Timotius 3:8-13
"Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat." 1 Timotius 3:10
Untuk menjadi orang-orang yang berkualitas kita harus melewati proses atau ujian demi ujian. Hal inilah yang disadari Ayub: "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10).
Itulah sebabnya rasul Paulus menyampaikan pesan penting kepada Timotius bahwa pemilik jemaat atau pun diaken (pelayan Tuhan) bukanlah sembarangan orang, tetapi haruslah orang yang telah teruji hidupnya dan memiliki kualitas hidup yang lebih dibanding lainnya. Maka dari itu tak seorang pun dari kita yang akan luput dari ujian dan masing-masing orang akan mengalami ujian yang berbeda, dengan kadar yang berbeda pula. Kita tidak akan beroleh promosi sebelum kita lulus dari ujian yang ada. Contohnya adalah syarat-syarat bagi calon diaken: "...haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci." (1 Timotius 3:8-9). Namun, inti dari kesemua persyaratan itu adalah kesetiaan. Tanpa kesetiaan, apa pun tugas dan kepercayaan yang diberikan Tuhan kepada seseorang tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Jadi kita harus tetap setia mengerjakan tugas-tugas yang diberikan bagi kita meski ada ujian, tantangan dan harus melewati padang gersang sebagaimana bangsa Israel yang harus mengalami ujian di padang gurun selama 40 tahun lamanya. Selama masa-masa ujian tersebut bangsa Israel memberontak, bersungut-sungut dan mengeluh kepada Tuhan. Akibat dari ketidaksetiaan mereka menjalani proses ujian, sebagian besar dari mereka mati di padang gurun sebelum mencapai Tanah Perjanjian. Mereka tidak dapat menikmati janji Tuhan karena tidak tahan saat harus mengalami kesukaran. Seberat apa pun ujian yang harus kita lalui, yakinlah bahwa itu adalah bagian dari persiapan yang diberikan Tuhan bagi kita.
Tuhan menghendaki agar kita tidak menyerah ketika berada dalam masa-masa pembentukan itu. Kondisi inilah yang seringkali dimanfaatkan Iblis untuk melemahkan kita dengan berkata, "Untuk apa setia? Percuma. Tidak ada gunanya kamu melayani Tuhan, toh hidupmu juga tidak diberkati. Sakitmu belum juga sembuh. Lebih baik mencari pertolongan lain dan menyerah saja." Dan akhirnya, ada banyak orang Kristen yang tidak sabar dan menyerah di tengah jalan. (Bersambung)
Sunday, September 11, 2011
Saturday, September 10, 2011
BEKERJA DENGAN LOYALITAS TINGGI (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 September 2011 -
Baca: Efesus 6:1-9
"dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia." Efesus 6:7
Bekerja yang bagaimana? Bekerja dengan asal-asalan atau 'semau gue'? Dalam perumpamaan tentang talenta (baca Matius 25:14-30). kita dapat belajar banyak hal, salah satunya adalah bagaimana si tuan memberikan upah atau penghargaan kepada hambanya yang setia menjalankan talentanya. Hamba yang menerima 5 talenta dan 2 talenta beroleh pujian dari tuannya: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21). Hamba yang rajin bekerja dan setia memperoleh upah dari tuanNya sebagaimana tertulis: "Kamu tahu, bahwa Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hambaNya." (Kolose 3:24). Sebaliknya, hamba yang menerima 1 talenta tetapi tidak menjalankannya dikecam sebagai hamba yang jahat dan malas. Dari perumpamaan tentang talenta ini Tuhan Yesus sebenarnya menekankan tentang pentingnya memiliki sikap yang taat kepada majikan sebagai pemberi pekerjaan.
Ukuran ketaatan dirumuskan Paulus dengan sangat tepat ketika berkata. "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Karakter inilah yang harus dimiliki oleh seorang pekerja Kristen. Dalam bekerja, orang Kristen harus memiliki loyalitas tinggi. Apa pun yang kita kerjakan hendaknya kita melakukannya seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Dengan melakukan pekerjaan seperti untuk Tuhan berarti kita telah menunjukkan kasih dan ketaatan kepada Tuhan.
Jadi pekerjaan dapat menjadi salah satu media bagi kita untuk bersaksi dan melayani Tuhan. Oleh karena itu jangan pernah menggerutu dalam menjalankan tugas. Jika kita terus menggerutu atau mengomel dalam bekerja, kita tidak akan menjadi berkat bagi orang lain.
Mulai sekarang, bekerjalah giat dan penuh komitmen, "Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia." (Efesus 6:6-7).
Baca: Efesus 6:1-9
"dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia." Efesus 6:7
Bekerja yang bagaimana? Bekerja dengan asal-asalan atau 'semau gue'? Dalam perumpamaan tentang talenta (baca Matius 25:14-30). kita dapat belajar banyak hal, salah satunya adalah bagaimana si tuan memberikan upah atau penghargaan kepada hambanya yang setia menjalankan talentanya. Hamba yang menerima 5 talenta dan 2 talenta beroleh pujian dari tuannya: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21). Hamba yang rajin bekerja dan setia memperoleh upah dari tuanNya sebagaimana tertulis: "Kamu tahu, bahwa Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hambaNya." (Kolose 3:24). Sebaliknya, hamba yang menerima 1 talenta tetapi tidak menjalankannya dikecam sebagai hamba yang jahat dan malas. Dari perumpamaan tentang talenta ini Tuhan Yesus sebenarnya menekankan tentang pentingnya memiliki sikap yang taat kepada majikan sebagai pemberi pekerjaan.
Ukuran ketaatan dirumuskan Paulus dengan sangat tepat ketika berkata. "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Karakter inilah yang harus dimiliki oleh seorang pekerja Kristen. Dalam bekerja, orang Kristen harus memiliki loyalitas tinggi. Apa pun yang kita kerjakan hendaknya kita melakukannya seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Dengan melakukan pekerjaan seperti untuk Tuhan berarti kita telah menunjukkan kasih dan ketaatan kepada Tuhan.
Jadi pekerjaan dapat menjadi salah satu media bagi kita untuk bersaksi dan melayani Tuhan. Oleh karena itu jangan pernah menggerutu dalam menjalankan tugas. Jika kita terus menggerutu atau mengomel dalam bekerja, kita tidak akan menjadi berkat bagi orang lain.
Mulai sekarang, bekerjalah giat dan penuh komitmen, "Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia." (Efesus 6:6-7).
Subscribe to:
Posts (Atom)