Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 September 2011 -
Baca: Efesus 6:1-9
"dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia." Efesus 6:7
Bekerja yang bagaimana? Bekerja dengan asal-asalan atau 'semau gue'? Dalam perumpamaan tentang talenta (baca Matius 25:14-30). kita dapat belajar banyak hal, salah satunya adalah bagaimana si tuan memberikan upah atau penghargaan kepada hambanya yang setia menjalankan talentanya. Hamba yang menerima 5 talenta dan 2 talenta beroleh pujian dari tuannya: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21). Hamba yang rajin bekerja dan setia memperoleh upah dari tuanNya sebagaimana tertulis: "Kamu tahu, bahwa Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hambaNya." (Kolose 3:24). Sebaliknya, hamba yang menerima 1 talenta tetapi tidak menjalankannya dikecam sebagai hamba yang jahat dan malas. Dari perumpamaan tentang talenta ini Tuhan Yesus sebenarnya menekankan tentang pentingnya memiliki sikap yang taat kepada majikan sebagai pemberi pekerjaan.
Ukuran ketaatan dirumuskan Paulus dengan sangat tepat ketika berkata. "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Karakter inilah yang harus dimiliki oleh seorang pekerja Kristen. Dalam bekerja, orang Kristen harus memiliki loyalitas tinggi. Apa pun yang kita kerjakan hendaknya kita melakukannya seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Dengan melakukan pekerjaan seperti untuk Tuhan berarti kita telah menunjukkan kasih dan ketaatan kepada Tuhan.
Jadi pekerjaan dapat menjadi salah satu media bagi kita untuk bersaksi dan melayani Tuhan. Oleh karena itu jangan pernah menggerutu dalam menjalankan tugas. Jika kita terus menggerutu atau mengomel dalam bekerja, kita tidak akan menjadi berkat bagi orang lain.
Mulai sekarang, bekerjalah giat dan penuh komitmen, "Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia." (Efesus 6:6-7).
Saturday, September 10, 2011
Friday, September 9, 2011
ORANG PERCAYA: Harus Bekerja! (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 September 2011 -
Baca: 2 Tesalonika 3:1-15
"jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." 2 Tesalonika 3:10b.
Tuhan Yesus berkata, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Perkataan Yesus yang menyatakan bahwa Dia pun bekerja menunjukkan bahwa Tuhan adalah Pribadi pekerja, bukan Pribadi yang nganggur atau berpangku tangan saja.
Secara eksplisit Tuhan telah memberikan teladan kepada kita dan sekaligus sebagai perintah agar kita juga turut bekerja dan berkarya. Itulah sebabnya Paulus menegur dengan sangat keras jika ada orang percaya yang bermalas-malasan dan tidak mau bekerja: "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." Paulus tidak asal bicara namun juga memberi contoh bagaimana ia bekerja membuat kemah untuk menyokong kehidupannya (baca Kisah 18:3). Juga kepada jemaat di Tesalonika Paulus berkata, "Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu." (1 Tesalonika 2:9b). Salomo pun juga sangat 'alergi' terhadap orang yang malas: "Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak." (Amsal 18:9). Ini menunjukkan bahwa firman Tuhan memerintahkan kita untuk bekerja. Dengan bekerja kita dapat mencukupi kebutuhan keluarga dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Memenuhi kebutuhan keluarga adalah sebuah keharusan. Alkitab menyatakan, "Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman." (1 Timotius 5:8). Artinya, jika ada orang yang menelantarkan keluarganya alias tidak memberi nafkah kepada keluarganya, ia disamakan sebagai orang yang murtad, bahkan dianggap lebih buruk dari orang yang tidak percaya. Oleh karena itu kita harus memiliki semangat untuk bekerja sebagai wujud tanggung jawab kita kepada Tuhan. Adalah sangat memalukan jika ada orang Kristen yang tidak mau bekerja, malas dan selalu mengharapkan belas kasih dari orang lain (menjadi beban bagi orang lain), padahal secara fisik ia sehat dan masih dalam usia produktif.
Paulus memerintahkan agar setiap orang percaya bekerja dengan giat dan "...tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi ...berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kamu." (2 Tesalonika 3:8).
(Bersambung)
Baca: 2 Tesalonika 3:1-15
"jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." 2 Tesalonika 3:10b.
Tuhan Yesus berkata, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Perkataan Yesus yang menyatakan bahwa Dia pun bekerja menunjukkan bahwa Tuhan adalah Pribadi pekerja, bukan Pribadi yang nganggur atau berpangku tangan saja.
Secara eksplisit Tuhan telah memberikan teladan kepada kita dan sekaligus sebagai perintah agar kita juga turut bekerja dan berkarya. Itulah sebabnya Paulus menegur dengan sangat keras jika ada orang percaya yang bermalas-malasan dan tidak mau bekerja: "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." Paulus tidak asal bicara namun juga memberi contoh bagaimana ia bekerja membuat kemah untuk menyokong kehidupannya (baca Kisah 18:3). Juga kepada jemaat di Tesalonika Paulus berkata, "Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu." (1 Tesalonika 2:9b). Salomo pun juga sangat 'alergi' terhadap orang yang malas: "Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak." (Amsal 18:9). Ini menunjukkan bahwa firman Tuhan memerintahkan kita untuk bekerja. Dengan bekerja kita dapat mencukupi kebutuhan keluarga dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Memenuhi kebutuhan keluarga adalah sebuah keharusan. Alkitab menyatakan, "Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman." (1 Timotius 5:8). Artinya, jika ada orang yang menelantarkan keluarganya alias tidak memberi nafkah kepada keluarganya, ia disamakan sebagai orang yang murtad, bahkan dianggap lebih buruk dari orang yang tidak percaya. Oleh karena itu kita harus memiliki semangat untuk bekerja sebagai wujud tanggung jawab kita kepada Tuhan. Adalah sangat memalukan jika ada orang Kristen yang tidak mau bekerja, malas dan selalu mengharapkan belas kasih dari orang lain (menjadi beban bagi orang lain), padahal secara fisik ia sehat dan masih dalam usia produktif.
Paulus memerintahkan agar setiap orang percaya bekerja dengan giat dan "...tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi ...berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kamu." (2 Tesalonika 3:8).
(Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)