Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 September 2011 -
Baca: Amsal 28
"Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui ia akan mengalami kekurangan." Amsal 28:22
Ada kisah tentang seorang yang kaya raya tapi selalu jadi perbincangan di antara tetangga kanan kiri. Bukan karena dia orang kaya yang murah hati atau suka menolong, sebaliknya ia dikenal sebagai orang kaya yang sangat kikir; tidak peduli terhadap orang lain, tidak pernah beramal atau bersedekah.
Kikir dan hemat itu berbeda. Kikir sama artinya dengan pelit. Sedangkan hemat memiliki sinonim: ekonomis atau irit. Jelas ada perbedaan antara keduanya, tetapi dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang salah kaprah menerapkan kedua kata sifat ini. Maksud hati ingin berhemat tapi malah jadi pelit, karena terlalu hemat. Kata kikir berarti terlalu hemat memakai harta bendanya. Berhati-hatilah! Dalam Amsal 11:24 dikatakan: "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan." Alkitab juga dengan tegas menyatakan bahwa orang yang kikir tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (baca 1 Korintus 6:10). Bahkan Rasul Paulus secara terang-terangan melarang orang percaya untuk bergaul dengan orang yang kikir (baca 1 Korintus 5:11).
Kikir adalah sifat buruk yang tidak boleh dimiliki oleh orang Kristen, karena kikir justru akan membawa seseorang kepada kekurangan, bahkan kemiskinan. Tuhan menghendaki agar kita memiliki sifat murah hati. Orang yang murah hati, yang suka menolong orang lain yang hidup dalam kekurangan atau kesusahan akan mengalami kelimpahan berkat dari Tuhan. Tertulis: "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan," (Amsal 11:25a). Kunci mengalami kelimpahan bukanlah dengan menghemat begitu rupa, tapi bermurah hati, sebab kapasitas untuk menerima dari Tuhan bergantung penuh dari kapasitas untuk memberi. Jadi kita baru dapat mengalami kelimpahan apabila kita bermurah hati. Orang yang murah hati akan menuai banyak (baca 2 Korintus 9:6), sebab tidak mungkin ada tuaian apabila tidak ada benih yang ditabur. Orang yang murah hati menabur banyak. Itulah sebabnya ia akan menuai banyak juga.
Jangan kikir! Jadilah seorang yang murah hati, karena "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri," Amsal 11:7a
Wednesday, September 7, 2011
Tuesday, September 6, 2011
RASA TAKUT: Jangan Dipelihara!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 September 2011 -
Baca: Mazmur 118:1-29
"Tuhan di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" Mazmur 118:6
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata takut berarti merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Rasa takut yang 'dipelihara' akan menimbulkan dampak yang buruk tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga terhadap orang lain. Ketika hendak berperang melawan bangsa Midian Tuhan memerintahkan Gideon untuk memisahkan tentara yang takut dan gentar. Tuhan berkata, "Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead. Lalu pulanglah dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu dan tinggallah sepuluh ribu orang." (Hakim-Hakim 7:3a). Mengapa? Karena ketakutan itu bisa menjalar dan mempengaruhi yang lain. Rasa takut juga bisa menjadi penghalang utama dalam merebut kemenangan dan janji-janji Tuhan. Itulah sebabnya tentara yang penakut tidak boleh turut berperang.
Mengapa rasa takut harus dikalahkan? Karena ketakutan adalah salah satu senjata yang digunakan Iblis untuk menghancurkan kehidupan orang percaya. Karena itu "...janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:27). Jangan memberi celah sedikit pun kepada Iblis karena ketika kita berkompromi, Iblis akan memasuki wilayah kehidupan kita. Kompromi akan membawa kita kepada kekalahan dan kehancuran karena ketika berada dalam persoalan atau tekanan, rasa takut membuat orang mudah putus asa, kehilangan semangat dan pada akhirnya akan menyerah pada keadaan. Inilah yang menjadi musuh iman! Contoh: menyerah pada keadaan. Inilah yang menjadi musuh iman! Contoh: ketika dikejar-kejar oleh Firaun dan pasukannya, bangsa Israel mengalami ketakutan yang luar biasa sehingga mereka menjadi putus asa, tidak mau melanjutkan perjalanan dan ingin kembali saja ke Mesir.
Bagaimana kita dapat menang atas ketakutan? Kita harus mengandalkan Tuhan dalam segala hal (baca Yeremia 17:7). Simak pernyataan Daud, "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:4-5). Banyak orang Kristen yang mengandalkan kekayaan yang dimiliki, padahal Alkitab menegaskan bahwa kekayaan itu memiliki sayap dan dapat terbang atau bisa lenyap sewaktu-waktu (baca Amsal 23:4-5).
Jangan takut, Tuhan menyertai kita!
Baca: Mazmur 118:1-29
"Tuhan di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" Mazmur 118:6
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata takut berarti merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Rasa takut yang 'dipelihara' akan menimbulkan dampak yang buruk tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga terhadap orang lain. Ketika hendak berperang melawan bangsa Midian Tuhan memerintahkan Gideon untuk memisahkan tentara yang takut dan gentar. Tuhan berkata, "Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead. Lalu pulanglah dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu dan tinggallah sepuluh ribu orang." (Hakim-Hakim 7:3a). Mengapa? Karena ketakutan itu bisa menjalar dan mempengaruhi yang lain. Rasa takut juga bisa menjadi penghalang utama dalam merebut kemenangan dan janji-janji Tuhan. Itulah sebabnya tentara yang penakut tidak boleh turut berperang.
Mengapa rasa takut harus dikalahkan? Karena ketakutan adalah salah satu senjata yang digunakan Iblis untuk menghancurkan kehidupan orang percaya. Karena itu "...janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:27). Jangan memberi celah sedikit pun kepada Iblis karena ketika kita berkompromi, Iblis akan memasuki wilayah kehidupan kita. Kompromi akan membawa kita kepada kekalahan dan kehancuran karena ketika berada dalam persoalan atau tekanan, rasa takut membuat orang mudah putus asa, kehilangan semangat dan pada akhirnya akan menyerah pada keadaan. Inilah yang menjadi musuh iman! Contoh: menyerah pada keadaan. Inilah yang menjadi musuh iman! Contoh: ketika dikejar-kejar oleh Firaun dan pasukannya, bangsa Israel mengalami ketakutan yang luar biasa sehingga mereka menjadi putus asa, tidak mau melanjutkan perjalanan dan ingin kembali saja ke Mesir.
Bagaimana kita dapat menang atas ketakutan? Kita harus mengandalkan Tuhan dalam segala hal (baca Yeremia 17:7). Simak pernyataan Daud, "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:4-5). Banyak orang Kristen yang mengandalkan kekayaan yang dimiliki, padahal Alkitab menegaskan bahwa kekayaan itu memiliki sayap dan dapat terbang atau bisa lenyap sewaktu-waktu (baca Amsal 23:4-5).
Jangan takut, Tuhan menyertai kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)