Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 September 2011 -
Baca: Yesaya 43:8-21
"'Kamu inilah saksi-saksi-Ku,' dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia." Yesaya 43:10a
Tuhan menghendaki agar setiap orang Kristen berperan menjadi saksi di tengah dunia. Alkitab menyatakan bahwa setiap orang percaya adalah garam dunia dan terang dunia (baca Matius 5:13-14). Dengan demikian kita harus memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang dunia.
Saksi tidak sama dengan reporter. Reporter memiliki tugas menyampaikan informasi tentang orang lain, sedangkan tugas saksi adalah memberi kesaksian tentang apa yang dialami, dilihat dan dirasakannya secara pribadi, bukan menceritakan pengalaman orang lain. Itulah sebabnya Roh Kudus dicurahkan kepada para rasul agar mereka memperoleh kuasa untuk menjadi saksi. "...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah 1:8).
Kita melihat bahwa masih banyak orang Kristen yang hidupnya tidak menjadi saksi yang baik bagi orang lain. Mungkin kita pandai merangkai kata saat bersaksi di depan jemaat, tapi sesungguhnya kita belum sepenuhnya menjadikan hidup kita benar-benar sebagai saksi. Jadi banyak orang Kristen pandai bersaksi tetapi tidak menjadikan hidupnya sebagai saksi. Menjadi saksi bukan dengan perkataan semata tapi harus melalui kehidupan kita secara nyata. Jadi, orang lain dapat melihat kehidupan Kristen itu nyata dalam kehidupan kita setiap hari. Ucapan dan perbuatan kita selaras, tidak ada perbedaan, dan kesemuanya itu mencerminkan bahwa ada Kristus di dalam kita. Seorang saksi, pastinya akan sangat antusias untuk bersaksi kepada orang-orang di sekitar tentang pengalaman hidupnya di dalam Tuhan, sehingga orang lain boleh mengenal Kristus melalui hidupnya. Jika keKristenan kita biasa-biasa saja dan tidak jauh berbeda dengan orang dunia, maka kita pun akan mengalami kesulitan bersaksi, karena menjadi saksi berarti iman dan juga nilai-nilai kebenaran Kristus tidak disembunyikan, tetapi justru dinyatakan melalui sikap, perkataan dan perbuatan. Ternyata tidak mudah menjadi saksi bagi dunia!
"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapa-mu yang di sorga." Matius 5:16
Thursday, September 1, 2011
Wednesday, August 31, 2011
TURUT DALAM PERLOMBAAN IMAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Agustus 2011 -
Baca: Ibrani 12:1-17
"Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa." Ibrani 12:3
Di akhir zaman ini banyak orang Kristen berhenti di tengah jalan dan tidak mau melanjutkan perlombaan imannya karena beban yang ada: kecewa kepada Tuhan karena merasa hidupnya tidak diberkati, sakit-penyakitnya belum disembuhkan, mengalami kepahitan terhadap hamba Tuhan, atau rela menjual imannya demi jabatan, harta atau pasangan hidup. Alkitab menyatakan, "Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." (Lukas 7:23).
Adakalanya dalam perlombaan iman ini kita harus melewati lembah-lembah kekelaman sebagaimana Yesus juga harus melewati jalan salib yang penuh penderitaan; tapi Ia mampu menjalaninya. Simak pernyataan Daud, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Langkah berikutnya: berlari. Artinya, melangkah dengan iman dan percaya penuh kepada Tuhan. Tuhan tidak menghendaki kita hanya sebagai penonton, tapi sebagai peserta lomba yang terus berlari menuju kepada sasaran yaitu garis finis. Bersediakah kita?
Tuhan tidak mencari orang yang kaya atau pandai menurut ukuran dunia, yang Dia cari adalah orang yang dapat dipercaya dan memiliki hati hamba. Karena itu jangan puas hanya menjadi penonton. Harus lebih dari itu, jadilah peserta dan mulailah berlari. Masuklah gelanggang dan berlarilah sekencang mungkin menuju sasaran! Kegagalan bangsa Israel mencapai Tanah Perjanjian menjadi pelajaran berharga bagi kita. "...mereka tidak dapat masuk oleh karena ketikdakpercayaan mereka." (Ibrani 3:19), padahal mereka adalah orang-orang yang selama 40 tahun telah melihat dan mengalami mujizat dan kuasa Tuhan setiap hari di padang gurun. Setiap hari Tuhan memberi mereka roti dari sorga (manna); tiang awan menaungi mereka di siang hari, dan tiang api menuntun mereka di malam hari. Namun kesemuannya itu tidak serta merta membuat mereka percaya, tetapi hati mereka tetap keras.
Haruslah kita bisa menguasai diri dalam segala hal, jangan biarkan perkara-perkara duniawi menghalangi kita mencapai sasaran, sebab hanya peserta yang berlari dengan mata memandang ke depan, memandang pada tujuan, yang dapat menyelesaikan pertandingan dan berhak memperoleh hadiah.
Baca: Ibrani 12:1-17
"Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa." Ibrani 12:3
Di akhir zaman ini banyak orang Kristen berhenti di tengah jalan dan tidak mau melanjutkan perlombaan imannya karena beban yang ada: kecewa kepada Tuhan karena merasa hidupnya tidak diberkati, sakit-penyakitnya belum disembuhkan, mengalami kepahitan terhadap hamba Tuhan, atau rela menjual imannya demi jabatan, harta atau pasangan hidup. Alkitab menyatakan, "Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." (Lukas 7:23).
Adakalanya dalam perlombaan iman ini kita harus melewati lembah-lembah kekelaman sebagaimana Yesus juga harus melewati jalan salib yang penuh penderitaan; tapi Ia mampu menjalaninya. Simak pernyataan Daud, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Langkah berikutnya: berlari. Artinya, melangkah dengan iman dan percaya penuh kepada Tuhan. Tuhan tidak menghendaki kita hanya sebagai penonton, tapi sebagai peserta lomba yang terus berlari menuju kepada sasaran yaitu garis finis. Bersediakah kita?
Tuhan tidak mencari orang yang kaya atau pandai menurut ukuran dunia, yang Dia cari adalah orang yang dapat dipercaya dan memiliki hati hamba. Karena itu jangan puas hanya menjadi penonton. Harus lebih dari itu, jadilah peserta dan mulailah berlari. Masuklah gelanggang dan berlarilah sekencang mungkin menuju sasaran! Kegagalan bangsa Israel mencapai Tanah Perjanjian menjadi pelajaran berharga bagi kita. "...mereka tidak dapat masuk oleh karena ketikdakpercayaan mereka." (Ibrani 3:19), padahal mereka adalah orang-orang yang selama 40 tahun telah melihat dan mengalami mujizat dan kuasa Tuhan setiap hari di padang gurun. Setiap hari Tuhan memberi mereka roti dari sorga (manna); tiang awan menaungi mereka di siang hari, dan tiang api menuntun mereka di malam hari. Namun kesemuannya itu tidak serta merta membuat mereka percaya, tetapi hati mereka tetap keras.
Haruslah kita bisa menguasai diri dalam segala hal, jangan biarkan perkara-perkara duniawi menghalangi kita mencapai sasaran, sebab hanya peserta yang berlari dengan mata memandang ke depan, memandang pada tujuan, yang dapat menyelesaikan pertandingan dan berhak memperoleh hadiah.
Subscribe to:
Posts (Atom)