Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Agustus 2011 -
Baca: Lukas 13:6-9
"Seorang yang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya." Lukas 13:6
Membaca perikop ini kita akan teringat sebuah nyanyian nabi Yesaya tentang kebun anggur. Tertulis, "Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur. Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebuh itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam." (Yesaya 5:1b-2). Ini adalah ratapan nabi Yesaya mengenai kegagalan bangsa Israel yang digambarkan seperti pohon anggur yang gagal menghasilkan buah anggur yang baik, justru yang dihasilkan adalah buah anggur yang asam. Ratapan inilah yang mengilhami Yesus dalam mengisahkan perumpamaan pada perikop ini (Lukas 13:6-9).
Secara geografis daerah Palestina dikenal sebagai wilayah pegunungan yang sangat subur, sehingga tanaman buah-buahan banyak tumbuh di sana: zaitun, anggur, delima dan juga pohon ara. Karena kondisi tanahnya yang sangat subur, pohon ara pun dapat bertumbuh subur di mana-mana. Tapi pohon ara dalam perikop ini sungguh aneh dan lain daripada yang lain, karena pohon ara ini ditanam secara khusus di dalam kebun anggur. Artinya pohon ara ini beroleh perlakuan yang sangat istimewa dari pemilik kebun anggur. Tetapi kenyataannya pohon ara tersebut tetap saja tidak menghasilkan buah. Dikatakan, "Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya." (Lukas 13:7a). Pada tahun pertama masih bisa dimaklumi, mungkin masih terlalu muda untuk berbuah. Tahun kedua belum juga berbuah, mungkin perlu ditambah pupuknya dan dicangkul lagi tanahnya sehingga belum juga berbuah. Namun sampai pada tahun ketiga pohon ara itu tetap saja tidak menghasilkan buah. Pohon ara itu telah mengecewakan! Lalu pemilik kebun itu berkata dengan tegas, "Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" (Lukas 13:7b).
Ini adalah gambaran dari kehidupan kita orang percaya; kita yang sesungguhnya berada di luar anugerahNya oleh kasihNya kita secara khusus dipilih, dipanggil menjadi umatNya, dan diangkat sebagai anak-anak Allah dan diselamatkan. Suatu anugerah yang luar biasa! (Bersambung)
Wednesday, August 3, 2011
Tuesday, August 2, 2011
MEMAHAMI DAN MENGENALI JALAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Agustus 2011 -
Baca: Mazmur 25
"Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya." Mazmur 25:10
Kepada Musa Tuhan memperkenalkan jalan-jalanNya yang ajaib. Adalah tidak mudah memahami dan mengerti jalan-jalan Tuhan itu, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dan bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9).
Seringkali kita memaksa Tuhan untuk mengikuti kehendak dan rencana kita tapi kita sendiri tidak mau mengikuti jalan-jalan Tuhan. Jalan Tuhan itu sulit dimengerti dan serasa tidak masuk akal. Orang yang hanya terfokus pada perbuatan-perbuatan Tuhan, akan mudah kecewa dan bersungut-sungut kepada Tuhan seperti bangsa Israel. Pemazmur berkata, "Nenek moyang kami di Mesir tidak mengerti perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib, tidak ingat besarnya kasih setia-Mu, tetapi mereka memberontak terhadap yang Mahatinggi di tepi Laut Teberau." (Mazmur 106:7). Sekalipun mereka telah melihat dan mengecap perbuatan Tuhan, mereka belum juga mengerti jalan-jalan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan berkata, "Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: 'Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku.' Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku: 'Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.' " (Mazmur 95:10-11).
Kalau kita tidak mengenali jalan-jalan Tuhan, kita tidak akan memiliki pengalaman berjalan bersama Tuhan; kita tidak akan tahu bagaimana hidup berjalan dengan Tuhan. Dengan memahami jalan Tuhan kita juga akan semakin mengenal pribadiNya, dan dengan mengenal pribadiNya kita akan mengetahui kehendak dan rencanaNya, apa yang Tuhan inginkan untuk kita kerjakan di dalam hidup kita. Tuhan berkata, "Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara." (Yesaya 43:19). Terkadang jalan Tuhan itu terasa berat untuk kita jalani, tetapi selalu ada rencanaNya yang indah dan semua itu mendatangkan kebaikan bagi kita.
Karena menolak jalan di padang gurun yang telah dibukakan Tuhan, bangsa Israel pun tidak bisa menikmati Tanah Perjanjian!
Baca: Mazmur 25
"Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya." Mazmur 25:10
Kepada Musa Tuhan memperkenalkan jalan-jalanNya yang ajaib. Adalah tidak mudah memahami dan mengerti jalan-jalan Tuhan itu, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dan bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9).
Seringkali kita memaksa Tuhan untuk mengikuti kehendak dan rencana kita tapi kita sendiri tidak mau mengikuti jalan-jalan Tuhan. Jalan Tuhan itu sulit dimengerti dan serasa tidak masuk akal. Orang yang hanya terfokus pada perbuatan-perbuatan Tuhan, akan mudah kecewa dan bersungut-sungut kepada Tuhan seperti bangsa Israel. Pemazmur berkata, "Nenek moyang kami di Mesir tidak mengerti perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib, tidak ingat besarnya kasih setia-Mu, tetapi mereka memberontak terhadap yang Mahatinggi di tepi Laut Teberau." (Mazmur 106:7). Sekalipun mereka telah melihat dan mengecap perbuatan Tuhan, mereka belum juga mengerti jalan-jalan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan berkata, "Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: 'Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku.' Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku: 'Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.' " (Mazmur 95:10-11).
Kalau kita tidak mengenali jalan-jalan Tuhan, kita tidak akan memiliki pengalaman berjalan bersama Tuhan; kita tidak akan tahu bagaimana hidup berjalan dengan Tuhan. Dengan memahami jalan Tuhan kita juga akan semakin mengenal pribadiNya, dan dengan mengenal pribadiNya kita akan mengetahui kehendak dan rencanaNya, apa yang Tuhan inginkan untuk kita kerjakan di dalam hidup kita. Tuhan berkata, "Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara." (Yesaya 43:19). Terkadang jalan Tuhan itu terasa berat untuk kita jalani, tetapi selalu ada rencanaNya yang indah dan semua itu mendatangkan kebaikan bagi kita.
Karena menolak jalan di padang gurun yang telah dibukakan Tuhan, bangsa Israel pun tidak bisa menikmati Tanah Perjanjian!
Subscribe to:
Posts (Atom)