Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Mei 2011 -
Baca: Matius 5:13-16
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang." Matius 5:13
Saat ini acara wisata kuliner menjadi tren di hampir semua stasiun telebisi. Demikian pula acara masak-memasak aneka jajanan, masakan tradisional hingga menu masakan luar negeri pun dikemas secara menarik dengan menampilan orang-orang yang memang expert di bidangnya atau seorang chef terkenal. Apa pun jenis makanannya dengan resep yang berbeda-beda, hampir selalu ada garam yang menjadi salah satu bahan utamanya. Selain sebagai penyedap untuk setiap masakan, garam bergungsi untuk mengawetkan sesuatu yang telah mati agar tidak membusuk dan berbau. Makanan tanpa garam akan terasa hambar.
Alkitab mengatakan bahwa keberadaan orang percaya di tengah-tengah dunia ini adalah sebagai 'garam'. Suatu tugas dan tanggungjawab yang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sudahkah kita menjalankan fungsi kita sebagai garam dunia dengan benar? Dunia ini penuh dengan kebobrokan dan bisa dikatakan dalam proses membusuk karena dosa. Karena itu keberadaan orang percaya sebagai 'garam dunia' sangat dibutuhkan. Menjadi garam dunia berarti menjadi kesaksian bagi orang lain. Melalui hidup kita seharusnya banyak jiwa yang diselamatkan sehingga proses pembusukan dunia karena dosa dapat diperlambat. Sebagaimana Kristus "...datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10), begitu pula tugas kita sebagai garam dunia adalah menebarkan pengaruh bagi jiwa-jiwa di sekitar kita. Mungkin banyak orang di sekeliling kita telah menempuh hidup yang tidak benar: ada yang terlibat narkoba, seks bebas, perselingkuhan, korupsi dan perbuatan-perbuatan dosa lainnya. Adakah karena kesaksian hidup kita mereka bertobat?
Kesaksian hidup kita harus terus bergulir hingga Tuhan Yesus datang kelak. Sayang, tidak sedikit orang percaya yang tidak bisa menjadi garam dunia karena hidupnya setali tiga uang dengan orang-orang dunia; tetap saja berkompromi dengan dosa sehingga susah dibedakan mana itu orang percaya dan yang bukan. Jika garam menjadi tawar berarti telah kehilangan fungsi dan pastilah sudah tidak berguna untuk apa pun. Garam tawar adalah garam yang telah hilang kegunaannya, ia hanya akan dibuang dan diinjak-injak orang (baca Lukas 14:34-35). Kita menjadi tidak berguna bagi Tuhan maupun bagi manusia. Keadaan ini sungguh memalukan!
Orang Kristen yang hidupnya tidak menjadi kesaksian sama dengan garam yang tawar!
Saturday, May 28, 2011
Friday, May 27, 2011
BERJUANG MEMPEROLEH KRISTUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Mei 2011 -
Baca: Filpi 3:1-16
"Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus." Filipi 3:12
Tanpa sadar banyak orang Kristen merasa dirinya telah mencapai tingkat kerohanian yang tinggi, yang dirasa sudah lebih dari cukup: ibadah di gereja tidak pernah absen, setia membayar persepuluhan dan sudah terlibat dalam pelayanan. Apa lagi yang kurang? Cukuplah sudah. Tidak perlu lagi bersusah-payah, menggebu-gebu atau mengejar hal-hal rohani begitu rupa. Jika kita berpikiran seperti itu, berhati-hatilah, karena kita sedang dalam bahaya yang besar.
Rasul Paulus memiliki reputasi yang luar biasa dalam hal agama Yahudi, bahkan diakuinya sendiri bahwa "dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat." (ayat 6). Meski demikian Paulus merasa bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa dan tidak ada alasan baginya untuk memegahkan diri. "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu yang kuanggap rugi, karena pengenalan aku Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus," (ayat 7-9). Tidak ada yang lebih mulia dalam diri Paulus sebelum ia benar-benar mendapatkan Kristus dalam hidupnya. Maka dari itu ia terus berusaha dan berlari mengejar Kristus. "dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (ayat 14). Paulus meyadari bahwa jika ia mendapatkan Kristus dan Kerajaan Sorga bukanlah dua hal yang terpisah, tapi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Sudahkah kita memiliki Kristus sepenuhnya? Kehidupan orang percaya ibarat berada di arena pertandingan, di mana kita harus terus berjuang dan berlari untuk mendapatkan Kristus dan juga KerajaanNya. Jadi upaya mendapatkan Kristus adalah tugas seumur hidup kita. Jangan pernah merasa puas dengan apa yang kita lakukan saat ini. Masa lalu tidak bisa kita bangga-banggakan atau kita jadikan patokan. Apakah yang kurang dari Paulus? Namun dia tidak pernah berhenti berjuang. Bagi Paulus segala sesuatu selain Kristus adalah sampah. Apalah artinya kita memperoleh seluruh dunia ini jika pada akhirnya binasa?
Hanya Kristus yang terbaik, kita harus mengejar dan mendapatkan Dia.
Baca: Filpi 3:1-16
"Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus." Filipi 3:12
Tanpa sadar banyak orang Kristen merasa dirinya telah mencapai tingkat kerohanian yang tinggi, yang dirasa sudah lebih dari cukup: ibadah di gereja tidak pernah absen, setia membayar persepuluhan dan sudah terlibat dalam pelayanan. Apa lagi yang kurang? Cukuplah sudah. Tidak perlu lagi bersusah-payah, menggebu-gebu atau mengejar hal-hal rohani begitu rupa. Jika kita berpikiran seperti itu, berhati-hatilah, karena kita sedang dalam bahaya yang besar.
Rasul Paulus memiliki reputasi yang luar biasa dalam hal agama Yahudi, bahkan diakuinya sendiri bahwa "dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat." (ayat 6). Meski demikian Paulus merasa bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa dan tidak ada alasan baginya untuk memegahkan diri. "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu yang kuanggap rugi, karena pengenalan aku Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus," (ayat 7-9). Tidak ada yang lebih mulia dalam diri Paulus sebelum ia benar-benar mendapatkan Kristus dalam hidupnya. Maka dari itu ia terus berusaha dan berlari mengejar Kristus. "dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (ayat 14). Paulus meyadari bahwa jika ia mendapatkan Kristus dan Kerajaan Sorga bukanlah dua hal yang terpisah, tapi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Sudahkah kita memiliki Kristus sepenuhnya? Kehidupan orang percaya ibarat berada di arena pertandingan, di mana kita harus terus berjuang dan berlari untuk mendapatkan Kristus dan juga KerajaanNya. Jadi upaya mendapatkan Kristus adalah tugas seumur hidup kita. Jangan pernah merasa puas dengan apa yang kita lakukan saat ini. Masa lalu tidak bisa kita bangga-banggakan atau kita jadikan patokan. Apakah yang kurang dari Paulus? Namun dia tidak pernah berhenti berjuang. Bagi Paulus segala sesuatu selain Kristus adalah sampah. Apalah artinya kita memperoleh seluruh dunia ini jika pada akhirnya binasa?
Hanya Kristus yang terbaik, kita harus mengejar dan mendapatkan Dia.
Subscribe to:
Posts (Atom)