Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Mei 2011 -
Baca: Ayub 42:1-6
"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." Ayub 42:2
Bagi seorang atlet, entah itu bulutangkis, tenis, renang dan semua atlet di segala cabang olahraga, latihan keras adalah 'menu' mereka stiap hari. Tiada hari tanpa latihan! Mengapa mereka berlatih keras tanpa mengenal lelah? Karena mereka tidak mau gagal, melainkan ingin berhasil meraih kemenangan dan menjadi juara di setiap kejuaraan yang diikutinya. Kata gagal selalu menjadi momok yang menakutkan, paling dibenci, tidak disukai dan dihindari oleh semua orang.
Apa itu kegagalan? Kegagalan adalah suatu keadaan tidak berhasil mencapai apa yang diusahakan atau direncanakan. Tak seorang pun dari kita yang berharap mengalami kegagalan dalam hidup: gagal dalam rumah tangga, gagal dalam studi, gagal dalam usaha, gagal dalam pelayanan dan sebagainya. Namun kegagalan tidak sepenuhnya berdampak buruk bagi kita; kegagalan dapat menjadi sebuah pengalaman yang berharga, cermin untuk kita lebih maju, menjadi koreksi supaya kita tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Ada kata bijak yang menguatkan kita: "Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda." Banyak tokoh besar dan orang-orang yang berhasil di bidangnya masing-masing pernah mengalami kegagalan, namun mereka tidak menyerah dan putus asa, tapi mampu bangkit!
Alkitab menegaskan bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencanaNya yang gagal (ayat nas). Biarlah ini menjadi kekuatan bagi kita dalam menjalani hari-hari kita. Untuk menjadi orang-orang yang berhasil, langkah tepat yang harus kita ambil adalah mengandalkan Tuhan dalam segala perkara dan mempercayakan hidup ini sepenuhnya kepada Dia, karena rancangan Tuhan bukanlah rancangan kita. RancanganNya selalu yang terbaik bagi kita. Tertulis: "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-ku, demikianlah firman Tuhan." (Yesaya 55:8). Oleh sebab itu jangan pernah mengandalkan kekuatan sendiri, apalagi bersandar dan berharap kepada manusia, sebab "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapnya pada Tuhan!" (Yeremia 17:7). Dan firman Tuhan adalah kunci untuk meraih keberhasilan itu (baca Mazmur 1:1-3). Jika saat ini kita sedang gagal, berarti Tuhan sedang memberikan kita pelajaran dan pengalaman berharga.
Andalkan Tuhan di segala perkara, yakinlah keberhasilan akan menjadi milik kita!
Saturday, May 21, 2011
Friday, May 20, 2011
TIDAK MENGINGAT KEBAIKAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Mei 2011 -
Baca: Mazmur 106:1-25
"Nenek moyang kami di Mesir tidak mengerti perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib, tidak ingat besarnya kasih setia-Mu, tetapi mereka memberontak Yang Mahatinggi di tepi Laut Teberau." Mazmur 106:7
Seringkali sulit bagi kita melupakan pengalaman-pengalaman buruk yang terjadi dalam hidup ini. Ketika seseorang menyakiti kita, melukai kita, berlaku tidak adil terhadap kita, atau kita mengalami kegagalan begitu membekas dalam dan terlalu mudah untuk kita ingat-ingat kembali. Beberapa waktu yang lalu di Surabaya dan Probolinggo (Jatim) ada kasus pembunuhan sadis yang dilakukan oleh mantan karyawan terhadap pimpinannya. Mengapa mereka sampai tega membunuh? Karena dendam dan sakit hati yang menggunung. Artinya mereka tidak bisa melupakan pengalaman pahit yang mungkin dialaminya. Sebaliknya kebaikan seseorang, keberhasilan, kesembuhan dan hal-hal baik yang kita terima dari Tuhan justru mudah kita lupakan dan tidak kita ingat.
Inilah yang dilakukan bangsa Israel yang selalu mengingat-ingat saat masih berada di Mesir walaupun di sana mereka hidup dalam perbudakan. Keluh mereka, "Mengapakah Tuhan membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?" (Bilangan 14:3). Bahkan, "Mereka menolak untuk patuh dan tidak mengingat perbuatan-perbuatan yang ajaib yang telah Kaubuat di antara mereka. Mereka bersitegang leher malah berkeras kepala untuk kembali ke perbudakan di Mesir. Tetapi Engkaulah Allah yang sudi mengampuni, yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya. Engkau tidak meninggalkan mereka." (Nehemia 9:17). Mereka lupa akan pertolongan dan kebaikan Tuhan, di mana selama berada di padang gurun Tuhan memelihara mereka dengan caraNya yang heran dan ajaib. Namun begitu mudahnya bangsa Israel melupakan perbuatan Tuhan itu.
Renungan hari ini mengajar kita untuk senantiasa mengingat-ingat kebaikan Tuhan. Jika saat ini kita berhasil dan diberkati dengan materi yang melimpah, tubuh sehat, keluarga utuh dan sebagainya, itu semua karena anugerahNya semata, bukan karena kuat dan gagah kita. Oleh karena itu jangan ada seorang pun dari kita yang memegahkan diri atas hidupnya, tetapi biarlah kita bermegah karena di dalam Tuhan saja.
Ingatlah kebaikanNya, jangan lupakan itu; di luar Dia kita tak bisa berbuat apa-apa!
Baca: Mazmur 106:1-25
"Nenek moyang kami di Mesir tidak mengerti perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib, tidak ingat besarnya kasih setia-Mu, tetapi mereka memberontak Yang Mahatinggi di tepi Laut Teberau." Mazmur 106:7
Seringkali sulit bagi kita melupakan pengalaman-pengalaman buruk yang terjadi dalam hidup ini. Ketika seseorang menyakiti kita, melukai kita, berlaku tidak adil terhadap kita, atau kita mengalami kegagalan begitu membekas dalam dan terlalu mudah untuk kita ingat-ingat kembali. Beberapa waktu yang lalu di Surabaya dan Probolinggo (Jatim) ada kasus pembunuhan sadis yang dilakukan oleh mantan karyawan terhadap pimpinannya. Mengapa mereka sampai tega membunuh? Karena dendam dan sakit hati yang menggunung. Artinya mereka tidak bisa melupakan pengalaman pahit yang mungkin dialaminya. Sebaliknya kebaikan seseorang, keberhasilan, kesembuhan dan hal-hal baik yang kita terima dari Tuhan justru mudah kita lupakan dan tidak kita ingat.
Inilah yang dilakukan bangsa Israel yang selalu mengingat-ingat saat masih berada di Mesir walaupun di sana mereka hidup dalam perbudakan. Keluh mereka, "Mengapakah Tuhan membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?" (Bilangan 14:3). Bahkan, "Mereka menolak untuk patuh dan tidak mengingat perbuatan-perbuatan yang ajaib yang telah Kaubuat di antara mereka. Mereka bersitegang leher malah berkeras kepala untuk kembali ke perbudakan di Mesir. Tetapi Engkaulah Allah yang sudi mengampuni, yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya. Engkau tidak meninggalkan mereka." (Nehemia 9:17). Mereka lupa akan pertolongan dan kebaikan Tuhan, di mana selama berada di padang gurun Tuhan memelihara mereka dengan caraNya yang heran dan ajaib. Namun begitu mudahnya bangsa Israel melupakan perbuatan Tuhan itu.
Renungan hari ini mengajar kita untuk senantiasa mengingat-ingat kebaikan Tuhan. Jika saat ini kita berhasil dan diberkati dengan materi yang melimpah, tubuh sehat, keluarga utuh dan sebagainya, itu semua karena anugerahNya semata, bukan karena kuat dan gagah kita. Oleh karena itu jangan ada seorang pun dari kita yang memegahkan diri atas hidupnya, tetapi biarlah kita bermegah karena di dalam Tuhan saja.
Ingatlah kebaikanNya, jangan lupakan itu; di luar Dia kita tak bisa berbuat apa-apa!
Subscribe to:
Posts (Atom)