Thursday, May 5, 2011

MELANGKAH DI JALAN YANG BENAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Mei 2011 -

Baca:  Matius 7:12-14

"karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."  Matius 7:14

Perjalanan hidup ini penuh dengan liku-liku.  Ada jalan yang terjal, curam, mendaki dan kadang penuh dengan onak duri. Meski demikian kita tidak boleh menyerah atau berhenti di tengah jalan sebelum tujuan tercapai.  Untuk mencapai keberhasilan itu ada jalan yang yang harus ditempuh.  Tentunya kita tidak boleh asal melangkah;  kita harus membuat pilihan yang benar serta melangkah di jalan yang benar pula.  Ketika kita hendak mendaki ke puncak gunung, jalan yang harus kita lewati pasti terasa berat dan melelahkan, namun tatkala kita mencapai puncak gunung itu terbayarlah semua kepenatan yang kita rasakan, kita dapat menikmati hamparan yang hijau dengan pemandangan nan indah dan luas dari atas.

     Saat ini banyak orang sedang mencari-cari jalan demi mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.  Tidak sedikit orang yang salah memilih jalan pada akhirnya mengalami kehancuran.  Ingin cepat kaya dan berhasil, mereka pun menempuh jalan yang sesat:  pergi ke dukun, paranormal dan sebagainya.  Inilah jalan pintas, jalan yang kelihatannya mudah tapi ujungnya menuju maut.  Benar kata Salomo:  "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut."  (Amsal 14:12).  Ada jalan yang menuju kepada kehidupan yang berkemenangan dan diberkati tapi tidak semua orang mau menempuhnya, karena jalan itu sesak dan sempit seperti tertulis:  "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;"  (Matius 7:13).  Pintu yang sesak adalah jalan menuju keselamatan kekal, dan pintu itu adalah Yesus sebagaimana yang dikatakanNya,  "Akulah pintu;  barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput."  (Yohanes 10:9). 

     Jadi, jalan utama yang harus kita tempuh sebagai dasar hidup kita adalah beriman kepada Tuhan Yesus.  PengorbananNya di atas kayu salib adalah bukti nyata betapa Dia mengasihi kita.  Bila kita sudah ada di dalam Kristus kita adalah ciptaan baru, karena itu jangan kembali kepada kehidupan yang lama.  Dosa harus kita tinggalkan, dan itu harus kita wujudkan dalam perbuatan nyata setiap hari sebab perbuatan kita adalah refleksi iman kita.  Iman akan tampak apabila ada perbuatan. 

Percaya kepada Kristus adalah jalan kepada kehidupan yang diberkati!

Wednesday, May 4, 2011

TAKUT AKAN TUHAN: Hormat dan Bangga akan Dia (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Mei 2011 -

Baca:  Mazmur 145

"Ia (Tuhan) melakukan kehendak orang-orang yang takut akan Dia, mendengarkan teriak mereka minta tolong dan menyelamatkan mereka."  Mazmur 145:19

Takut akan Tuhan mengandung unsur bangga.  Jika di dalam hati kita memiliki rasa bangga kepada Tuhan tentunya kita akan suka bersaksi dan menceritakan kebaikan-kebaikanNya kepada orang lain.  Namun banyak di antara kita yang malu bersaksi tentang Yesus, malu menceritakan kebaikan-kebaikan Tuhan dalam hidup kita.  Ingat, kalau kita malu karena nama Yesus, Ia pun akan malu mengakui kita di hadapan Bapa (baca Markus 8:38).  Sebaliknya kalau menceritakan kejelekan orang lain atau bergosip, tanpa harus dikomando, kita sudah tidak tahan untuk tidak berbicara mulai dari A sampai Z.  Perhatikan apa yang dikatakan Daud:  "Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;"  (Mazmur 9:2).  Rasa bangga yang dimiliki seseorang kepada Tuhan akan tercermin dari sikap dan perbuatannya:  selalu semangat dan antusias terhadap perkara-perkara rohani.

     Bila rasa hormat dan bangga ada pada kita, kita akan beribadah kepada Tuhan dengan tulus ikhlas dan setia.  Beribadah bukan hanya sebatas kita hadir di gereja atau di persekutuan-persekutuan doa, tapi juga di segala aspek kehidupan kita dan harus merupakan bagian dari ibadah kita kepada Tuhan.  Paulus berkata,  "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."  (Kolose 3:23).  Saat berada di tengah masyarakat atau lingkungan, kantor, sekolah dan sebagainya, hendaknya kehidupan kita menjadi kesaksian bagi mereka.  Alkitab mengatakan,  "...hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapa-mu yang di sorga."  (Matius 5:16).  Jadi seluruh kehidupan kita seharusnya adalah sikap sedang melayani Tuhan dan sedang beribadah kepadaNya.  Mari gunakan waktu dan kesempatan yang ada saat ini untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan.

     Rasul Paulus senantiasa semangat melayani Tuhan meski harus menghadapi aniaya dan penderitaan, bahkan bisa berkata, "Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini.  Karena itu kami tidak tawar hati.  Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus."  (2 Korintus 4:1,5).

Orang Kristen yang takut Tuhan pasti melakukan yang terbaik bagiNya dalam segala hal!