Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 April 2011 -
Baca: Amsal 3:1-26
"Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu." Amsal 3:3
Kesetiaan selalu didasari dengan kasih, contoh: seseorang setia pada tuannya karena mencintai pekerjaan yang dilakukannya; seorang isteri setia pada suaminya karena dasar kasih yang mengikat hatinya, begitu pula sebaliknya. Kesetiaan tidak datang dengan sendirinya namun perlu dilatih setiap saat, karena kesetiaan tidak dapat dibatasi oleh waktu maupun keadaan apa pun. Orang bisa dikatakan setia apabila kasih orang tersebut tidak mudah pudar meskipun dalam keadaan susah atau senang, baik atau tidak baik keadaannya. Maka dari itu perlu adanya hubungan dekat untuk saling mengenal, memahami, dan mengerti kepribadian seseorang yang kita kasihi agar terwujud satu kesetiaan yang kokoh. Bagaimana dengan kesetiaan kita pada Tuhan? Di kala hidup kita tidak ada masalah dan baik-baik saja kita bisa berkata, "Tuhan itu baik bagiku.", namun saat kita mengalami suatu proses yang mengharuskan kita untuk menderita bagi Tuhan, apakah kita tetap setia melayaniNya?
Kesetiaan adalah suatu perjuangan dan perjuangan itu sendiri membutuhkan pengorbanan. Seperti halnya seorang sahabat akan dikatakan setia apabila ia dalam keadaan susah, sedih, menderita selalu ada untuk menghibur, menguatkan dan menolong kita, sebab seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan rela berkorban untuk sahabatnya, bahkan dikatakan, "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13). Yesus adalah teladan pribadi yang setia; Ia setia sampai mati di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. Daud pun memiliki pengalaman betapa kesetiaan Tuhan itu tidak pernah berubah. Dikatakannya demikian, "Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-selamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:5).
Mari kita wujudkan kesetiaan itu melalui perbuatan, bukan hanya perkataan semata. Dalam keadaan apa pun tetaplah setia melayani Tuhan dan lakukan kehendakNya, karena pada saatnya kelak kesetiaan tersebut akan mendatangkan upah.
Tuhan berfirman, "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." Wahyu 2:10b
Friday, April 29, 2011
Thursday, April 28, 2011
DIMURNIKAN DARI KEMUNAFIKAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 April 2011 -
Baca: Matius 23
"Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." Matius 23:28
Matius pasal 23 ini berisikan tentang kecaman Tuhan Yesus terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mengapa mereka dikecam? Karena mereka hidup dalam kemunafikan. Artinya hidup mereka penuh kepalsuan. Apa yang tampak dari luar berbeda dengan apa yang ada di dalam mereka; tahu kebenaran firman Tuhan tapi tidak melakukannya, bahkan perbuatan mereka jauh menyimpang dari apa yang mereka ajarkan kepada orang lain.
Sikap munafik adalah satu sikap di mana seseorang menutupi kekurangannya atau kesalahannya dengan cara yang licik dan eksklusif: di hadapan banyak orang mereka berlaku baik, ramah, sok rohani dan saleh, padahal apa yang ada di hati mereka sangat bertolak belakang. Bahkan motivasi pelayanan mereka tidak benar, karena "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang;" (ayat 5a). Tidak ada kasih yang mendasari pelayanan mereka. Mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan rohani dengan harapan beroleh pujian dan sanjungan dari orang lain, sehingga Tuhan Yesus memberi nasihat, "...turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya." (ayat 3).
Orang yang munafik digambarkan seperti "...kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran." (ayat 27). Di luar tampak putih dan menarik, tapi di dalamnya 'busuk'. Tanpa disadari sifat munafik ini telah mendarah daging dalam kehidupan orang percaya. Untuk itu kita perlu dimurnikan dari berbagai macam kemunafikan supaya apa yang kita lakukan berkenan di hadapan Tuhan. Ada pun sifat munafik antara lain: ingin dipuji dan dihormati orang, suka berpura-pura baik dan suka mencari kesalahan orang lain. FirmanNya tegas, "Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Matius 7:5). Jika ada kemunafikan dalam hidup kita, apa pun yang kita lakukan akan menjadi sia-sia!
Buanglah segala kemunafikan, dan mari kita berusaha hidup benar di hadapan Tuhan dan juga manusia.
Baca: Matius 23
"Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." Matius 23:28
Matius pasal 23 ini berisikan tentang kecaman Tuhan Yesus terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mengapa mereka dikecam? Karena mereka hidup dalam kemunafikan. Artinya hidup mereka penuh kepalsuan. Apa yang tampak dari luar berbeda dengan apa yang ada di dalam mereka; tahu kebenaran firman Tuhan tapi tidak melakukannya, bahkan perbuatan mereka jauh menyimpang dari apa yang mereka ajarkan kepada orang lain.
Sikap munafik adalah satu sikap di mana seseorang menutupi kekurangannya atau kesalahannya dengan cara yang licik dan eksklusif: di hadapan banyak orang mereka berlaku baik, ramah, sok rohani dan saleh, padahal apa yang ada di hati mereka sangat bertolak belakang. Bahkan motivasi pelayanan mereka tidak benar, karena "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang;" (ayat 5a). Tidak ada kasih yang mendasari pelayanan mereka. Mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan rohani dengan harapan beroleh pujian dan sanjungan dari orang lain, sehingga Tuhan Yesus memberi nasihat, "...turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya." (ayat 3).
Orang yang munafik digambarkan seperti "...kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran." (ayat 27). Di luar tampak putih dan menarik, tapi di dalamnya 'busuk'. Tanpa disadari sifat munafik ini telah mendarah daging dalam kehidupan orang percaya. Untuk itu kita perlu dimurnikan dari berbagai macam kemunafikan supaya apa yang kita lakukan berkenan di hadapan Tuhan. Ada pun sifat munafik antara lain: ingin dipuji dan dihormati orang, suka berpura-pura baik dan suka mencari kesalahan orang lain. FirmanNya tegas, "Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Matius 7:5). Jika ada kemunafikan dalam hidup kita, apa pun yang kita lakukan akan menjadi sia-sia!
Buanglah segala kemunafikan, dan mari kita berusaha hidup benar di hadapan Tuhan dan juga manusia.
Subscribe to:
Posts (Atom)