Thursday, April 28, 2011

DIMURNIKAN DARI KEMUNAFIKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 April 2011 -

Baca:  Matius 23

"Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."  Matius 23:28

Matius pasal 23 ini berisikan tentang kecaman Tuhan Yesus terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.  Mengapa mereka dikecam?  Karena mereka hidup dalam kemunafikan.  Artinya hidup mereka penuh kepalsuan. Apa yang tampak dari luar berbeda dengan apa yang ada di dalam mereka;  tahu kebenaran firman Tuhan tapi tidak melakukannya, bahkan perbuatan mereka jauh menyimpang dari apa yang mereka ajarkan kepada orang lain.

     Sikap munafik adalah satu sikap di mana seseorang menutupi kekurangannya atau kesalahannya dengan cara yang licik dan eksklusif:  di hadapan banyak orang mereka berlaku baik, ramah, sok rohani dan saleh, padahal apa yang ada di hati mereka sangat bertolak belakang.  Bahkan motivasi pelayanan mereka tidak benar, karena  "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang;"  (ayat 5a).  Tidak ada kasih yang mendasari pelayanan mereka.  Mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan rohani dengan harapan beroleh pujian dan sanjungan dari orang lain, sehingga Tuhan Yesus memberi nasihat,  "...turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya."  (ayat 3).

     Orang yang munafik digambarkan seperti  "...kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran."  (ayat 27).  Di luar tampak putih dan menarik, tapi di dalamnya 'busuk'.  Tanpa disadari sifat munafik ini telah mendarah daging dalam kehidupan orang percaya.  Untuk itu kita perlu dimurnikan dari berbagai macam kemunafikan supaya apa yang kita lakukan berkenan di hadapan Tuhan.  Ada pun sifat munafik antara lain: ingin dipuji dan dihormati orang, suka berpura-pura baik dan suka mencari kesalahan orang lain.  FirmanNya tegas,  "Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."  (Matius 7:5).  Jika ada kemunafikan dalam hidup kita, apa pun yang kita lakukan akan menjadi sia-sia!

Buanglah segala kemunafikan, dan mari kita berusaha hidup benar di hadapan Tuhan dan juga manusia.

Wednesday, April 27, 2011

ANAK ADALAH BERKAT ISTIMEWA DARI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 April 2011 -

Baca:  Mazmur 139:13-18

"Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku."  Mazmur 139:13

Sebuah keluarga tidak akan terasa lengkap dan tampak sepi jika tidak ada kehadiran anak.  Memiliki anak adalah impian setiap pasangan suami isteri.  Sungguh, anak adalah harta yang tak ternilai dari Tuhan.  Ketahuilah bahwa seorang anak berada di dunia ini bukan karena keinginannya sendiri, tetapi semua karena rencana dan kehendak Tuhan semata.  Itulah sebabnya Tuhan sendiri yang membentuk dan menenun mereka sejak dalam kandungan ibunya, mulai dari warna kulit, sifat atau ciri-ciri lainnya.  Meskipun demikian bukan berarti anak itu sempurna, ia memiliki juga kekurangan, namun kita sebagai orangtua tidak boleh menyepelekan mereka.  Banyak orangtua yang tidak melihat anak-anaknya dari sudut pandang Tuhan.  Akibatnya orangtua suka berlaku kasar terhadap anak atau mengata-ngatai anak dengan kata-kata yang tidak seharusnya diucapkan, seperti:  kamu bodoh, bandel, atau menyesal ibu melahirkan kamu.

     Seringkali para orangtua tidak mampu melihat potensi yang ada di dalam diri anak-anaknya padahal Tuhan telah memperlengkapi mereka dengan talenta dan karunia.  Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa anak-anak mendapat tempat istimewa di hati Tuhan.  Dikatakan,  "...anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah.  Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda."  (Mazmur 127:3-4).  Oleh karenanya Tuhan menghendaki agar para orangtua mengasihi dan mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih.  Tuhan pun dapat memakai mereka dengan urapan dan panggilan khusus.  Contohnya Samuel, ia dipanggil untuk melayani Tuhan saat usianya masih sangat belia (baca 1 Samuel 2:18).

     Setiap anak diibaratkan seperti kertas yang masih putih dan bersih, karena itu para orangtua harus berhati-hati.  Apa yang diajarkan dan ditanamkan pada anak akan sangat menentukan masa depan mereka (baca Amsal 22:6).  Tuhan memberi tugas dan tanggung jawab kepada orangtua untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan firman Tuhan.  Jadi  "...kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan."  (Efesus 6:4).

Anak adalah harta istimewa dari Tuhan, karena itu kasihi dan didiklah mereka dengan benar!