Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2011 -
Baca: Ibrani 9:11-28
"betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, ..." Ibrani 9:14
Kematian Yesus Kristus di atas kayu salib adalah penggenapan rencana Allah. Sebagaimana juga disampaikan oleh Petrus saat ia berkotbah di Yerusalem, "Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka." (Kisah 2:23). Hal ini juga sudah dinubuatkan jauh-jauh sebelumnya yaitu di dalam Perjanjian Lama, "Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:5). Di atas kayu salib ini Yesus harus menanggung dosa segenap umat manusia dan dalam keadaan terpisah sama sekali dari hubungan dengan Allah. Ketika itu "Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: 'Eli, Eli, lama sabakhtani?' Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku,mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:45-46).
Kematian adalah suatu hal yang umum dan lumrah bagi manusia, namun hanya ada satu kesengsaraan dan kematian yang luar biasa dan istimewa yaitu kematian Anak Allah. Yesus, Anak Allah, yang adalah Allah itu sendiri digantung di atas kayu salib dan wafat. Peristiwa kematianNya pun disertai dengan kegelapan pekat yang mencekam di tengah hari bolong selama tiga jam. Alkitab juga mengatakan, "Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: 'Sudah Selesai.' Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya." (Yohanes 19:30). Kata "sudah selesai" ini sebagai pernyataan bahwa Yesus sudah menggenapi segala sesuatu yang harus Ia lakukan.
Kematian Yesus Kristus adalah bukti kasih Allah kepada dunia, di mana Kristus sebagai korban untuk menebus dosa umat manusia. Pekerjaan penebusan itu hanya dilakukan sekali untuk selama-lamanya karena pekerjaan itu sempurna. "...Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia." (Ibrani 9:28).
Pengorbanan Kristus di salib adalah menggenapi rencana Agung Allah bagi manusia!
Friday, April 22, 2011
Thursday, April 21, 2011
KUNCI UTAMA: Taat, Tidak Membantah (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2011 -
Baca: 2 Raja-Raja 5:1-14
"Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir." 2 Raja-Raja 5:13
Alkitab menyatakan, "Apa yang tidak pernah dilihat mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Ketika kita taat melakukan kehendak Tuhan dan berkat-berkat yang luar biasa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, sebab Tuhan "...dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," (Efesus 3:20).
Inilah yang juga dialami oleh Naaman, seorang panglima raja Aram, yang menderita penyakit kusta. Ia diperintahkan oleh nabi Tuhan, yaitu Elisa, agar menceburkan diri dan mandi sebanyak tujuh kali ke dalam sungan Yordan. Celakanya, peritah ini tidak disampaikan secara langsung oleh Elisa, melainkan melalui orang suruhannya (baca 2 Raja-Raja 5:10). Bagi Naaman hal ini merupakan sebuah penghinaan atau sikap tidak hormat kepadanya. Bagaimana mungkin Naaman mau mengerjakan apa yang disuruhkan Elisa kepadanya kalau semua perintah itu tidak masuk akal, terbilang aneh dan tidak sesuai dengan harapannya, apalagi Elisa dinilai tidak menghargai dia yang adalah panglima terpandang. Itulah reaksi pertama Naaman (baca 2 Raja-Raja 5:11-12). Namun atas saran dan desakan para pegawainya akhirnya Naaman mau melakukan apa yang diperintahkan nabi Allah itu, sekalipun tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan; dan ketika Naaman mau taat dan belajar merendahkan diri serta tidak bersandar pada pengertiannya sendiri, ia pun mengalami kesembuhan secara total. Dikatakan, "Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir." (2 Raja-Raja 5:14).
Bukankah kita sering bertindak seperti Naaman? Tidak mau taat dan lebih mengandalkan logika kita. Kita sering memilah-milah perintah Tuhan, mana yang akan ditaati dan mana yang tidak.
Naaman mengalami mujizat kesembuhan ketika ia mau bertindak dalam ketaatan terlebih dahulu, sehingga kita dapat mengerti ada rencana Tuhan di balik itu semua.
Baca: 2 Raja-Raja 5:1-14
"Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir." 2 Raja-Raja 5:13
Alkitab menyatakan, "Apa yang tidak pernah dilihat mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Ketika kita taat melakukan kehendak Tuhan dan berkat-berkat yang luar biasa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, sebab Tuhan "...dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," (Efesus 3:20).
Inilah yang juga dialami oleh Naaman, seorang panglima raja Aram, yang menderita penyakit kusta. Ia diperintahkan oleh nabi Tuhan, yaitu Elisa, agar menceburkan diri dan mandi sebanyak tujuh kali ke dalam sungan Yordan. Celakanya, peritah ini tidak disampaikan secara langsung oleh Elisa, melainkan melalui orang suruhannya (baca 2 Raja-Raja 5:10). Bagi Naaman hal ini merupakan sebuah penghinaan atau sikap tidak hormat kepadanya. Bagaimana mungkin Naaman mau mengerjakan apa yang disuruhkan Elisa kepadanya kalau semua perintah itu tidak masuk akal, terbilang aneh dan tidak sesuai dengan harapannya, apalagi Elisa dinilai tidak menghargai dia yang adalah panglima terpandang. Itulah reaksi pertama Naaman (baca 2 Raja-Raja 5:11-12). Namun atas saran dan desakan para pegawainya akhirnya Naaman mau melakukan apa yang diperintahkan nabi Allah itu, sekalipun tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan; dan ketika Naaman mau taat dan belajar merendahkan diri serta tidak bersandar pada pengertiannya sendiri, ia pun mengalami kesembuhan secara total. Dikatakan, "Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir." (2 Raja-Raja 5:14).
Bukankah kita sering bertindak seperti Naaman? Tidak mau taat dan lebih mengandalkan logika kita. Kita sering memilah-milah perintah Tuhan, mana yang akan ditaati dan mana yang tidak.
Naaman mengalami mujizat kesembuhan ketika ia mau bertindak dalam ketaatan terlebih dahulu, sehingga kita dapat mengerti ada rencana Tuhan di balik itu semua.
Subscribe to:
Posts (Atom)