Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Februari 2011 -
Baca: Amsal 20:1-30
"Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut." Amsal 20:19
Bergosip adalah salah satu kebiasaan buruk yang disukai hampir setiap orang, terutama bagi wanita atau ibu rumah tangga. Ada yang bilang kalau bergosip itu adalah kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu senggang, bahkan ada yang menjadikan gosip itu sebagai salah satu hobi. Wah wah wah...
Apa itu gosip? Ada yang bilang gosip itu kependekan dari kata "makin digosok makin sip". Penggosip adalah orang yang mempunyai kebiasaan menceritakan sensasi atau membicarakan orang lain disertai dengan bumbu-bumbu supaya kian sedap didengar, entah itu beritanya benar atau tidak. Gosip bersumber dan menyebar ke mana-mana dan dapat menimpa siapa saja, bisa saja di tempat kerja, di sekolah, di lingkungan sekitar rumah, gereja atau pelayanan. Yang pasti gosip adalah masalah yang serius di hadapan Tuhan, merupakan salah satu jenis perkataan sia-sia yang paling berbahaya karena berdampak buruk dan bisa menghancurkan. Tidak hanya menghancurkan hidup dan nama baik orang yang diperbincangkan, tetapi juga menghancurkan hidup orang yang bergosip itu sendiri. Gosip dapat menimbulkan pertengkaran sehingga persaudaraan atau pertemanan menjadi hancur seperti tertulis: "Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib." (Amsal 17:9). Orang yang menggosip ibarat orang yang sedang menyiramkan bensin pada api yang sudah menyala. Bisa dibayangkan...
Hari ini firman Tuhan memperingatkan kita dengan keras supaya kita menghentikan kebiasaan buruk ini. Ingat, setiap perkataan kita pada saatnya harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan, "Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:37). Oleh karenanya, siapa pun kita yang suka bergosip, harus segera bertobat jika kita tidak ingin menuai hal yang buruk di kemudian hari. Biarlah yang keluar dari mulut kita hanyalah perkataan-perkataan yang baik, bermanfaat, membangun, menghibur dan menguatkan, supaya orang lain yang mendengarnya beroleh kasih karunia, sehingga nama Tuhan pun dimuliakan melalui kita.
Adalah sangat mempermalukan nama Tuhan jika masih ada orang Kristen yang menjadi bigos (biang gosip).
Monday, February 21, 2011
Sunday, February 20, 2011
HAL YAKUB: Adilnya Jalan Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Februari 2011 -
Baca: Kejadian 25:19-34
"Kata Yakub: 'Bersumpahlah dahulu padaku.' Maka bersumpahlah ia (Esau - Red.) kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya." Kejadian 25:33
Sosok pribadi Yakub bisa dikatakan sebagai tokoh yang cukup fenomenal dalam Alkitab. Ia memiliki sifat-sifat yang tidak jauh berbeda dengan kita. Arti dari nama 'Yakub' sendiri adalah penipu. Tidak hanya namanya, tapi perbuatannya juga mencerminkan bahwa ia suka menipu, orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Dengan caranya yang licik Yakub mengakali Esau, saudaranya, agar ia mau menjual hak kesulungannya dengan ditukar semangkuk kacang merah. Selain itu Yakub juga menipu Ishak, ayahnya, sehingga Ishak pun terpedaya dan memberkati dia dengan berkat kesulungan (baca Kejadian 27:18-26), sehingga Yakub pun menjadi orang yang sangat terberkati. Menurut penilaian kita sebagai manusia, hal itu terasa aneh. Mengapa orang yang sedemikian licik dan suka menipu justru sepertinya diberkati oleh Tuhan? Bagaimana bisa Tuhan memberkati orang yang suka menipu?
Adalah mustahil bagi kita menyelami jalan dan pikiran Tuhan. Dikatakan, "Seperti tingginya langit dan bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9). Dalam hal ini Esau telah melakukan keteledoran dalam menjaga hak kesulungannya. Ia memandang rendah hak kesulungan sehingga dengan gampangnya menukarkan itu dengan sepiring makanan. Alkitab menyatakan, "Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan." (Ibrani 12:16). Sebaliknya Yakub sangat menghargai berkat dan hak kesulungannya, sehingga berbagai upaya ia lakukan untuk mendapatkannya. Itulah yang menjadi salah satu faktor penyebab dari semua peristiwa tadi, sehingga hak kesulungan itu pun jatuh ke tangan Yakub. Itu adalah konsekuensi ketidaktaatan Esau kepada Tuhan.
Karena itu jangan sampai kita memandang rendah kasih karunia Tuhan yang telah diberikan kepada kita, apalagi sampai menukarnya dengan apa pun juga yang ada di dunia ini. Pada saatnya Yakub pun harus menuai apa yang ia tabur. Karena telah menipu, akhirnya ia juga sering ditipu oleh Laban. Yakub dan Esau harus menanggung konsekuensi dari apa yang mereka tabur.
Tuhan itu adil dan tidak dapat dipermainkan, karena itu janganlah main-main dengan dosa!
Baca: Kejadian 25:19-34
"Kata Yakub: 'Bersumpahlah dahulu padaku.' Maka bersumpahlah ia (Esau - Red.) kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya." Kejadian 25:33
Sosok pribadi Yakub bisa dikatakan sebagai tokoh yang cukup fenomenal dalam Alkitab. Ia memiliki sifat-sifat yang tidak jauh berbeda dengan kita. Arti dari nama 'Yakub' sendiri adalah penipu. Tidak hanya namanya, tapi perbuatannya juga mencerminkan bahwa ia suka menipu, orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Dengan caranya yang licik Yakub mengakali Esau, saudaranya, agar ia mau menjual hak kesulungannya dengan ditukar semangkuk kacang merah. Selain itu Yakub juga menipu Ishak, ayahnya, sehingga Ishak pun terpedaya dan memberkati dia dengan berkat kesulungan (baca Kejadian 27:18-26), sehingga Yakub pun menjadi orang yang sangat terberkati. Menurut penilaian kita sebagai manusia, hal itu terasa aneh. Mengapa orang yang sedemikian licik dan suka menipu justru sepertinya diberkati oleh Tuhan? Bagaimana bisa Tuhan memberkati orang yang suka menipu?
Adalah mustahil bagi kita menyelami jalan dan pikiran Tuhan. Dikatakan, "Seperti tingginya langit dan bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9). Dalam hal ini Esau telah melakukan keteledoran dalam menjaga hak kesulungannya. Ia memandang rendah hak kesulungan sehingga dengan gampangnya menukarkan itu dengan sepiring makanan. Alkitab menyatakan, "Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan." (Ibrani 12:16). Sebaliknya Yakub sangat menghargai berkat dan hak kesulungannya, sehingga berbagai upaya ia lakukan untuk mendapatkannya. Itulah yang menjadi salah satu faktor penyebab dari semua peristiwa tadi, sehingga hak kesulungan itu pun jatuh ke tangan Yakub. Itu adalah konsekuensi ketidaktaatan Esau kepada Tuhan.
Karena itu jangan sampai kita memandang rendah kasih karunia Tuhan yang telah diberikan kepada kita, apalagi sampai menukarnya dengan apa pun juga yang ada di dunia ini. Pada saatnya Yakub pun harus menuai apa yang ia tabur. Karena telah menipu, akhirnya ia juga sering ditipu oleh Laban. Yakub dan Esau harus menanggung konsekuensi dari apa yang mereka tabur.
Tuhan itu adil dan tidak dapat dipermainkan, karena itu janganlah main-main dengan dosa!
Subscribe to:
Posts (Atom)